Welas Asih Bagi Penyandang Tuna Ganda

Jurnalis : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)
 
 

fotoPenghiburan yang diberikan oleh para relawan Tzu Chi kepada para penghuni panti memberikan mereka kebahagiaan.

Hidup dengan kekurangan fisik dan mental tentunya bukan sebuah pilihan bagi setiap orang untuk menjalani hidup. Namun apa mau dikata, terkadang beberapa umat manusia harus menjalani hidupnya dengan keadaan yang luar biasa atau berbeda dengan manusia pada umumnya. Keadaan seperti yang telah mengilhami insan Tzu Chi untuk memberikan pelayanan kepada mereka yang memiliki garis hidup dengan keterbatasan.

Sabtu, 13 November 2010, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Yayasan Bhakti Mitra Utama. Yayasan yang merupakan panti penyantun anak tuna ganda ini  bertempat di Jl. Ki Astramanggala No. 6, Baleendah, Bandung. Pada pukul 11.20 WIB sebanyak 8 relawan mulai memasuki ruangan utama panti. Kedatangan para relawan langsung disambut para penghuni panti dengan penuh suka cita. Persembahan lagu “Satu Keluarga” dan “Sebuah Dunia yang Bersih” menjadi pembuka dari kegiatan ini. Meskipun dengan kekurangan fisik dan mental para penghuni mampu mengikuti gerakan lagu isyarat tangan ini. Setelah itu, kegiatan diisi dengan pembagian makanan ringan, buah-buahan, dan susu. Sembari membagikan makanan para relawan pun melakukan interaksi dengan mereka.

Berbagai cara dilakukan oleh para relawan untuk menjalin komunikasi dan memberikan kehangatan bagi mereka. Salah satunya adalah dengan foto yang dijadikan sarana untuk berkomunikasi. Para relawan Tzu Chi mengajak mereka untuk mencari dirinya yang berada di dalam foto tersebut. Hanya dengan memperlihatkan sebuah foto bersama, suasana pun menjadi ramai. Senyuman, tepukan tangan serta teriakan tawa dan kegembiraaan mereka luapkan ketika berhasil menemukan dirinya berada di dalam bingkai foto tersebut. Pendekatan personal seperti itu mampu menggugah jiwa mereka untuk lebih mengakrabkan diri dengan insan Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan mengajak para penghuni panti untuk bersama-sama bernyanyi lagu isyarat tangan "Kita Satu Keluarga". (kiri)
  • Sebagai salah satu sarana interaksi, para relawan menggunakan sarana foto untuk memulai berkomunikasi. (kanan)

Kehangatan Interaksi
Kunjungan kasih ini merupakan suatu bentuk kasih sayang insan Tzu Chi untuk menghangatkan batin para penghuni panti dengan berinteraksi secara langsung. Hal tersebut dikatakan Wang Li Chiung, salah satu relawan Tzu Chi yang mengikuti kegiatan ini. “Menghibur mereka yang jauh dari keluarga, mengharapkan mereka bisa lebih senang. Kita selalu berinteraksi dengan mereka. Mereka senang jika mendapat kunjungan,” ungkapnya.     

Selain itu, dalam kunjungan ini pun terdapat pembelajaran dari budaya yang berbeda. “Kita mengajari mereka satu keluarga (lagu isyarat tangan-red). Mereka juga senang belajar bahasa Mandarin, meskipun sedikit. Anak-anak senang kalo didatengin dan mengajarinya untuk hidup mandiri,” katanya.            

Guna membuat suasana menjadi lebih ramai dan akrab para relawan mengajak para penghuni panti untuk bernyanyi bersama. Ajakan tersebut langsung disambut baik oleh para penghuni panti. Salah satunya adalah Pipi Sofia (36), yang menyumbangkan dua tembang lagu pada hari itu. Suasana hening sempat menyelimuti panti ketika Pipi sedang bernyanyi. Namun, semuanya berubah menjadi ramai yang diiringi tepukan tangan ketika Pipi mengakhiri nyanyiannya. Pipi yang gemar membuat cerpen dan menyulam ini tidak merasakan kecanggungan berada disekitar relawan. Ia termasuk salah satu penghuni panti yang aktif dalam bertanya. Beberapa pertanyaan tentang bahasa Mandarin kerap kali ia tanyakan kepada relawan.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam kunjungan ini, para relawan juga membagikan susu kepada penghuni panti sebagai salah satu pemenuhan gizi mereka. (kiri)
  • Kebahagiaan tidak hanya dirasakan oleh para penghuni panti, namun juga para relawan Tzu Chi. (kanan)

“Kapan ke sini lagi, itu bahasa Mandarinnya apa?” tanya Pipi kepada Chen Zou Leung, salah satu relawan Tzu Chi. “Shen me shi hou zai lai,” jawab Chen Zou Leung. Pipi pun mulai megikuti ucapan bahasa tersebut. Dan hanya dengan dua kali pengulangan, Pipi pun dapat mengucapkan kata tersebut dengan lancar. Ternyata ucapan tersebut ia gunakan untuk menanyakan kepada relawan tentang kehadirannya untuk kembali ke panti ini, dan bersamaan dengan itu pula para relawan pun mulai berpamitan ketika jarum jam menunjukan pukul 12.40 WIB.

Bahasa Mandarin dan budaya Tzu Chi merupakan salah satu media yang menjembatani para relawan dengan penghuni panti untuk saling berbaur dengan tanpa membedakan satu sama lain. Karena Tzu Chi para penghuni panti bisa mendapatkan pelayanan, dan karena para penghuni panti insan Tzu Chi dapat mengambil hikmah dari kehidupan ini.

  
 

Artikel Terkait

Ketika Tangan-Tangan Mungil Menghijaukan Bumi

Ketika Tangan-Tangan Mungil Menghijaukan Bumi

05 September 2018
Minggu pagi yang sejuk, anak-anak Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen beserta guru, relawan, dan orang tua murid menumpangi bus bergerak menuju lokasi hutan kota. Dengan membawa 100 bibit pohon durian, 100 bibit pohon pucuk merah, dan 50 bibit pohon jambu bol, relawan dan anak-anak mendatangi tempat tersebut dengan Misi Pelestarian Lingkungan.
Persembahan Terbaik

Persembahan Terbaik

14 Desember 2009 Mendapat undangan dari PASI, Ahmad Damanhuri selaku pelatih atletik Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi merasa mendapatkan sebuah kehormatan dan kesempatan untuk bisa mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki siswa-siswinya serta berupaya mempersembahkan yang terbaik untuk sekolah mereka.
Bakti Kami Untuk Orang Tua

Bakti Kami Untuk Orang Tua

09 Februari 2015 Di awal tahun 2015 ini, perayaan hari ibu kembali dilakukan oleh Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas setelah sebelumnya kegiatan ini dilakukan di Wilayah Perwakilan Kalimantan Timur pada 21 Desember 2014 lalu kegiatan yang sama kembali dilakukan pada 10 Januari 2015  secara serempak di empat wilayah perwakilan yang berbeda.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -