Waisak 2557: Menyucikan dan Menenangkan Batin
Jurnalis : Simfo Indrawati (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Nuriana, Gunawan Halim, Lilik Hermanto , Lukman (Tzu Chi Medan)
|
| ||
Prosesi Pemandian Rupang Buddha Semua hadirin secara teratur dan berurutan melakukan prosesi bersujud di kaki Buddha, menyambut semerbak bunga dan semoga penuh dengan berkah. Setiap orang mengatupkan kedua belah tangan dengan hati paling tulus, mengambil semerbak bunga yang melambangkan semerbak moral, semerbak Dharma dan semerbak batin Sang Buddha, serta mendoakan diri sendiri, keluarga dan semua makhluk agar senantiasa diberkahi dengan keselamatan dan keberuntungan. Meninggalkan Kesan Mendalam
Keterangan :
Seorang anggota Tzu Ching, Christine Sutanti (21) yang masih kuliah pada semester IV di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan mengatakan, “Makna perayaan Hari Ibu bagiku adalah berbakti pada orangtua, kalau bisa lebih meluangkan waktu di saat makan malam bersama orang tua dan senantiasa memberikan perhatian kepada mereka.” Prosesi pemandian Rupang Buddha berakhir dengan ritual salam tulus paling hormat terhadap Sang Buddha, berterima kasih atas panduan lautan kebijaksanaan Buddha bagi semua makhluk di seluruh alam semesta. Insan Tzu Chi berharap semua hadirin pulang dengan membawa serta semerbak moral, semerbak Dharma dan semerbak batin Sang Buddha, senantiasa melakukan refleksi atas tabiat buruk masing-masing dan berusaha memperbaikinya. “Meski pun bukan beragama Buddha, tetapi saya merasa senang dan enjoy mengikuti acara Waisak ini, karena suka akan kebersamaan semua orang di sini dan juga menghormati sesama agama,” ujar Roslaini, seorang relawan berseragam abu putih yang tinggal di Jalan Mandala Medan. Lysandra, seorang relawan berseragam biru putih meski pun pada hari Minggu kemarin tetap harus masuk kerja, tetapi tetap berusaha meluangkan waktu untuk mengikuti perayaan ini, karena bagi dirinya mengikuti kegiatan ini merupakan panggilan jiwa. “Saya merasa bahagia dan terharu, mempelajari dan mengikuti ajaran Buddha adalah sangat penting bagiku,” ungkap Lysandra.
Keterangan :
Liu Wen Lai (54), warga Kampung Lalang yang baru pertama kalinya mengikuti prosesi pemandian Rupang Buddha di Tzu Chi mengatakan kesannya yang mendalam, “Semua prosesi tersusun rapi, ketika melihat Rupang Buddha terasa sangat terharu sekali di hati, batin juga menjadi lebih jernih.” “Kebetulan saya adalah salah satu guru di Perguruan Dharma Bakti Lubuk Pakam, kami membawa anak didik kami untuk berpartisipasi dalam acara Waisak ini. Saya berharap anak didik kami dapat mengikuti jejak Buddha Gautama untuk mengembangkan ajaran Buddha di Indonesia,” kata Suja Dewi. Satu Orang Merekrut Satu Bodhisatwa Dunia Master Cheng Yen mengatakan, jika kehidupan bisa dijalani secara sederhana maka tentu akan bahagia. Ketika Tzu Chi mulai memasuki tahun ke-47, Master Cheng Yen menyampaikan harapannya agar insan Tzu Chi dapat membangun kehidupan bersahaja dan sederhana, serta bersumbangsih dengan niat baik yang paling tulus, mengembangkan kebijaksanaan yang murni dan cinta kasih universal yang tanpa batas, ini adalah tema perayaan Hari Waisak Tzu Chi tahun ini. | |||
Artikel Terkait
Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang Ber-Bhinneka
29 Maret 2019Penandatanganan Program Beasiswa Doktoral antara IRTI Bangun Jaya dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara (14/3/2019).