Waisak 2558: Doa Universal Bagi Semua Insan

Jurnalis : Metta Wulandari, Yuliati, Indri Hendarmin, Iea Hong, Fotografer : Anand Yahya, Vimala Sura (He Qi Selatan), Mikidana & Yusnita(He Qi Utara)


Minggu, 11 Mei 2014, insan Tzu Chi Indonesia merayakan perayaan Hari Raya Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia.

Minggu kedua di bulan Mei, insan Tzu Chi di seluruh dunia termasuk Indonesia merayakan tiga hari besar: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Upacara ini seakan mengingatkan kita untuk kembali mengucapkan syukur kepada Buddha yang telah membagi kebijaksanaan, kepada orang tua kita yang telah mencurahkan kasih sayangnya, dan juga kepada semua makhluk, sekaligus berdoa agar terus dapat dengan tekun melatih semangat Bodhisatwa. Di Indonesia, acara ini dilaksanakan pada Minggu, 11 Mei 2014, serentak di Kantor Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan sembilan Kantor Penghubung/Perwakilan Tzu Chi di luar kota dengan jumlah keseluruhan peserta sebanyak 8.820 peserta. Tema Doa Jutaan Insan yang mempunyai tujuan agar semua manusia hidup aman tenteram dan dunia terbebas dari bencana, seperti apa yang Master Cheng Yen inginkan.

Di Jakarta sendiri, perayaan Waisak dihadiri oleh 4.500 peserta. Upacara pemandian Rupang Buddha terasa amat khidmat meski jumlah peserta sangat banyak. Seluruh peserta beranjali, memanjatkan Sutra Makna Tanpa Batas, berdoa bersama, dan melakukan prosesi pemandian Rupang Buddha. Para peserta secara bergiliran membungkuk, mencelupkan jari dalam air sambil memegang kuncup bunga dan memegang telapak tangan mereka bersama-sama. Mencelupkan jari-jari dalam air merupakan simbol menyentuh kaki Buddha, sedangkan aroma air sebagai simbol mengenang kebajikan Buddha, dan berharap kebajikan Buddha akan selalu ada di dalam hati. Upacara ini dipersiapkan dengan teliti dan dilakukan dengan hormat dan khidmat.


Sebanyak 4.500 peserta dan tamu secara khidmat mengikuti rangkaian acara yang mengusung tema "Doa Jutaan Insan".


Dalam perayaan Waisak ini, bukan hanya mengundang para pemuka agama Buddha, namun juga mengundang pemuka agama lainnya untuk mengusung nilai universal dan keberagaman.

Keharmonisan Dalam Keberagaman
Perayaan tiga hari besar yang dilakukan Tzu Chi tidak hanya diikuti oleh para pemuka agama Buddha, namun juga berbagai pemuka agama lain pun turut hadir, bersama-sama memanjatkan doa agar dunia damai dan terbebas dari bencana serta masyarakat aman dan tenteram. Seperti salah satu tamu, Ir. Wayan Sutharta, M.Sc (Parisada Hindu Dharma DKI Jakarta), yang menuturkan bahwa doa merupakan suatu energi dan kekuatan yang luar biasa. “Doa sejuta umat itu betul-betul akan sangat bermanfaat jika dilakukan dengan ketulusan karena energi yang dikeluarkan dari otak kita itu benar-benar luar biasa. Dan ini baik itu dilaksanakan oleh agama lain, kita bersama-sama mendoakan agar nusa dan bangsa betul-betul terhindar dari kerusakan moral,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan oleh Romo Riyo Mursanto SJ (Romo Provinsial Serikat Jesus). Pemuka agama Katolik ini sebenarnya telah berulang kali datang berkunjung ke Aula Jing Si, namun acara waisak ini merupakan kegiatan waisak pertama yang ia ikuti. “Upacara waisak Tzu Chi sangat khidmat, penuh keheningan yang memperlihatkan kedamaian,” ucap Romo Riyo.


Suasana penuh khidmat terlihat didukung dengan adanya dekorasi yang menonjolkan keanggunan dan keagungan Buddha.


Demi lancarnya acara Waisak, para relawan dekorasi dengan teliti mempersiapkan dekor di beberapa titik di Aula Jing Si.

 Menilai perayaan waisak yang sarat akan nilai lintas agama, Suhu Andhanavira, pemuka agama Buddha, justru mengungkapkan kekagumannya pada Tzu Chi yang ternyata menunjukkan suatu bentuk keberagaman dalam perayaan Waisak. “Kekuatan dari Bodhisatwa dan keharmonisan menyatu dengan masyarakat. Tzu Chi juga memperingati Waisak dengan cara yang universal terhadap semua kalangan. Ini sangat bagus dan harmonis,” paparnya. Keberagaman ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah untuk Tzu Chi bahwa perbedaan bukanlah suatu halangan untuk berbuat kebajikan.

Bodhisatwa Di Balik Layar
Khidmatnya prosesi waisak tidak lepas dari tangan-tangan dingin para relawan dekorasi yang menyiapkan tata letak altar beserta rupang dan pernak-perniknya secara apik dan teliti. Sudah sejak seminggu sebelum kegiatan Waisak dilaksanakan, para relawan sudah sibuk mendekor Aula Jing Si untuk menyambut perayaan waisak. Lebih dari 100 Rupang Buddha terbagi di beberapa titik prosesi yang terdapat di lapangan, Lantai 4, dan lantai 1 Aula Jing Si. Salah satu relawan yang dari tahun ke tahun selalu membantu dekorasi rupang Buddha adalah Yoppie Budianto. Sejak tahun pertamanya bergabung di Tzu Chi, ia selalu mendedikasikan diri dalam kegiatan dan juga membantu persiapan dekor terutama dekorasi masalah listrik dan Rupang Buddha. “Pertama kali bentu dekor dari jam 10 pagi, selesai jam 3 pagi,” ujarnya sambil tertawa.

 Relawan yang aktif di He Qi Pusat ini merasa bahwa pekerjaan yang sulit apabila dilakukan secara bersama-sama maka tidak akan terasa sulit. “Tahun 2010 lebih ringan, dari jam 10.00 pagi sampai jam 2.00 pagi (Subuh),” tambahnya bercerita. Secara bertahap, relawan yang membantu masalah dekor rupang dan listrik terus bertambah, hal ini membuatnya merasa senang. “Dibawa happy aja…., pasti semuanya tidak membebani,” ujar Yoppie Shixiong.

 Sebelum dekorasi terlihat anggun dan cantik, beberapa kendala tentunya ditemui oleh relawan. Salah satunya adalah adanya perpindahan titik prosesi. “Altar sepanjang 60 meter yang awalnya berada di depan Aula, kami pindahkan ke lantai 4 Aula Jing Si,” ujar Like Shijie. Pemindahan titik prosesi bukanlah tanpa alasan, namun para relawan secara detail memikirkan kenyamanan para tamu yang menghadiri acara. “Berpindah karena mempertimbangkan 3 hal; mempertimbangkan jumlah tamu yang akan datang, kemudian khidmatnya acara, yang ketiga adalah mempertimbangkan mengenai cuaca. Penggunaan lantai 4 aula dirasakan lebih bisa menampung banyak tamu dan juga membuat para tamu merasa nyaman serta khidmat dalam mengikuti acara waisak,” jelas Like Shijie. Hal ini terbukti membuat sebanyak lebih dari 2000 orang tamu merasa lebih nyaman dan khidmat dalam mengikuti acara.


Artikel Terkait

Waisak 2558: Jarak dan Usia Tidak Membatasi Hati

Waisak 2558: Jarak dan Usia Tidak Membatasi Hati

12 Mei 2014

Waisak 2014 adalah suatu acara yang spesial di hati penganut ajaran Buddha yang universal. Ajaran yang universal itu yang membuat kita semua bisa bergabung menjadi satu keluarga yang spesial.

Menyebarkan Semangat Cinta Kasih

Menyebarkan Semangat Cinta Kasih

02 Juni 2014 Setiap tahun di bulan Mei, insan Tzu Chi di seluruh dunia merayakan hari Tri suci Waisak, hari Ibu Internasional dan hari Tzu Chi sedunia.  Dengan perayaan Waisak, kita mengingat jasa dan budi luhur sang Buddha yang telah membabarkan Dharma, membimbing kita untuk  memperoleh kebijaksanaan.
Waisak 2558: Keindahan di Balik Formasi

Waisak 2558: Keindahan di Balik Formasi

12 Mei 2014 Berkas cahaya sore dari ufuk barat seolah menambah keindahan Aula Jing Si menjadi lebih cemerlang. Aula Jing Si yang dibangun oleh ribuan titik cinta kasih itu menjadi pusat keramaian bagi para relawan dan pengunjung yang ingin memperingati Waisak 2014 dan memahami Budaya Humanis Tzu Chi.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -