Waisak 2557: Menyucikan dan Menenangkan Batin

Jurnalis : Simfo Indrawati (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Nuriana, Gunawan Halim, Lilik Hermanto , Lukman (Tzu Chi Medan)
 
 

foto
Lebih dari 300 orang relawan dan lebih dari 900 orang masyarakat umum hadir mengikuti perayaan Waisak di Tzu Chi pada Minggu, 12 Mei 2013 di Tiara Convention Hall, Jalan Cut Meutia, Medan, Sumatera Utara.

Pada hari Minggu 12 Mei 2013, dalam rangka peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia, tiga hari penting yang senantiasa diadakan pada hari Minggu ke-2 dalam bulan Mei, Tzu Chi Medan mengadakan prosesi pemandian Rupang Buddha, bertempat di Tiara Convention Hall, Jalan Cut Meutia, Medan, Sumatera Utara.

 

 

Prosesi Pemandian Rupang Buddha
Sebanyak tiga anggota Sangha hadir untuk memimpin lebih dari 300 orang relawan dan lebih dari 900 orang masyarakat umum untuk sama-sama mengingat dengan perasaan berterima kasih pada budi luhur Sang Buddha, orangtua dan semua makhluk. Melalui prosesi pemandian Rupang Buddha yang khidmat dan agung ini, semua orang bersujud di kaki Buddha untuk membersihkan batin sendiri, sebagaimana pada zaman Sang Buddha masih hidup di dunia ini, salam paling hormat dari umat kepada Sang Buddha adalah bersujud dengan seluruh badan menelungkup di lantai, tangan dan dahi menyentuh kaki Sang Buddha.

Semua hadirin secara teratur dan berurutan melakukan prosesi bersujud di kaki Buddha, menyambut semerbak bunga dan semoga penuh dengan berkah. Setiap orang mengatupkan kedua belah tangan dengan hati paling tulus, mengambil semerbak bunga yang melambangkan semerbak moral, semerbak Dharma dan semerbak batin Sang Buddha, serta mendoakan diri sendiri, keluarga dan semua makhluk agar senantiasa diberkahi dengan keselamatan dan keberuntungan.

Meninggalkan Kesan Mendalam
Para anggota Tzu Ching (Muda-mudi Tzu Chi) dan Tzu Shao (Kelas Budi Pekerti Tzu Chi) yang merupakan harapan masa depan Tzu Chi juga hadir (58 orang) dalam prosesi pemandian Rupang Buddha ini. Salah seorang anggota Tzu Shao, Hendrik Kosman (15) yang bersekolah di SMP Wiyata Dharma mengatakan, “Makna perayaan Waisak adalah batin menjadi lebih bersih dan lebih tenang, hari ini juga merayakan Hari Ibu. Berbakti bagiku adalah kalau di sekolah belajar baik-baik, kalau bisa mendapatkan prestasi untuk membanggakan orangtua, serta menurut jika disuruh mama.”

foto  foto

Keterangan :

  • Salah seorang anggota Tzu Shao, Hendrik Kosman (15) mengatakan, “Makna perayaan Waisak adalah batin menjadi lebih bersih dan lebih tenang, hari ini juga merayakan Hari Ibu. Berbakti bagiku adalah kalau di sekolah belajar baik-baik, kalau bisa mendapatkan prestasi untuk membanggakan orangtua, serta menurut jika disuruh mama" (kiri).
  • Seorang anggota Tzu Ching, Christine Sutanti (21) yang masih kuliah pada semester IV di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan mengatakan, “Makna perayaan Hari Ibu bagiku adalah berbakti pada orangtua, kalau bisa lebih meluangkan waktu di saat makan malam bersama orang tua dan senantiasa memberikan perhatian kepada mereka” (kanan).

Seorang anggota Tzu Ching, Christine Sutanti (21) yang masih kuliah pada semester IV di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan mengatakan, “Makna perayaan Hari Ibu bagiku adalah berbakti pada orangtua, kalau bisa lebih meluangkan waktu di saat makan malam bersama orang tua dan senantiasa memberikan perhatian kepada mereka.” Prosesi pemandian Rupang Buddha berakhir dengan ritual salam tulus paling hormat terhadap Sang Buddha, berterima kasih atas panduan lautan kebijaksanaan Buddha bagi semua makhluk di seluruh alam semesta. Insan Tzu Chi berharap semua hadirin pulang dengan membawa serta semerbak moral, semerbak Dharma dan semerbak batin Sang Buddha, senantiasa melakukan refleksi atas tabiat buruk masing-masing dan berusaha memperbaikinya.

“Meski pun bukan beragama Buddha, tetapi saya merasa senang dan enjoy mengikuti acara Waisak ini, karena suka akan kebersamaan semua orang di sini dan juga menghormati sesama agama,” ujar Roslaini, seorang relawan berseragam abu putih yang tinggal di Jalan Mandala Medan.

Lysandra, seorang relawan berseragam biru putih meski pun pada hari Minggu kemarin tetap harus masuk kerja, tetapi tetap berusaha meluangkan waktu untuk mengikuti perayaan ini, karena bagi dirinya mengikuti kegiatan ini merupakan panggilan jiwa. “Saya merasa bahagia dan terharu, mempelajari dan mengikuti ajaran Buddha adalah sangat penting bagiku,” ungkap Lysandra.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan bersama-sama menyusun lokasi barisan agar saat perayaan Waisak barisan dapat tersusun secara rapi, tertib, dan indah (kiri).
  • Semua hadirin secara teratur dan berurutan melakukan prosesi bersujud di kaki Buddha, menyambut semerbak bunga dan semoga penuh dengan berkah (kanan).

Liu Wen Lai (54), warga Kampung Lalang yang baru pertama kalinya mengikuti prosesi pemandian Rupang Buddha di Tzu Chi mengatakan kesannya yang mendalam, “Semua prosesi tersusun rapi, ketika melihat Rupang Buddha terasa sangat terharu sekali di hati, batin juga menjadi lebih jernih.”

“Kebetulan saya adalah salah satu guru di Perguruan Dharma Bakti Lubuk Pakam, kami membawa anak didik kami untuk berpartisipasi dalam acara Waisak ini. Saya berharap anak didik kami dapat mengikuti jejak Buddha Gautama untuk mengembangkan ajaran Buddha di Indonesia,” kata Suja Dewi.

Satu Orang Merekrut Satu Bodhisatwa Dunia
“Saya berharap setiap insan Tzu Chi dapat membawa satu orang Bodhisatwa baru dan juga para donatur yang datang juga membawa  satu orang teman, jadi saya berharap kalau dalam acara Waisak tahun depan, barisannya akan lebih panjang dari sebelumnya,” kata Sylvia Chuwardi, selaku koordinator kegiatan perayaan Hari Waisak kali ini.

Master Cheng Yen mengatakan, jika kehidupan bisa dijalani secara sederhana maka tentu akan bahagia. Ketika Tzu Chi mulai memasuki tahun ke-47, Master Cheng Yen menyampaikan harapannya agar insan Tzu Chi dapat membangun kehidupan bersahaja dan sederhana, serta bersumbangsih dengan niat baik yang paling tulus, mengembangkan kebijaksanaan yang murni dan cinta kasih universal yang tanpa batas, ini adalah tema perayaan Hari Waisak Tzu Chi tahun ini.

  
 

Artikel Terkait

Kebahagiaan Meri dan Ika di Tzu Ching Camp

Kebahagiaan Meri dan Ika di Tzu Ching Camp

19 Agustus 2009 Faktor kesehatan yang membuatnya tidak bisa melanjutkan kuliah di akademi keperawatan, kini Ika berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya di akademi keguruan. “Sekarang harapan aku cuma ingin sembuh, terus aku bisa kerja dan tahun depan aku bisa lanjut kuliah ambil keguruan, berprestasi dengan baik dan mengabdikan diri,” harapnya.
Suara Kasih: Menghimpun Berkah dengan Menerapkan Pola Makan Vegetaris

Suara Kasih: Menghimpun Berkah dengan Menerapkan Pola Makan Vegetaris

03 Februari 2014 Beberapa hari ini, di berbagai tempat di Indonesia terkena banjir. Di Jakarta sendiri ada lebih dari 68.000 orang yang telah dievakuasi dari lokasi bencana.
Kunjungan Siswa-siswi Kairos Gracia Christian School

Kunjungan Siswa-siswi Kairos Gracia Christian School

07 Februari 2024

Pelestarian Lingkungan di komunitas Hu Ai Pluit 2 pagi itu terasa spesial dengan kehadiran 12 murid kelas 9 Kairos Gracia Christian School. Didampingi dua orang tua murid, mereka memilih melakukan pelayanan komunitas di Tzu Chi.

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -