Wylen Djap, narasumber yang mengisi materi workshop leadership.
Divisi learning & development komunitas Tunas (Bagian dari He Qi Pusat) terus berupaya meningkatkan kemampuan, pengetahuan, kompentensi para pesertanya. Sebelumnya Divisi learning & development sukses mengadakan workshop berjudul Memilih Jurusan Kuliah Yang Tepat Sesuai Dengan Minat dan Bakat Kita Serta Persiapannya (Oktober 2022). Disusul Dare to Speak, Dare To Act (November 2022).
Pada workshop kali ini, Divisi learning & development mengupas mengenai kepemimpinan. “Tema Leadership adalah tema yang banyak diusulkan dan diminati oleh para relawan muda. Kami berusaha menaungi aspirasi mereka dengan kembali pada tujuan awal terbentuknya wadah ini adalah untuk menumbuhkembangkan softskill, kompetensi relawan tunas dalam Tzu Chi,” ujar Novita Liesera, selaku koordinator.
Workshop berjudul Leadership ini diadakan pada Sabtu, 18 Maret 2023 bertempat di ruang pertemuan Kantor He Qi Pusat ITC Mangga Dua lantai 6.
“Segala hal bermula dari leadership, bukan hanya untuk suatu kelompok saja tetapi kita dapat aplikasikan secara individu bagaimana kelak mampu memimpin diri sendiri. Semoga wadah ini bermanfaat dan dapat menjadi bekal diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Adi Nugroho Tanujaya, relawan Tzu Chi yang juga Ketua komunitas Tunas He Qi Pusat.
Adi Nugroho Tanujaya, relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Pusat yang juga Ketua Komunitas Tunas.
Sesi sharing setelah permainan di awal pembukaan workshop.
Dalam workshop, tak hanya mengajarkan pengenalan teori apa itu leadership, tipe leadership, self leadership, Quote dan video inspiratif namun juga mengajak peserta berinteraksi dengan berbagai pertanyaan, hingga permainan aplikatif yang menarik.
Pukul 9 Pagi, acara dimulai dengan Games pertama. Sebanyak 23 peserta dibagi dalam grup yang masing-masing berisi 6 orang. Mereka diminta membayangkan perahu mereka terdampar di suatu pulau dan harus memilih 3 kertas. Isi tulisan kertas adalah barang yang menurut mereka diperlukan untuk dapat lama bertahan hidup saat kondisi tersebut.
Stella Wijaya menyimak dengan serius workshop leadership yang diadakan komunitas Tunas He Qi Pusat.
“Kami memilih kertas bertuliskan korek api, kapak dan radio pemancar. Dengan korek api, kapak kita bisa olah untuk membuat tempat tinggal, menjaga suhu udara tetap hangat, juga bisa untuk membuat makanan. Karena selain makanan dan tempat tinggal, kita membutuhkan radio pemancar untuk meminta pertolongan meskipun respon tersebut tidak akan langsung menggerakkan bala bantuan, tetapi ini diperlukan untuk bisa bertahan lebih lama saat terdampar," ujar Stella Wijaya (32), peserta workshop yang mewakili grupnya.
Melalui games ini, para peserta dikondisikan untuk membangkitkan jiwa kepemimpinan dalam diri mereka. Lalu bagaimana berinteraksi dalam kebersamaan saat berada pada kondisi sulit dan mencapai kesepakatan, menerima konsekuensi dari hasil pilihan bersama.
“Apa arti tanggung jawab bagi kamu?” tanya Wylen Djap, salah satu narasumber kepada para peserta. Berikut pilihan ganda yang dapat dipilih peserta dengan menjawabnya melalui link googlesheets.
“Saya menjawab D (Tanggung jawab sudah sepantasnya saja lakukan. Karena itulah manusia bisa bertahan hidup, dan saya harus menyiapkan target-target khusus agar semua tanggung jawab tersebut bisa tercapai),” ujar Stella Wijaya.
Permainan di penghujung workshop yang diikuti 23 peserta.
Kesehariannya yang bergelut dengan profesi sebagai konsultan pajak, auditor dengan jabatan manajer tentunya tak terlepas dari interaksi dengan klien. Ia telah menjalani tuntutan sebagai pemimpin dalam mengatur, mendelegasikan tugas, mengarahkan, membimbing, memotivasi bawahannya.
“Perjalanan saya dipercaya dan didapuk sebagai manajer adalah akumulasi proses waktu, dedikasi dan mungkin karena melihat karakter di dalam diri saya. Saya benar-benar ingin belajar, tulus ingin menggunakan kemampuan saya untuk membantu banyak orang,” sambung Stella mengingat sebersit niat baik yang muncul ketika dahulu bertekad jika diberikan kepercayaan memegang tanggung jawab sebagai manajer oleh pemilik perusahaan.
Dari serangkaian materi selama workshop, semuanya berkesan baginya. “Banyak yang didapatkan, salah satunya seorang pemimpin harus dapat memotivasi karyawan. Karena jika sudah di lapangan, tidaklah semudah itu. Saya sering berkata kepada mereka (bawahan), saat bekerja lakukanlah dengan tulus, ikhlas, janganlah berpikir ini adalah suatu perintah. Lihat sebagai bekal tujuanmu kelak,” ungkapnya.
Dari workshop ini, para peserta jadi paham bahwasanya seorang pemimpin yang baik bukanlah yang selalu ingin didengarkan, tetapi yang mampu menempatkan posisi sebagai pendengar. Mengerakkan hati dengan ketulusan, kemampuan komunikasi, berempati, memberikan perhatian dan keberanian untuk tetap rendah hati, berani dan berinisiatif memikul tanggung jawab dengan kesungguhan hati menujukkan arah yang benar.
Vibryan (rompi kembang) bersama peserta lainnya sedang mengikuti permainan mengalami.
Bagi Vibryan Oshiori (26), membantu dengan memberikan instruksi cara mengerjakan tugas tersebut dan membiarkan temannya mengerjakan sendiri (D) adalah uraian jawabannya atas pertanyaan yang berbunyi, “Apa yang hendak dilakukannya jika melihat teman sedang kesulitan dan down ketika mendapatkan tugas dari dosen/atasan?” saat penyampaian sesi materi berlangsung.
Menurut Vibryan, ia termasuk anak rata-rata pada umumnya jika berbicara mengenai percaya diri. “Saya ada perasaaan gugup juga sebenarnya saat kedepan,” ungkapnya.
Vibryan berpendapat semua orang pada dasarnya dapat menjadi pemimpin, tergantung pada kemampuan dalam menyikapi berbagai masalah dalam kehidupan. “Saya termasuk yang cinta damai, dan sedikit tidak sabaran. Saat ini masih belum mampu memimpin diri sendiri dengan baik. Saya menyukai hal yang baru, jika waktu luang akan mencoba isi dengan hal yang bermanfaat.”
Dari workshop ini Vibryan mendapati bahwa setiap orang memiliki karakter dan kepribadiannya masing-masing yang mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang. Dalam leadership, mendengarkan itu penting. Tidak selamanya kita hanya mau ikuti diri kita saja. Saat mendengar, perlu juga mendengar perasaan mereka. Bagaimana di posisi mereka, berempati. Membimbing semua orang menuju tujuan yang sama, oleh karena itu kemampuan komunikasi juga penting, bagaimana cara bicara dengan orang lain secara personal.
Pemberian suvenir kepada Wylen Djap, ditutup dengan foto bersama.
Workshop berlangsung hingga pukul 12 Siang, yang ditutup dengan melakukan dokumentasi bersama dan permainan penutup materi leadership. Canda tawa peserta terlihat saat melakoni peran yang diberikan. Secara berpasangan, mereka diberikan secarik kertas yang bertuliskan peran yang akan mereka mainkan dan ditempel di jidat mereka masing-masing, baik itu profesi rendah, menengah, tinggi hingga pada semua peserta menjadi layaknya seorang CEO.
Melalui permainan ini, Wylen Djap menyampaikan pesan bahwa berhati-hatilah bersikap, memperlakukan orang lain dan tetap menghormati mereka. Karena di masyarakat, banyak yang telah menjadi seperti apa yang telah dilabeli orang kepadanya. “Lebih beranilah mengemban tanggung jawab, walaupun tanggung jawab tersebut tidaklah mudah. Dan, lebih banyak merangkul teman-teman untuk bergabung di dalam komunitas yang melakukan hal baik dan benar.”
Dengan mengikuti workshop ini diharapkan nantinya para relawan juga bisa menerapkannya saat berkegiatan di Tzu Chi, dengan berani mengambil tanggung jawab sebagai PIC (penanggung jawab) maupun fungsional lainnya di komunitas relawan Tzu Chi. Seperti kata Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi, setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga, jadi tidak perlu ragu-ragu ataupun takut dalam mengemban tanggung jawab. Semakin banyak berkegiatan dan mengemban tanggung jawab maka pelatihan diri dan kebijaksanaan pun akan semakin berkembang. Semakin banyak yang berani mengemban tanggung jawab maka jalan (kebajikan) Tzu Chi akan semakin terbentang luas dan panjang.
Wylen Djap sendiri merupakan narasumber yang telah menjadi teladan atas semangat belajar yang tinggi dan kini menempuh semester akhir educational leader. Wylen juga memiliki segudang pengalaman sebagai traineer para guru, Wakil Ketua komunitas He Qi Pusat sekaligus Pembina komunitas Tunas.
Editor: Khusnul Khotimah