Waisak Perdana Tzu Chi Palembang
Jurnalis : Meity Susanti (Tzu Chi Palembang), Fotografer : Heri, Hendra, Pani (Tzu Chi Palembang)
Sebanyak 85 relawan mengikuti perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia pada tanggal 11 Mei 2014.
Mei penuh berkah dimana pada bulan ini insan Tzu Chi merayakan Tiga hari besar yaitu Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia secara bersamaan di berbagai negara, hal ini bertujuaan untuk merenungkan dan menghayati kembali perjuangan Sang Buddha yang rela melepaskan segala kemewahan yang ia miliki demi cinta kasih kepada semua mahluk agar terbebas dari roda penderitaan, ucapan syukur kepada orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan imbalan serta menghimpun doa semua insan agar dunia terbebas dari bencana
Berawal Dari Tekad dan Kesungguhan
Hati
Tahun
ini terlihat lebih berbeda dari tahun sebelumnya, karena pada tahun ini pertama
kalinya Tzu Chi Palembang merayakan tiga
hari besar bersama relawan, jodoh baik ini berawal dari
Herman The Shixiong selaku ketua Tzu Chi Palembang bersama koordinator misi, membahas rencana
kegiatan tahunan Tzu Chi Indonesia yang di kirim ke Tzu Chi Palembang sehingga
dengan sebuah tekad pada tahun ini Tzu Chi Palembang merayakan hari Suci Waisak.
Seperti yang diungkapkan Herman The Shixiong “ Ini memang pertama kali perayaan Waisak di Kantor Penghubung Palembang, terus terang agak grogi serta khawatir karena pernah mengikuti di Tzu Chi Jakarta terlihat sangat megah dan sangat luar biasa, saya pikir di Palembang mana bisa ya? Karena barisannya harus rapi namun kita tetap mau menjalankan tekad ini serta impian Shixiong Shijie di Jakarta untuk membawa Waisak ke Palembang dan tahun ini sebagai langkah awal. Awal-awal mungkin relawan belum terbiasa karena di Tzu Chi mempunyai Budaya Humanis dalam kerapiannya, namun kita berlatih cukup lama selama 2 - 3 minggu, saya rasa hasilnya cukup memuaskan Shixiong Shijie sangat bersungguh hati dalam berlatih dan saya sangat hargai mereka. Saya berharap tahun depan kita bisa melakukan tiga perayaan besar ini dalam skala besar dan mengundang masyarakat umum, sehingga semakin banyak relawan yang ikut dalam perayaan sekaligus mengenalkan Visi Misi Tzu Chi ke masyarakat agar ikut dalam barisan Tzu Chi.”
perayaan
Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia ini diadakan di
Jl. Radial Komplek Ilir Barat Permai No D 1 19 – 20, Palembang.
Gusti Varesti seorang mahasiswa 19 tahun ( foto
sebelah kanan berkacamata) merasakan hal berbeda pada saat mengikuti perayaan
Waisak di Tzu Chi. Ia merasakan bahwa batin ini begitu tenang dan tersentuh
sekaligus menimbulkan niatnya untuk bervegetarian.
Persiapan demi persiapan dilakukan, dari Fandi Shixiong selaku koordinator yang belajar prosesi Waisak di Jakarta hingga ia kembali ke Palembang dan mulai memberi arahan kepada semua relawan bagaimana melakukan prosesi perayaan Waisak dengan baik. Para relawan pun mulai belajar cara membawa persembahan, berjalan, berbaris dengan penuh kesadaran dan sikap konsisten yang ditunjukan oleh para relawan dengan bersungguh hati berlatih. Awalnya relawan masih agak kebingungan dengan prosesi ini namun setelah diberi penjelasan dan melakukannya dengan bersungguh hati diringi tekad kuat untuk belajar berlahan lahan para relawan mulai paham seperti kata Perenungan Master “ Jika Memang Ada Tekad untuk bersumbangsih pasti mendatangkan kekuatan tiada terhingga.”
Minggu, 11 Mei 2014 berlokasi di Jl. Radial Komplek Ilir Barat Permai No D 1 19 – 20, Palembang, perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia diadakan pada pukul 13.00 WIB. Sebelumnya para relawan diajak untuk menonton Sanubari Teduh” Cinta Kasih Ibu Bagaikan Bodhisatva”, Lentera Kehidupan “ Dengan Welas Asih Menyelamatkan Dunia” serta Makna Waisak agar membuka pikiran relawan untuk dapat lebih menghargai berkah dan kebijaksaan semua insan dapat berkembang.
Pada pukul 14.00 WIB selangkah demi selangkah dengan berkesadaran para relawan menuju Aula untuk memulai prosesi. Barisan persembahan mulai maju kedepan dengan air melambangkan kesucian, kemurniaan, dan ketenangan. Ini mendorong kita untuk melatih tindakan, ucapan dan pikiran kita untuk mendapatkan sifat-sifat di atas. Pelita / Lilin mengingatkan kita pada pancaran sinar Kebijaksanaan yang menghalau kegelapan dan ketidaktahuan didalam usaha mencapai Penerangan Sempurna. Ini mendorong kita mencari cahaya kebijaksanaan, dan bunga mengingatkan kita bahwa bunga-bunga yang segar dan indah, yang segera akan menjadi layu, tidak lagi wangi dan pudar warnanya mengingatkan kita pada ketidakkekalan semua benda, termasuk kehidupan kita. Ini mendorong kita untuk menghargai setiap momen dalam hidup kita dan tidak terikat padanya.
Sejak
2 – 3 minggu pada hari Selasa dan Kamis dengan konsisten para relawan berlatih tata cara
prosesi pemandian rupang,baris berbaris, cara Pradaksina dan persembahan ini bertujuan agar perayaan Waisak
dapat berjalan dengan penuh keselarasan dan relawan lebih mendalami makna hari
Suci Waisak.
Hellen
Shijie merangkai bunga setelah mensurvei kasus tanpa
rasa lelah. Dengan tangan dinginnya mulai merangkai dan
mendekor altar hingga terlihat indah.
Doa
Penenang Batin
Dengan tenang 85 relawan mulai melakukan
pemandian rupang. Suasana begitu damai dan khikmat walaupun aula yang sederhana
tidak menjadi suatu hambatan untuk mendapatkan ketenangan batin dan merasakan
cinta kasih yang terpancar. Seperti yang diungkapkan oleh Gusti Varesti seorang
mahasiswa yang berumur 19 tahun, “Setelah mengikuti Waisak disini rasanya begitu senang, khikmat dan batin tersentuh
karena terasa berbeda dan belum pernah saya rasakan ditempat yang
lain apalagi pada saat melantunkan doa serta cara berjalan yang rapi dalam
pradaksina membuat
saya langsung tergugah dan memikirkan satu sila yaitu ‘tidak membunuh’ sehingga
timbul niat dalam hati untuk bervegetarian.
Hal yang sama diungkapkan oleh Qing - Qing seorang Xiau Pu Sa yang baru pertama kali mengikuti waisak merasakan hatinya begitu damai, bahagia, dan tersenyum sekaligus dapat memahami untuk lebih menghormati orang tua. Tak hanya Gusti Shixiong dan Qing Qing yang merasakan batin ini begitu tenang hal serupa diungkapkan oleh Hasan Shixiong, “Selama ini belum pernah mengikuti perayaan Waisak dimana pun tetapi setalah mengikuti perayaan Waisak di Tzu Chi ia merasakan pikiran agak tenang dan badan begitu rileks pada saat melantunkan doa dan pemandian rupang.”
Tentunya suksesnya perayaan ini tak terlepas dari Fandi Shixiong dan Yessy Shijie yang dengan sabar melatih para relawan agar tercipta keselarasan, keserasiaan dalam melaksanakan perayaan ini sehingga semua dapat berjalan dengan lancar serta berkat tangan dingin Hellen Shijie dan Afung Shijie bersama relawan lainnya yang telah mendekor altar dengan indah.