Waisak 2558: Keindahan di Balik Formasi

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Anand Yahya, DAAI TV, Henri Tando, & Mikidana


Formasi barisan relawan dan masyarakat membentuk gambar daun bodhi dan tulisan Tzu Chi.

Sore itu 11 Mei 2014,Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta nyaris sempurna dengan lanskap langit biru berselaput awan putih. Berkas cahaya sore dari ufuk barat seolah menambah keindahan Aula Jing Si menjadi lebih cemerlang. Aula Jing Si yang dibangun oleh ribuan titik cinta kasih itu menjadi pusat keramaian bagi para relawan dan pengunjung yang ingin memperingati Waisak 2014 dan memahami Budaya Humanis Tzu Chi. Selain memperingati hari raya Perayaan Waisak, Tzu Chi merupakan sarana memperkenalkan budaya kemanusiaan kepada banyak orang dan meresapinya ke dalam diri sendiri. Satu diantaranya adalah melalui formasi barisan Tzu Chi. Pada tahun ini perayaan Waisak Tzu Chi di hadiri oleh 4500 peserta dengan bertempat di lapangan Teratai gedung Tzu Chi Center. Di kegiatan ini, relawan bersama masyarakat umum membentuk barisan bertuliskan Tzu Chi dan gambar daun bodhi. Inilah yang membuat Waisak tahun ini terlihat istimewa.  

Tentunya keindahan barisan ini tak terlepas dari Elvy Kurniawan yang mendisain barisan dan Pui Sudarto yang mensponsori kostum peserta agar terlihat indah berseragam. Menurut Elvy formasi barisan peserta Waisak tahun ini yang bertambah besar berkaitan dengan tema Doa Sejuta Insan untuk mengharap berkah dan dunia bebas dari bencana, “Sekarang ini keadaan dunia semakin tidak menentu bencana di mana-mana. Terutama di Indonesia dalam tahun ini mengalami banyak bencana seperti banjir besar di awal tahun, gunung Sinabung meletus, dan banjir bandang di Manado, membuat kita harus menggalang doa dari sejuta insan agar dunia bebas dari bencana,” jelas Elvy. Karena itulah untuk perayaan Waisak kali ini relawan Tzu Chi terus menggalang dan mensosialisasikan kegiatan Waisak demi terwujudnya Doa Sejuta Insan.


Kerapihan menjadi ciri khas dalam setiap kegiatan Tzu Chi.


Kumpulan orang yang bersatu dalam lautan manusia membentuk formasi yang indah.

Setelah mensosialisasikan kegiatan Waisak Tzu Chi ke berbagai Sekolah Buddhis, Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi), warga bebenah kampung, dan masyarakat umum, maka terkumpullah 960 orang yang bersedia ikut dalam barisan formasi bertuliskan Tzu Chi. Namun untuk membuat barisan rapi pada hari perayaan diperlukan kesungguhan hati. Di sinilah peran para relawan di setiap komunitas. Mereka terus menjaga hubungan dengan orang-orang yang sudah diajak untuk masuk dalam barisan agar dengan ikhlas memberikan waktu dan tenaganya di hari perayaan demi keindahan Budaya Humanis Tzu Chi. 


Pui Sudarto (kiri) berjalan setelah menjalani prosesi permandian Buddha rupang. Merasa tersentuh dengan filosofi Tzu chi yang berbuat untuk sesama Pui menjadi konsisten bergabung di relawan Tzu Chi.

Menyelami ajaran Tzu Chi dan berbuat nyata dalam kehidupan.
Selain menggalang peserta, menyediakan seragam bagi peserta formasi juga merupakan hal yang terpenting pada perayaan ini. Pasalnya agar tulisan Tzu Chi dan gambar daun bodhi terlihat indah maka harus menggunakan seragam dengan warna khusus. Warna hijau muda pada barisan Tzu Chi dan gambar daun bodhi merupakan warna khusus yang dibuat oleh relawan Tzu Chi. seorang relawan yang mau mensponsori ini adalah Pui Sudarto. Sejak dua bulan lalu sebelum perayaan ini dimulai Pui sudah sibuk berdiskusi dengan ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk menentukan warna dan model seragam. Namun karena warna yang diinginkan oleh Tzu Chi tidak ada di pasaran, maka Pui bersedia membuat warna itu di pabrik kainnya. Meski harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit, tapi Pui tak ragu untuk menjalani tugas ini. Baginya tugas yang ia emban di Tzu Chi merupakan bagian dari pelatihan diri, “Di Tzu Chi ini saya sedang menerima ajaran. Jadi apa yang di dapat untuk dijalankan saya jalankan. Hasilnya pun saya mendapatkan pelajaran batin,” kata Pui.


Prosesi Waisak mulai dilaksanakan.

Menurutnya semenjak lima tahun yang lalu semenjak mengenal Tzu Chi, semenjak itulah ia baru mengikuti perayaan Waisak. Dan tentunya pengalaman ini membuat dirinya terkesan karena di Tzu Chi semua berjalan dengan rapi dan indah. Di Waisak Tzu Chi pula ia menyaksikan sendiri keberagaman ini terlihat nyata “Waisak Tzu Chi selain rapi juga kita bisa lihat berbagai umat beragama ikut dalam perayaan ini. Itulah sebabnya saya berkesan mengikuti Waisak di Tzu Chi,” aku Pui. Ke depannya setelah perayaan Waisak ini Pui tak hanya berharap relawan bisa bertambah banyak, tapi juga relawan yang sudah banyak itu bisa lebih menyelami ajaran Tzu Chi yang universal dan berbuat nyata dalam kehidupan.

Formasi barisan relawan dan masyarakat membentuk gambar daun bodhi dan tulisan Tzu Chi

Artikel Terkait

Berbakti Pada Ibu di Waisak Tzu Chi

Berbakti Pada Ibu di Waisak Tzu Chi

06 Juni 2014 Wajah Nenek Hartati diliputi senyuman, walau kini umurnya telah mencapai 88 tahun, dengan kondisi pergerakannya sudah tidak leluasa lagi, tapi di umurnya yang telah lanjut nenek Hartati masih bisa mengikuti acara waisak yang di adakan oleh Tzu Chi di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, pada hari Minggu 11 Mei 2014.
Waisak 2558/2014: Menunjukkan Sikap Bakti Pada Orangtua

Waisak 2558/2014: Menunjukkan Sikap Bakti Pada Orangtua

23 Mei 2014 Jauh hari sebelum perayaan, semangat yang mengebu-gebu terlihat ketika para insan Tzu Chi mempersiapkan segala keperluan untuk merayakan hari yang sakral ini.
Waisak 2558: Jarak dan Usia Tidak Membatasi Hati

Waisak 2558: Jarak dan Usia Tidak Membatasi Hati

12 Mei 2014

Waisak 2014 adalah suatu acara yang spesial di hati penganut ajaran Buddha yang universal. Ajaran yang universal itu yang membuat kita semua bisa bergabung menjadi satu keluarga yang spesial.

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -