Waisak dan Semangat Rela Berkorban

Jurnalis : Dwi Hariyanto (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Mie Li, Prawira, Pungky, Sunaryo (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)
157 Relawan yang tergabung dalam barisan formasi pada peringatan Hari waisak yang digelar Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun

Perayaan Waisak yang digelar Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pada pekan lalu, Minggu (8/5/2016) berlangsung Khidmat. Perayaan yang dimulai pada pukul 07.30 WIB tersebut dimulai dengan Gatha Pendupaan (doa pembukaan). Dua anggota Sangha yang hadir kemudian mengawali Yu Fo (Pemandian Rupang Buddha) dan dilanjutkan oleh Romo Pandita dan relawan serta tamu undangan.

Salah seorang relawan, Ani Shijie mengaku tersentuh dengan setiap kegiatan dalam perayaan ini. “Setiap mendengar alunan Sutra dan Gatha dibunyikan tiba-tiba air mata ini menetes tak terhindarkan,” ujar Ani, relawan Tzu Chi yang bertanggungjawab di bagian meja persembahan.  

Dengan Khikmat dan penuh sukacita barisan Tzu Shao melakukan Pemandian Rupang Buddha

Sementara itu salah satu anggota Sangha, Suhu Badra Viriya mengaku sangat terhormat menjadi bagian dari Perayaan Waisak yang tahun ini bertepatan pula dengan Hari Ibu Internasional dan hari jadi Tzu Chi Sedunia yang ke-50 tahun. “Kegiatan Waisak ini sungguh luar biasa. Karena acara ini merayakan tiga kegiatan sekaligus,” kata Suhu Badra Viriya.

Usai kegiatan Waisak,  acara dilanjutkan dengan perayaan Hari Ibu Internasional. Kegiatan ini diawali dengan memotong kue bagi para ibu yang hadir. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan isyarat tangan dan pementasan drama “Kasih Ibu Sepanjang Masa” yang diperankan oleh para  relawan Tzu Chi Karimun. Acara ditutup dengan prosesi membasuh kaki orang tua yang menciptakan suasana haru.

Kartono Shixiong, seorang relawan yang halaman rumahnya harus dibongkar untuk Perayaan Waisak. 


Salah seorang tamu undangan tampak haru ketika mencuci kaki sang ibu 

Perayaan Waisak dan Semangat Rela Berkorban

Perayaan Waisak kali ini tak bisa dilepaskan dari peran seorang relawan bernama Kartono Shixiong.  Kartono merelakan halaman rumahnya dibongkar dan dijadikan lokasi perayaan. Beberapa tanaman juga harus ditebang, serta halaman rumah yang masih semak belukar pun diratakan. Sebagian pagar yang mengelilingi rumah Kartono Shixiong juga harus dilepas sebagai jalan masuk tempat berlangsungnya kegiatan.  “Tidak masalah tanaman-tanaman di halaman rumah saya dipangkas dan pagar juga dibongkar. Apabila tahun depan acara Waisak (Tzu Chi) mau di sini lagi ya kalau mau diluaskan tempatnya ya saya bersedia halaman rumah ini saya luaskan lagi,” ujar Kartono Shixiong  penuh semangat.

Perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia ini pun berjalan sukses dan berhasil membayar rasa lelah para relawan yang begitu giat mempersiapkan acara. Karena itu rona bahagia begitu terpancar dari wajah para relawan usai acara.  


Artikel Terkait

Waisak 2558: Keharmonisan Nilai Ajaran Buddha

Waisak 2558: Keharmonisan Nilai Ajaran Buddha

14 Mei 2014 Para relawan dan pesertapun sudah meninggalkan Jing Si Tang, acara sudah berlangsung dengan hikmad dan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak, semoga dukungan dari berbagi pihak akan disusul dengan penerapan filosofi Budhis dalam kehidupan nyata tiap harinya.
Berpedoman Kepada Sang Buddha

Berpedoman Kepada Sang Buddha

23 Mei 2014 Melalui prosesi pemandian Buddha Rupang ini diharapkan bisa mempergunakan hati yang paling tulus dalam memberikan puja hormat kepada Buddha, untuk menaklukan keangkuhan di dalam hati dan kembali pada pola hidup yang bersahaja.
Waisak Perdana Tzu Chi Palembang

Waisak Perdana Tzu Chi Palembang

23 Mei 2014 Persiapan demi persiapan dilakukan, dari Fandi Shixiong selaku koordinator yang belajar prosesi Waisak di Jakarta hingga ia kembali ke Palembang dan mulai memberi arahan kepada semua relawan bagaimana melakukan prosesi perayaan Waisak dengan baik.
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -