Warga Terdampak Tsunami Menanti Rumah Layak

Jurnalis : Anand Y, Fotografer : Anand Y


Johnny Chandrina mendata warga Kampung Panis Desa Taman Jaya Kacamatan Sumur Pandeglang Banten. Pendataan relawan Tzu Chi sekaligus untuk melihat langsung kondisi warga yang mengungsi di tenda-tenda pengungsian.

Deretan rumah yang berada di pesisir pantai, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, rusak akibat terjangan tsunami pada Sabtu (22/12/2018) malam. Warga di desa itu pun hingga kini masih mengungsi di posko pengungsian, dan beberapa tinggal di rumah kerabatnya.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama TNI MABES KOSTRAD dan Pemerintah Kabupaten Pandeglang siap merelokasi warga di kampung Panis, Desa Taman Jaya kecamatan Sumur. Tujuan relokasi ini agar mereka bisa cepat pulih memulai hidup yang layak dan jauh dari ancaman bencana alam.

Dari hasil survei pada hari Senin 19/02/2019, sepuluh orang relawan Tzu Chi yang dikoordinir oleh Johnny Chandrina dan didampingi oleh Lettu TNI Teddy dari KOSTRAD dan staf Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pandeglang melihat langsung Lahan seluas 4000 m² milik TNI. Yang selanjutnya Yayasan Buddha Tzu Chi akan membangun rumah hunian tetap yang layak dan aman dari bencana.


Herni Waty menyimak informasi staf lurah Taman Jaya mengenai kondisi warga yang mengungsi di tenda pengungsian. Saat ini warga akan di pindahkan ke (HUNTARA) hunian sementara yang sedang di bangun di Kampung Panis.

Pembangunan rumah relokasi ini salah satu solusi yang tepat untuk menanggulangi masyarakat yang terdampak bencana tsunami agar tidak berkepanjangan. Saat ini, warga korban tsunami masih ada yang tinggal di pengungsian.

Warga yang tinggal direlokasi ini nantinya akan menempati rumah hunian tetap, dan lokasinya di wilayah yang aman dari bencana dan tidak jauh dengan perkampungan sebelumnya. Karena mayoritas berprofesi sebagai petani dan nelayan. Saat ini Pemerintah daerah dan TNI tengah mendata jumlah warga yang terdampak tsunami juga berikut rumah-rumah yang rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan di Kecamatan Sumur.

Joni Chandrina menjelaskan bahwa tujuan relawan ke kampung Panis Desa Taman Jaya Kabupaten Pandeglang ini untuk mensurvei lokasi lahan dan mendata ulang warga yang sudah masuk namanya ke Yayasan Tzu Chi.

“Kita dapat nama-nama warga kampung Panis ini berjumlah 60 Kepala Keluarga (KK) dari TNI KOSTRAD dan selanjutnya kita akan meeting kembali dengan ketua dan wakil ketua Yayasan Tzu Chi,” ungkap Joni.


Lettu TNI Teddy dari KOSTRAD, Yudi staf unit proyek Tzu Chi bersama tim Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pandeglang melihat lahan 4000 m² yang akan dijadikan hunian tetap untuk warga yang terdampak tsunami.

Edi Sheen salah satu relawan yang ikut dalam survei rencana pembangunan rumah di Kecamatan Sumur ini mengungkapkan rasa bahagianya ketika Yayasan Tzu Chi akan membangun rumah di Kecamatan Sumur. Pasalnya pasca bencana Edi Sheen turun langsung memberikan bantuan di Desa Tanjung Jaya.

“Saya sangat senang bisa ke sini lagi dan bisa membantu kembali warga Sumur untuk pembangunan rumah bagi warga yang terdampak tsunami,” ujar Edi.

Semoga segala penderitaan warga yang terdampak bencana tsunami dapat menjalani dengan sabar dan dapat segera bangkit dari keterpurukan mental, tambahnya.  

Arkasim (48 tahun) salah seorang warga Desa Taman Jaya mengaku, rumahnya hancur sebagian akibat terjangan tsunami. Dinding belakang rumahnya roboh, termasuk dapur dan kamar mandi. Hanya tersisa bagian depan yang terdiri dari kamar tidur dan tempat kumpul keluarganya.

"Belum tahu nanti bagaimana. Sekarang masih tinggal di rumah keluarga," kata Arsinah (36) istri dari Arkasim saat ditemui relawan Tzu Chi di kampung Panis, Selasa (19/2/2019).


Herni relawan Tzu Chi sedang mendata rumah Arsinah (36) yang mengalami rusak sedang. Arsinah adalah salah satu warga yang mau direlokasi ke tempat yang lebih aman. Saat ini rumah Arsinah berada 100 meter dari bibir pantai.

Satu persatu relawan Tzu Chi mendata warga Panis yang terdampak tsunami. Pendataan ini untuk melihat langsung kondisi rumah dan warga yang masih berada di tenda pengungsian.     

Sarhani (44), yang juga tinggal di kampung Panis, Kecamatan Sumur mengatakan bahwa rumahnya hancur sebagian akibat gelombang tsunami yang datang. Lelaki yang berprofesi sebagai petani itu pun masih bingung melihat masa depannya. Kejadian tsunami yang datang sama sekali di luar dugaannya. "Sama sekali nggak ada tanda-tanda," ujar dia.

Saat kejadian, Sarhani sebenarnya sedang di rumah bersama keluarga. Menurut dia, air laut ketika itu memang pasang. Namun, cuaca sangat cerah dan terang bulan. Pada pukul pukul 20.00 WIB ia melihat jelas Gunung Anak Krakatau mengeluarkan lava pijar. Ia mencoba menyampaikan kejadian itu kepada tetangga sekitar rumah. Sebagian warga juga merasakan dan melihat dengan khawatir.

"Soalnya kata orang tua dulu, kalau Krakatau meletus itu tanda akan ada sesuatu yang besar," kata dia.

Arkasim, Arsinah, dan Sarhani berharap pemerintah memberikan bantuan agar korban tsunami yang rumahnya mengalami kerusakan bisa kembali. Mereka pun setuju, jika nantinya harus direlokasi ke tempat yang lebih aman.

"Ya itu gimana masyarakat yang lain juga. Tapi saya sendiri setuju ya. Demi keselamatan juga," kata Arsinah.

Saat ini, rumah yang ditempati Arkasim dan keluarganya hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai. Ia berharap, jika nantinya direlokasi, lokasinya tak jauh dari pantai. Dengan begitu, dirinya dapat tetap mudah datang ke pantai untuk bekerja sebagai buruh.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Warga Terdampak Tsunami Menanti Rumah Layak

Warga Terdampak Tsunami Menanti Rumah Layak

20 Februari 2019

Pembangunan rumah relokasi adalah salah satu solusi tepat untuk memulihkan masyarakat yang terdampak bencana tsunami agar tidak berkepanjangan. Saat ini, satu bulan lebih sudah warga korban tsunami Selat Sunda masih tinggal di tenda pengungsian, karena rumah mereka roboh ataupun rusak berat.

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -