Waisak 2558: Keharmonisan Nilai Ajaran Buddha

Jurnalis : Indri Hendarmin(He Qi Utara) , Fotografer : Juliana Santy, Teddy Lianto


Para peserta Waisak mengikuti prosesi pemandian rupang Buddha di lantai 4, Aula Jing Si.

Pada perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Sedunia, dan Hari Tzu Chi Internasional 2014, Tzu Chi Indonesia, khususnya Jakarta, mengajak relawan dan masyarakat untuk membentuk barisan daun Bodhi beserta huruf TZU CHI. Sejak siang hari satu persatu relawan maupun masyarakat berdatangan untuk mempersiapkan upacara waisak yang akan dilaksanakan pada pukul lima sore ini, sebelum hari H semua relawan dan masyarakat yang  tergabung mengikuti barisan daun Bodhi dan Tzu Chi menjalani pelatihan agar pelaksanaan acara Waisak ini berjalan dengan sangat baik dan lancar. Walaupun tahun lalu upacara Waisak pembentukan barisan daun Bodhi Tzu Chi boleh di perkirakan cukup berhasil namun tahun ini Tzu Chi menginginkan yang lebih dari tahun lalunya dengan membentuk tambahan barisan yang membentuk huruf Tzu Chi banyak kekhawatiran mengingat ini bukanlah hal yang mudah karena adanya kekhawatiran kurangnya personal untuk barisan ini bahkan sempat terjadi banyak perubahan tetapi sungguh semua hal ini di uar dugaan, semua terlaksana dengan baik, semua kekhawatirkan kami terbayar dengan kegembiraan, Jing Si Tang hari itu benar-benar menjadi luapan umat manusia dari lantai empat hingga lantai satu, kami semua bersatu mempunyai visi yang sama mendoakan agar dunia bebas dari bencana.

Di lantai empat saya melihat langit  berwarna kebiruan-biruan seakan turut mendukung acara waisak hari ini , tepat jam lima sore semua relawan  dan masyarakat yang membentuk barisan daun Bodhi beserta huruf Tzu Chi semua sudah memenuhi lapangan Wen Yue Shiqu dan Merry Shijie yang ini memandu acara membuka acara Waisak hari itu. Dengan barisan baju biru dan topi khasnya sebagai perwakilan dari pesantren membantu Tzu Chi dengan menjadi penyambut para tamu yang berdatangan di sekitar depan gedung Jing Si tang, keindahan sangat terasa melihat dukungan dari berbagai pihak pada acara upacara waisak yang Tzu Chi adakan tiap tahunnya, terlebih tahun ini Tzu Chi sudah menginjak usia 48 Tahun dan di tahun ini pula yang merupakan upacara Waisak yang jumlah pesertanya terbanyak, sungguh sangat beryukur dengan jalinan jodoh yang telah terbentuk hingga saat ini, semakin lama dukungan terhadap Tzu Chi dari berbagai pihak sangat dirasakan.


Suhu Aan merasa terkesan ketika pertama kali mengikuti Waisak di Tzu Chi.

