Waisak di Pulau Batam
Jurnalis : Budianto (Tzu Chi Batam), Fotografer : Anas, Budianto, Djaya Iskandar, Mina (Tzu Chi Batam)Para relawan dengan sepenuh hati mempersembahkan lilin, air, dan bunga dalam gladi resik perayaan Waisak. Ini memperlihatkan keindahan budaya kemanusiaan Tzu Chi yang rapi dan khikmad. |
| ||
Merayakan Hari Waisak, Membalas Budi Buddha, dengan Tulus Menghomati Para Buddha Ketua kordinator acara, Nelly Shijie mengatakan bahwa persiapan acara sudah dilakukan sebulan yang lalu. Acara perayaan Waisak kali ini juga dibuka untuk umum, agar lebih banyak masyarakat lebih memahami arti dari perayaan Waisak. Sebelum acara dimulai, para relawan sudah mulai menyiapkan tempat dan menempelkan tanda jalur. Saat itu, demi menghemat energi, para relawan sengaja tidak menyalakan AC. Para relawan semuanya bercucuran keringat, tetapi di dalam hati mereka terasa sejuk. Ini semua demi suksesnya acara. Mereka berpadu hati bergotong royong menyelesaikan persiapan, semuanya bersukacita. Sebelumnya, para relawan juga sudah susah payah mengadakan gladi resik. Terhadap para pengusaha dan relawan baru, Nelly Shijie dan Budianto Shixiong dengan sabar membimbing mereka agar dapat mengikuti perayaan Waisak ini dengan tertib dan khidmat. Tanggal 9 Mei, acara perayaan Waisak dimulai. Para relawan sambil menglafalkan nama Buddha dengan langkah yang rapi menuju altar, dengan hati yang tulus mempersembahkan lilin, air suci dan bunga. Suasananya begitu khidmat. Semuanyamembungkukkan badan memberi hormat pada Buddha dan menerima bunga. Semoga hati manusia bisa tersucikan, masyarakat bisa hidup harmonis, dan dunia terhindar dari bencana. Doa dari 498 orang peserta dari seluruh acara ini dapat didengar oleh para Buddha. Kedua sesi acara perayaan Waisak pada hari ini berakhir dengan memuaskan.
Ket : - Perayaan Waisak dimulai, relawan dengan tulus menyentuh air di altar Rupang Buddha, mengibaratkan budi, Dharma dan hati Buddha yang harum membekas di hati yang paling dalam. (kiri) Salah seorang peserta yang bernama Amini berkata bahwa ini kali pertama dia mengikuti acara perayaan Hari Waisak yang diselengarakan oleh Tzu Chi. Ia merasa perayaan ini sangat spesial. Saat memberi hormat kepada Buddha dan menyirami Rupang Buddha, ia merasa seperti sedang menyucikan hati sendiri, yaitu mencuci kekotoran batin. Yang paling membuat dia terharu saat malakukan pradaksina dan juga dengan tulus mengucapkan 3 ikrar, terasa mengetarkan hati. Dia juga berkata sangat senang dapat menghadiri perayaan Waisak hari ini. Berterima Kasih Kepada Ibu yang Telah Mengandung dan Membesarkan Kita
Ket : - Wu Su Xin (74) adalah peserta tertua. Para relawan mengundangnya ke atas panggung, meniup lilin dan memotong kue tar untuk membuka perayaan Hari Ibu. (kiri) Pada awal acara, relawan mendoakan para mama yang hadir: ”Selamat Hari Ibu”. Relawan juga mengajak para peserta melakukan isyarat tangan ”Tangan Ibu”, agar semuanya lebih memahami bahwa tangan ibu tidak hanya bisa mengerakkan ayunan, tapi juga bisa menggerakkan seluruh dunia. Relawan ingin agar para hadirin lebih memahami jerih payah seorang ibu dalam merawat dan mendidik anaknya. Setelah ini, seorang Bodhisatwa kecil mendorong keluar sebuah kue tar besar. Para relawan mempersilakan peserta yang berusia paling lanjut, Wu Su Xin untuk meniup lilin membuka acara perayaan Hari Ibu. Relawan juga membawakan satu ikat bunga ucapan selamat. Bodhisatwa berumur 74 ini berkata, ”Hari ini saya sangat gembira, juga merasa senang karena ada banyak ibu yang mengikuti acara ini. Saya juga sangat beryukur anak saya telah mempersembahkan teh penghormatan untuk saya.” Anak perempuanya, Cheng Mei Li, merasa mendapat kehormatan bisa mengikuti perayaan Hari Ibu pada hari ini, ia pun merasa berterima kasih kepada Tzu Chi. Dewi, seorang peserta yang lain berkata, ”Dengan diadakannya acara ini, selain ingin mempersembahkan teh penghormatan untuk mama, saya juga ingin mengucapkan terima kasih.” Selama ini kata-kata itu tidak pernah diungkapkannya. Hari ini semuanya akan diberitahukan mama. ”Sangat berterima kasih pada saat saya sedang susah, mama selalu mendampingi dan memberi batuan,” ungkapnya. Acara ini membangkitkan rasa berbakti Dewi, membuat sang mama bisa tenang hatinya. Di hari ketiga hari raya yang menjadi satu, selain membalas budi luhur Buddha dan orangtua, juga harus membalas budi semua mahkluk hidup. Demi menggalang Bodhisatwa dunia, pada acara perayaan hari Waisak kali ini relawan juga memampilkan papan jadwal kegiatan Tzu Chi dan menerangkanya kepada para peserta, agar mereka bisa lebih memahami Tzu Chi dan bisa turut di dalam barisan cinta kasih universal ini.
| |||
Artikel Terkait
Sayangi Orang Tua sebelum Ada Penyesalan
08 September 2022Menyesal, menjadi salah satu kata kunci yang ada di benak para peserta kegiatan Bulan Tujuh Penuh Berkah yang bertema Orang Tua adalah Pusaka dan digelar di Aula Xi She Ting, Tzu Chi Center pada 3 September 2022.
Eratkan Kebersamaan di Bulan Ramadan
18 April 2023Tzu Chi Membagikan 30.000 Masker untuk Rumah Sakit di Kota Medan
26 Maret 2020Kelangkaan masker di Kota Medan yang saat ini menjadi kebutuhan pokok – sebagai salah satu pelindung diri dari Covid-19, membuat Tzu Chi Medan tergerak untuk membagikan masker ke rumah sakit yang menjadi rujukan penanganan Covid-19 di Provinsi Sumatera Utara.