Waisak 2557: Waisak Hari Cinta Kasih di Dunia
Jurnalis : Apriyanto, Yuliati, Fotografer : Anand Yahya, Hansen Hioe (He Qi Pusat), Stephen Ang (He Qi Utara), Widosari Tjandra (He Qi Selatan)
|
| ||
Namun yang membuatnya unik adalah tata cara Waisak di Tzu Chi yang dijalankan dengan begitu terbuka atas dasar filosofi cinta kasih yang universal. Hal inilah yang membuat Waisak Tzu Chi di Indonesia bisa dihadiri oleh banyak kalangan dari berbagai agama dan golongan. Minggu 12 Mei 2013, bertempat di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, insan Tzu Chi Indonesia kembali merayakan Waisak dengan meriah dan khidmat. Hari itu sebanyak 3.500 undangan datang dari berbagai golongan dan agama. Mereka semua berkumpul dan bersatu hati mengikuti prosesi pemandian Rupang Buddha dengan tertib dan indah. Saat perayaan Waisak tiba dan prosesi pemandian Rupang Buddha berlangsung, para peserta berjalan khidmat dalam sebuah barisan yang rapi menuju altar Buddha yang berasap tipis di atas kolam kecil berair wangi. Di depan altar berhiaskan Rupang Buddha kristal ini para peserta secara bergantian membungkukkan badan menyentuh air wangi dan menangkupkan tangan di depan dada. Pesan yang Baik dan Universal
Keterangan :
Lebih lanjut Bhante Khanit mengharapkan agar umat Buddha di Indonesia bisa merenungkan makna Waisak di dalam diri masing-masing. Perenungan itu maksudnya adalah menumbuhkan cinta kasih bagi diri sendiri semoga terbebas dari kebencian. Dengan cinta pada diri sendiri tentu akhirnya seseorang tak lagi memiliki niat jahat kepada orang lain. Bhante Dharmavimala selaku Mahanayaka Sangha Agung Indonesia juga menerangkan kalau Kekuatan pikiran baik dari semua yang hadir di acara Waisak hari itu dapat memberikan kedamaian bagi semua makhluk. Menurutnya yang lebih penting dari kegiatan itu adalah bisa membersihkan noda-noda batin setiap peserta yang hadir.
Keterangan :
Bhante Dharmavimala juga menambahkan kalau Master Cheng Yen pendiri dari Yayasan Buddha Tzu Chi merupakan tokoh yang luar biasa, yang besar pengaruhanya bagi orang banyak untuk melakukan hal baik sesuai dengan ajaran Buddha. “Kita ketahui banyak orang yang akhirnya bisa berada di jalan Dharma, bisa mengabdikan diri di kemanusiaan,” katanya. Memandikan Rupang Buddha
Keterangan :
Menurut Biksu Long Shan memandikan Rupang Buddha melambangkan pembersihan tubuh Sang Buddha. Setelah seseorang membersihkan tubuh Sang Buddha, artinya orang itu juga telah membersihkan diri sendiri dari segala noda di masa lalu. Makna terpenting lagi adalah memandikan Rupang Buddha di depan altar bermakna sadar. “Belajar sadar bahwa sebagai simbolisasi mau menyucikan diri kita. Secara tidak langsung kita membersihkan diri kita. Kalau bisa membersihkan diri kita maka kita bisa mencapai kesadaran seperti Buddha,” terang Biksu Long Shan. Biksu Long Shan juga berharap melalui Waisak ini para peserta yang hadir dari lintas agama bisa memperoleh berkah, tenteram, makmur, harmonis, damai, dan bebas bencana. Setelah berlangsung beberapa saat, prosesi perayaan Waisak yang khidmat ini pun berakhir. Para peserta yang kebanyakan adalah relawan Tzu Chi pulang dengan membawa kebahagiaan. Tentu setelah acara itu berakhir Tzu Chi berharap di setiap hati peserta akan tumbuh benih kebijaksanaan dan benih cinta kasih demi kesejahteraan semua makhluk. | |||
Artikel Terkait
Bertenggang Rasa Terhadap Sesama
10 Oktober 2018Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini membahas tentang pentingnya setiap orang bertenggang rasa. Banyak sekali manfaat jika setiap orang saling bertenggang rasa terhadap sesama, seperti hidup rukun dan damai, saling peduli dan tercipta kesatuan.
Bersama Kita Atasi Wabah Covid-19
23 Maret 2020Sejak tanggal 17 hingga 22 Maret 2020, Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan sejumlah 2.845 baju isolasi dan 279.000 buah masker. Ditambah lagi, 25.200 Alat Rapid Tes telah disalurkan untuk Kemenkes RI yang diterima langsung oleh Menteri Kesehatan RI Dr. Terawan Agus Putranto.