Waisak 2558: Dengan Penuh Syukur Membangkitkan Tekad Luhur
Jurnalis : Yunita Margaret (He Qi Utara) , Fotografer : Feranika Husodo, Henry Tando (He Qi Utara)
Hui Cen Shijie
begitu bersungguh hati menjalani latihan dalam barisan formasi untuk
perayaan Waisak.
Bulan Mei yang penuh berkah terasa istimewa karena setiap minggu kedua seluruh insan Tzu Chi selalu memperingati tiga hari besar secara bersamaan, yaitu Hari Suci Waisak, Hari Ibu International dan Hari Tzu Chi sedunia. Tahun ini acara diselenggarakan pada hari Minggu tanggal 11 Mei 2014, pukul 17:00 WIB di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta. Suasana yang begitu khidmat dihadiri oleh relawan, anggota Sangha, para pemuka agama, tamu undangan, dan masyarakat umum.
Bagi umat Buddha Hari Waisak sangat penting karena memperingati hari kelahiran, pencapaian pencerahan dan parinibbana Buddha Shakyamuni. Namun di Tzu Chi kita dapat merayakannya bersama dari berbagai kalangan dan golongan agama dengan prinsip bersyukur, saling menghormati dan cinta kasih universal. Semua terlihat penuh kesungguhan mendukung kelancaran acara dan prosesi pemandian rupang Buddha. Kegiatan ini bermakna dengan penuh syukur dan kerendahan hati siap menerima serta mempraktekkan Dharma, juga berdoa setulus hati dan membangun tekad demi semua makhluk. Perbuatan baik ini jika dilakukan oleh banyak orang secara bersama-sama tentu akan menjadi sebuah kekuatan yang dapat menginpirasi dan merubah kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Karena itu insan Tzu Chi mengajak semua orang baik relawan maupun masyarakat umum untuk turut berpartisipasi. Hal ini dapat terlihat dalam keindahan formasi barisan daun bodhi serta tulisan Tzu Chi.
Yen Yen saat melakukan latiha prosesi sebelum perayaan
Waisak.
Komitmen dan kesungguhan hati para peserta
Untuk mewujudkan keindahan dan
kerapian diperlukan komitmen dan kesungguhan hati setiap orang dalam mengikuti
latihan. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, Keindahan sebuah kelompok terletak pada keindahan pribadi masing-masing
individu. Tahun ini persiapan latihan, sosialisasi Waisak telah diadakan sejak bulan April pada setiap
minggunya. Memahami pentingnya acara ini, relawan bersungguh hati mengikuti
latihan yang diadakan panitia. Diantaranya ada Hui Cen Shijie yang aktif di misi amal Tzu Chi. Pada setiap latihan Hui Cen
Shijie begitu bersungguh hati.
Baginya ini bagian dari melatih diri untuk menenangkan pikiran dan
berkonsentrasi. “Selama ini kan sibuk
bekerja, jadi latihan ini sebagai moment menenangkan pikiran agar lebih rileks,” ucap Hui Cen Shijie. Tidak ada keluhan ataupun rasa
lelah malah merasa gembira dapat menenangkan hati seperti sedang bermeditasi. Setelah
mengikuti tiga kali latihan dan gladibersih hatinya semakin mantap mengikuti
acara hari ini. “Saya senang dapat melatih diri dan terharu Dharma yang begitu
indah walau sudah lama dibabarkan oleh Buddha tapi kita masih berkesempatan
mendengar dan mempelajarinya. Saya juga gembira ketika melihat para Bhiksu ikut
serta memimpin puja dan melihat begitu banyak peserta yang hadir. Yang terasa
beda pada waisak di Tzu Chi adalah kita sendiri yang melantunkan doa dan
melakukan persembahan secara bersama-sama,” kata Hui Cen Shijie.
Dalam hati Hui Cen Shijie berdoa
dengan tulus semoga semua makhluk hidup bahagia dan memunculkan tekad. “Semoga
saya dapat terus melatih diri sehingga dapat maju berkembang di jalan
bodhisatwa Tzu Ch,i” harap Hui Cen Shijie.
Yen Yen (tengah) saat mengikuti Waisak Tzu Chi pada 11
Mei 2014.
Kesungguhan hati tidak hanya dirasakan oleh relawan saja tapi juga terlihat dari peserta masyarakat umum, salah satunya adalah Yen Yen. Setelah mendaftar ikut barisan, ia selalu rajin datang mengikuti latihan yang diadakan sejak bulan April 2014. Dari awal latihan Yen Yen belajar dengan sungguh-sungguh cara wen xun, tata cara prosesi dan pradaksina, ia juga belajar melafalkan lantunan doa. “Setiap latihan saya merasa hati menjadi tenang,” ucap Yen Yen. Ia menghargai kesempatan mengikuti barisan daun bodhi dengan berusaha memberikan yang terbaik. “Kalau tidak latihan nanti hasilnya tidak bagus,” terang Yen Yen. Mengikuti dari awal sosialisasi hingga acara berlangsung hari ini membuat hatinya terharu. “Saya merasakan Master Cheng Yen begitu welas asih. Saya sangat bersyukur telah diberi kesempatan mengikuti Waisak Tzu Chi walau saya belum bergabung menjadi relawan. Dengan doa bersama ini semoga manusia tersadarkan, mencintai kehidupan dan memunculkan welas asih kepada semua makhluk, sehingga kehidupan kita tidak sia-sia,” ucap Yen Yen.
Dari perasaan penuh syukur ini Yen Yen mempunyai keinginan. “Kedepannya saya juga ingin menjadi relawan,” ungkapnya. Sungguh terharu melihat ketulusan semua orang sehingga perayaan tiga hari besar berlangsung dengan lancar. Acara telah selesai namun rasa bahagia ini akan terukir dalam hati masing-masing yang telah menjadi bagian dari sejarah Tzu Chi. Semoga kedepannya akan lebih banyak menggalang bodhisatwa dunia berpartisipasi dalam doa bersama membangkitkan cinta kasih dan tekad luhur.
Artikel Terkait
Waisak 2558: Keindahan di Balik Formasi
12 Mei 2014 Berkas cahaya sore dari ufuk barat seolah menambah keindahan Aula Jing Si menjadi lebih cemerlang. Aula Jing Si yang dibangun oleh ribuan titik cinta kasih itu menjadi pusat keramaian bagi para relawan dan pengunjung yang ingin memperingati Waisak 2014 dan memahami Budaya Humanis Tzu Chi.Waisak 2558: Jarak dan Usia Tidak Membatasi Hati
12 Mei 2014Waisak 2014 adalah suatu acara yang spesial di hati penganut ajaran Buddha yang universal. Ajaran yang universal itu yang membuat kita semua bisa bergabung menjadi satu keluarga yang spesial.