Setelah semua berkesempatan memberikan penghormatan memandikan rupang Buddha acara pun berakhir, pemuka agama semua menuju lantai dua, dan kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk mengajak berbincang-bincang, saya menduduki kursi yang ada mendekati biksu yang biasa dipanggil suhu Aan beliau ditashbikan menjadi biksu dengan nama Andhanavira beliau biasa tinggal di Wihara Cilincing, ia mengatakan upacara Waisak ini sangat bagus, hikmad, dan sakral, kekuatan dari bodhisatwa dan keharmonisan menyatu dengan masyarakat, yang paling membuatnya terkesan adalah Tzu Chi memperingati Waisak dengan cara yang universal terhadap semua kalangan, ia juga menceritakan bahwa baru pada tahun ini ia berkesempatan mengikuti kegiatan waisak yang Tzu Chi adakan tahun ini dan ia juga memberikan sedikit sharing kepada saya untuk menambah pengetahuan saya, waisak dalam tradisi ajaran Mahayana (yang menyebar di sekitar wilayah utara yakni negeri Cina, Taiwan)  berdasarkan perhitungan Imlek yang jatuh pada tanggal 8 di bulan 4 lunar, dialiran Mahayana biasanya diperingati dengan cara pemandian Rupang Buddha. Di tradisi Theravada yang penyebarannya di wilayah selatan seperti negeri Myanmar, Thailand Waisak diperingati pada bulan Mei dan bagi aliran Theravada Waisak memperingati tiga peristiwa penting, yakni memperingati hari lahirnya Pangeran Siddharta Gautama, yang kedua memperingati Pangeran Siddharta Gautama mencapai penerangan sempurna, terakhir memperingati Sang Buddha mencapai Parinibbana. Di akhir perbincangan beliau mengatakan yang terpenting bukan ajaran ataupun aliran tertentu, tetapi bagaimana kita dapat mempraktekan ajaran filosofi Buddhis dalam kehidupan sehari-harinya.


Room Ryo mengamati kegiatan di Tzu Chi lebih banyak pada kegiatan universal yang tak memandang perbedaan.

Berkaitan dengan filosofi Buddhis hari ini saya juga mendapatkan berkah karena saya dapat berbincang dengan pemuka agama dari non Buddhis, yakni Romo Ryo ia merupakan perwakilan dari pemuka agama Katolik, ia sering berkunjung ke Jing Si Tang ini, namun perayaan Waisak yang Tzu Chi adakan tahun ini adalah yang pertama kalinya ia ikuti ”Upacara waisak Tzu Chi sangat khimat, Keheningan yang memperlihatkan kedamaian”  sebagai umat Katolik yang mempunyai perbedaan keyakinan ia mengatakan pandangan Katolik tentang ajaran Buddhis “Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang memerlukan bimbingan, Buddha memberikan satu jalan kepada umat manusia, dalam ajaran Katolik yang berdasarkan Konsili Vatikan yang mengajarkan agama sebagai suatu cara untuk kembali kepada Sang Pencipta. Tzu Chi memperlihatkan keteraturan yang membuat nilai-nilai keindahan,” katanya tentang kesannya terhadap Tzu Chi.

Tak terasa sudah malam pun menjelang, para relawan dan pesertapun sudah meninggalkan Jing Si Tang, acara sudah berlangsung dengan hikmad dan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak, semoga dukungan dari berbagi pihak akan disusul dengan penerapan filosofi Budhis dalam kehidupan nyata tiap harinya, Gan En.


Artikel Terkait

Gema Doa Sejuta Insan di Singkawang

Gema Doa Sejuta Insan di Singkawang

09 Juni 2014 Melihat begitu banyaknya bencana yang terjadi dan penderitaan manusia yang tiada henti, maka tema yang diusung untuk perayaan tahun ini adalah “Doa Sejuta Insan”. Harapan dan doa jutaan orang dalam waktu yang bersamaan di seluruh daerah diyakini mampu menghalau berbagai bencana dan penderitaaan yang akan terjadi.
Waisak 2558: Dengan Penuh Syukur Membangkitkan Tekad Luhur

Waisak 2558: Dengan Penuh Syukur Membangkitkan Tekad Luhur

16 Mei 2014 Bulan Mei yang penuh berkah terasa istimewa karena setiap minggu kedua seluruh insan Tzu Chi selalu memperingati tiga hari besar secara bersamaan, yaitu Hari Suci Waisak, Hari Ibu International dan Hari Tzu Chi sedunia.
Sungguh Hati Berlatih Prosesi Waisak

Sungguh Hati Berlatih Prosesi Waisak

19 Mei 2014 Bagaimana kita juga bisa berbuat lebih banyak kebaikan bagi sesama yang masih membutuhkan uluran tangan-tangan, sehingga semakin banyak hati manusia tersucikan, cinta kasih yang tersebar mampu menghapus dunia dari segala bencana.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -