Waisak di Bumi Lancang Kuning

Jurnalis : Mimi, Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Relawan Tzu Chi Pekanbaru
 
 

fotoPara siswa Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Pekanbaru juga turut mengikuti perayaan Waisak. Kegiatan ini dibagi menjadi 2 sesi: pagi untuk relawan Tzu Chi dan siang untuk siswa kelas budi pekerti, donatur, dan masyarakat umum.

Setiap minggu kedua bulan Mei adalah bulan yang sarat dengan kegiatan bagi insan Tzu Chi dalam rangka peringatan ”Hari Waisak, Hari Ibu dan Hari Tzu Chi Sedunia”. Minggu, 9 Mei 2010, insan Tzu Chi di seluruh dunia melakukan perayaan ketiga peristiwa tersebut di atas. Tahun 2010 ini merupakan Ulang Tahun Tzu Chi ke-44. Tema peringatan tahun ini adalah ”Giat Mempraktikkan Ajaran Jing Si”, dimana ketika menghadapi penderitaan, kita dapat memupuk kewelasasihan, ketika menghadapi perubahan kita dapat menguji kebijaksanaan.

Setangkai Bunga untuk Mama
Dalam perayaan Waisak tahun ini, Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru melakukan upacara Prosesi Pemandian Rupang Buddha di aula kantor yang dimulai pada pukul 09.00 - 14.00 WIB. Kegiatan ini dibagi menjadi 2 sesi: sesi pagi untuk para insan Tzu Chi dan sesi siang untuk para Bodisatwa cilik (anak kelas budi pekerti), donatur, dan masyarakat umum. Prosesi ini dimaksudkan untuk membangkitkan cinta kasih diri sendiri, tulus dan hormat tanpa kerisauan sehingga tercapai batin yang terang dan jernih.

Setelah prosesi pemandian Rupang Buddha, acara dilanjutkan dengan perayaan Hari Ibu yang diwujudkan dalam bentuk mencuci kaki ibu sebagai wujud syukur dan terima kasih atas kasih dan bimbingan ibu yang tiada batas dan tanpa pamrih. Acara ini ramai diikuti oleh anak-anak dari Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Pekanbaru. Dengan sikap kepolosan seorang bocah mereka rela mengorbankan uang jajan demi setangkai bunga yang akan dipersembahkan kepada mama tercinta sebagai ungkapan terima kasih dan cinta mereka. Diiringi dengan tayangan Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak, suasana haru pun menghiasi acara ini. 

foto  foto

Ket : - Sebanyak kurang lebih 500 (relawan dan masyarakat umum) orang mengikuti perayaan Waisak yang              dilaksanakan Tzu Chi Pekanbaru di aula kantor yang diresmikan pada 16 Maret 2010 lalu. (kiri)
          - Setelah prosesi pemandian Rupang Buddha, acara dilanjutkan dengan perayaan Hari Ibu yang              diwujudkan dengan mencuci kaki ibu sebagai wujud bakti seorang anak kepada ibunya. (kanan)

”Sebelumnya saya ada cerita kepada anak lelaki saya bahwa di Tzu Chi ada perayaan Hari Waisak, Hari Ibu dan Hari Tzu Chi Sedunia. Tetapi saya sungguh tidak menyangka bahwa pada hari-H, anak saya datang dan mencuci kaki saya. Saya sungguh terharu. Ini sungguh merupakan sebuah kejutan bagi saya karena biasanya anak laki-laki tidak biasa dengan kegiatan seperti ini,” ungkap Kim Luan Shijie, seorang ibu sekaligus relawan biru putih yang berderai air mata karena terharu.

Pohon Tekad
Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan siang bersama dengan hidangan vegetarian— untuk melindungi bumi kita. Setelah menikmati hidangan makan siang, para pengunjung kembali disuguhkan dengan teh hangat di sebuah meja kecil sederhana sambil mendengarkan pengetahuan-pengetahuan lain akan budaya Tzu Chi melalui CD dan lagu-lagu Tzu Chi, buku-buku hasil karya Master Cheng Yen, aneka ragam alat makan Tzu Chi yang higienis, efektif dan efisien sehingga dapat mengurangi pemakaian plastik atau styrofoam, buku Renungan Kalbu Master Cheng Yen dengan dipandu oleh beberapa relawan Tzu Chi  di ruang Jing Si Books. Hari bervegetarian cukup menginspirasi beberapa pengunjung sehingga menimbulkan tekad di dalam hati untuk berusaha bervegetarian walau dimulai dengan bervegetarian dalam beberapa hari saja. Niat dan tekad yang bajik tersebut ditulis di atas sehelai daun Bodhi yang kemudian dapat digantungkan di ”Pohon Tekad”.

foto  foto

Ket : - Rasa haru membanjiri perasaan para ibu saat menerima setangkai bunga dari buah hati mereka dalam             acara Hari Ibu yang diadakan relawan Tzu Chi Pekanbaru. (kiri).
         - Dalam rangka Waisak dan upaya melestarikan lingkungan, makanan yang disajikan adalah makanan             vegetarian. (kanan)

Bagi sebagian orang prosesi pemandian Rupang Buddha di Tzu Chi berbeda dengan prosesi yang biasa dilakukan di wihara. Namun inilah keunikan yang terjadi tanpa mengurangi makna yang hakiki. Ruang kebaktian dirancang dan dihias begitu indah dengan daun-daun Bodhi yang sengaja didatangkan dari Kota Batam oleh relawan Tzu Chi Pekanbaru, menjadikan suasana menjadi begitu hening, indah, dan bermakna.

Acara diikuti oleh kurang lebih 500 orang dari berbagai kalangan dan 125 relawan Tzu Chi. Semoga dengan adanya kegiatan ini akan lebih banyak lagi orang yang tertarik untuk menjadi Bodhisatwa dunia dalam melakukan kebajikan, menghimpun karma baik agar dunia terhindar dari bencana dan semua makhluk hidup berbahagia.

Selesai kegiatan, para relawan yang terlibat dalam ketiga acara tersebut berkumpul di ruang altar lantai 3 untuk saling berbagi pengalaman dan inspirasi atas apa yang telah dirasakan atau dialami pada kegiatan ini. Diharapkan melalui sharing ini bisa menginspirasi sesama relawan untuk belajar dan semakin mantap berjalan di jalan Bodhisatwa.

  
 
 

Artikel Terkait

<em>How Old Are U?</em>

How Old Are U?

23 April 2009
Dulu Dibantu, Sekarang Tergerak untuk Membantu

Dulu Dibantu, Sekarang Tergerak untuk Membantu

13 Juli 2022

Natalia dan Viona, keduanya adalah remaja putri yang sudah menuntaskan pendidikan sekolah menengah mereka. Mereka sebelumnya merupakan anak asuh Tzu Chi di komunitas relawan He Qi Pusat yang kini bertekad untuk bergabung menjadi relawan dan ingin bersumbangsih di misi pendidikan nantinya.

Sambut HUT Ke-17, RSCK Tzu Chi Gelar Kegiatan Donor Darah

Sambut HUT Ke-17, RSCK Tzu Chi Gelar Kegiatan Donor Darah

09 Desember 2024

Dalam rangka HUT Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi ke-17 diselenggarakan rangkaian kegiatan, salah satunya adalah donor darah. Dalam kegiatan ini berhasil dihimpun 56 kantong darah dari para peserta.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -