Wapres Boediono Mengapresiasi Pendidikan (Bag 1)

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Para relawan Tzu Chi Padang turut menyambut hadirnya Wapres Boediono di SMA N 1, Padang, Sabtu 8 Juni 2013 lalu dalam acara Silaturahmi dengan para siswa penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan mahasiswa penerima beasiswa program Bidik Misi.

“Ada dua elemen yang paling penting dalam kehidupan yaitu pendidikan dan juga kesehatan. Apabila dua hal ini ditangani dengan baik maka kita akan menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas,” inilah sepenggal kata-kata yang diucapkan oleh Wapres Boediono dalam sambutannya di acara silaturahmi dengan para murid penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan mahasiswa penerima beasiswa program Bidik Misi yang bertempat di SMA N 1 Padang, Sumatera Barat, Sabtu, 8 Juni 2013. Sebanyak 600 siswa dari sekolah-sekolah SMA di kota Padang dan juga mahasiswa di beberapa universitas di Padang datang dalam acara ini.

Bertempat di gedung olahraga SMA N 1, dengan seksama para siswa mendengarkan setiap ucapan dari Wapres Boediono. Wapres menekankan bahwa, “Pendidikan dan juga kesehatan memang menjadi momok penting dalam kehidupan. Apabila diibaratkan seperti komputer, pendidikan merupakan perangkat keras sedangkan kesehatan merupakan perangkat lunaknya. Keduanya harus berjalan seiringan agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.”

Bagi Boediono, pendidikan sendiri merupakan masalah yang memiliki prioritas paling tinggi karena pendidikan lah yang menentukan masa depan bangsa. Namun rupanya permasalahan pendidikan menjadi permasalahan yang kompleks apabila dikaitkan dengan permasalahan ekonomi. Tidak sedikit anak yang putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Namun kini, para siswa sudah tidak perlu merasa khawatir karena telah banyak orang yang sadar akan pentingnya pendidikan sehingga memberikan beasiswa dan bantuan lain kepada para siswa.

Seperti yang terjadi di SMAN 1 Padang, dengan gedung yang megah dan mempunyai fasilitas yang lengkap tidak membuat SMA favorit ini diisi oleh siswa dengan tingkat ekonomi yang mampu, banyak juga siswa dengan kondisi perekonomian yang biasa saja namun mempunyai tingkat prestasi yang baik. “Sebenarnya proses untuk  masuk ke SMA 1 ada proses seleksi, ada jalur tulis kemudian ada yang melalui jalur online. Ini semua proses dilalui. Asalkan mereka lulus, apapun latar belakang mereka, orang tua, ekonomi, semuanya kita terima dan kita pastikan tidak ada siswa yang berhenti karena uang.  Dan apabila memang ada dari keluarga yang tidak mampu, maka solusi pertama adalah dengan mencarikan mereka orangtua asuh kemudian apabila tidak ada orangtua asuh tidak ada. Maka pihak sekolah akan memberikan keringanan sesuai dengan kemampuan mereka. Apabila tidak mampu sama sekali maka kita bebaskan sama sekali, apabila mereka bisa sanggup 25%, silahkan bayar 25%,” jelas Suardi Dahlan, Kepala Sekolah SMA N 1 Padang.

foto  foto

Keterangan :

  • Wapres bersama rombongan diajak untuk melihat kondisi SMA N 1, Padang sebelum acara dimulai (kiri).
  • Sebanyak 600 siswa dan mahasiswa dari beberapa sekolah dan universitas di kota Padang menghadiri acara ini (kanan).

Menggalakkan Pendidikan Berkarakter

Seorang guru mengajarkan perilaku yang benar dan membimbing bagaimana agar dapat dijalankan dalam kehidupan sehari-hari; Giatlah dalam mendidik demi menegakkan moralitas dan tekad yang luhur.
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

Sejalan dengan kata perenungan Master Cheng Yen, bahwa guru selain mengajarkan anak-anak ke arah akademis yang baik, harus juga menanamkan benih pendidikan dengan pengajaran perilaku budaya kemanusiaan. Demikian juga yang dikemukakan oleh Boediono, beliau menjabarkan ada tiga hal yang diperlukan dalam mendidik siswa-siswi yang salah satunya adalah mewujudkan pendidikan berkarakter. Menurutnya, pendidikan berkarakter diperlukan untuk membentuk pribadi siswa. Dengan karakter yang baik, sikap dan perilaku yang baik akan timbul seiring waktu. “Dalam mendidik, libatkanlah pendidikan karakter bagi siswa, pendidikan ini dibentuk bukan hanya sehari dua hari tapi dari hari ke hari dengan praktek sehingga nanti akan melekat menjadi bagian dari hidupnya,” pesan Boediono pada para pengajar. “Praktek ini tidak hanya dari kata-kata namun juga tindakan sehingga belajarnya bukan dari buku namun dari praktek langsung dengan melaksanakan bagian dari hal-hal baik setiap langkah. Bagi pendidik, alat yang paling utama dalam pembentukan karakter adalah tauladan,” tambahnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam sambutannya, Boediono menekankan akan pentingnya pendidikan yang tidak hanya membangun intelektual, namun juga membangun karekter yang dewasa ini sangat dibutuhkan oleh siswa (kiri).
  • Para wakil dari beberapa sekolah penerima bantuan, menerima bantuan dari dana CSR yang diberikan oleh BUMN (kanan).

Toleransi dalam Keberagaman
“Sanang di urang datang, Suko di urang tibo,” begitulah komentar Drs. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd, Ketua Umum Pucuk Pimpinan Lembaga Kerapatan Adat Ala Minangkabau mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi yang turut memberikan kontribusinya di kota Padang. Pepatah singkat tersebut berarti bahwa senang dari orang yang datang, suka dengan mereka yang tiba. Masyarakat Sumatera Barat memang kental dengan keyakinan beragama dan budaya adat-istiadat setempat. Memang tidak mudah bagi Tzu Chi untuk masuk dan berbaur dengan masyarakat setempat, namun dengan cinta kasih yang tulus untuk memberikan bantuan bagi mereka yang memerlukan, maka kini dengan tangan yang terbuka dan pelukan hangat masyarakat Padang telah menerima Tzu Chi. “Bagaikan lebah, apabila tidak diganggu, jangankan akan menyengat, madunya saja dengan sukarela akan diberikan, namun apabila sudah diganggu si lebah ini akan menyerang sampai habis-habisan,” tambah Datuak Sayuti.

Walikota Padang, Fauzi Bahar, juga mengungkapkan mengenai keberagaman yang bukan merupakan penghalang namun merupakan keindahan tersendiri karena dengan perbedaan, banyak hal yang dapat ditukar, dipelajari, dan diteladani. “Nilai-nilai dari keberagaman yang dapat kami ambil adalah nilai untuk beramal, bahwa saat gempa atau bencana lain melanda, Tzu Chi mengumpulkan dana dari berbagai dunia, dari uang-uang receh yang tidak terpakai. Dari sana kami belajar untuk menyisihkan sedikit dari apa yang kami punya untuk ikut bersumbangsih bagi saudara-saudara kami yang sedang dalam keadaan kesusahan. Sekecil apapun kami ingin bersumbangsih juga,” ungkapnya.

  
bersambung Bagian 2

Artikel Terkait

Cinta kasih yang tulus di Tangerang

Cinta kasih yang tulus di Tangerang

26 Januari 2015

Cinta kasih yang tulus dari celengan bambu tidak akan habis dibagikan , tetapi akan  terus bertumbuh dan berkembang karena diteruskan kepada orang lain.   

Suara kasih: Memanfaatkan Waktu

Suara kasih: Memanfaatkan Waktu

06 Januari 2012 Selama 45 tahun ini, Tzu Chi telah tersebar hingga ke banyak tempat di dunia ini. Di setiap tempat terdapat banyak sekali Bodhisatwa dunia yang bersumbangsih bagi sesama.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -