Wujud Kasih untuk Ade Salim

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)

fotoPara relawan berfoto bersama Ade Salim setelah selesai membersihkan rumahnya. Kondisi fisik Ade yang terbatas membuatnya tak bisa menjaga kebersihan tempat tinggalnya.

“Relawan Tzu Chi memang luar biasa, cinta kasihnya sangat mengagumkan. Saya salut sekali,” ujar Ujang tetangga Ade Salim, seorang Gan En Hu Tzu Chi. Minggu, 9 Oktober 2011 pukul 09.45 WIB, sekitar 18 relawan Tzu Chi datang ke rumah Ade Salim dalam rangka kunjungan kasih. Namun ada yang lain pada kunjungan kasih kali ini, karena terlihat para relawan memegang sejumlah peralatan kebersihan seperti sapu, lap, dan peralatan kebersihan lainnya.

 

Hari ini relawan datang untuk melakukan kunjungan kasih juga sekaligus membersihkan tempat tinggal Ade Salim. Saat masih sehat, Ade Salim memang kurang peduli pada lingkungan tempat tinggalnya maka lama kelamaan rumah tinggalnya menjadi sangat tidak terawat dan penuh dengan debu yang tebal serta sampah bertebaran di setiap sudut rumahnya. Setelah sakit sekitar 2 bulan yang lalu, keadaan rumahnya menjadi semakin kotor. Karena tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya ia terpaksa buang air kecil dan besar di tempat tidurnya. Kasurnya yang ditempatinya pun sudah sangat kumal dan lusuh. Menurut Ade Salim kalau malam hari kucing-kucing tidur di samping kasurnya. Ia mau mengusir kucing-kucing itu, tetapi ia tidak bisa bergerak. Udara di ruang tidurnya sangat pengap dan tidak segar. Dikhawatirkan Ade Salim malah akan mengidap penyakit lain jika dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu para relawan merasa harus membantu untuk membersihkan tempat tinggal Ade Salim agar udara menjadi segar dan berharap dengan adanya udara yang segar dan ruang yang bersih maka akan mempercepat proses penyembuhannya.

Lika-liku Kehidupan
Awal jalinan jodoh Ade Salim dengan Tzu Chi terjadi ketika 2 bulan yang lalu ia jatuh sakit karena terserang stroke. Tetangganya pun mengajukan permohonan bantuan pengobatan untuk Ade Salim. Ketika Relawan melakukan survei ke rumah Ade Salim ia pun mengisahkan perjalanan hidupnya yang penuh dengan lika-liku yang mengharukan. Ade Salim berusia 72 tahun. Tetangganya lebih mengenalnya dengan panggilan Lim Kim Cui. Sewaktu muda ia adalah seorang pendidik. Dia adalah guru Matematika di salah satu sekolah swasta ternama di Jakarta.  Ia tinggal berdua bersama kakaknya. Lalu ia berumah tangga dan dikaruniai satu orang putra. Namun putra tunggalnya mengalami keterbelakangan. Ia merasa sangat sedih dan terpukul karenanya. Namun derita yang ia alami tak kunjung usai,  tidak berapa lama kemudian istrinya mengalami sakit kanker payudara. Setelah menjalani pengobatan yang lama dan berliku akhirnya sang istri tercinta meninggalkannya dan anak mereka untuk selama-lamanya. Setelah kepergian sang istri ia masih harus menanggung beban penderitaan pikiran karena orang tua pihak almarhum isterinya dengan paksa mengambil sang buah hati. Semenjak saat itu ia tidak pernah melihat wajah putranya lagi. Kejadian itu sudah berlalu lebih 30 tahun yang lalu.

foto  foto

Keterangan :

  • Sejumlah relawan bersiap-siap dan berbaris rapi saat akan membersihkan rumah Ade Salim.(kiri)
  • Dengan penuh kesungguhan hati, para relawan membersihkan ruangan dengan teliti. Dengan rumah yang bersih dan sehat diharapkan penghuninya pun dapat hidup lebih nyaman. (kanan)

Sekitar dua bulan yang lalu Ade Salim mengalami serangan stroke. Kini ia tinggal seorang diri. Kakaknya sudah meninggal 5 tahun yang lalu akibat penyakit yang sama dengan dirinya. Karena hidup sebatang kara, tetangganya merasa iba padanya dan membantu Ade Salim memohon bantuan pengobatan kepada Tzu Chi. Setelah beberapa hari melapor, relawan Tzu Chi kemudian datang ke rumahnya. Kesan pertama survei ke rumah Ade Salim adalah sangat merasa prihatin terhadap kondisi kebersihan tempat tinggalnya. Seperti yang dikatakan oleh Ade Salim bahwa kalau malam kucing-kucing berkumpul di semua sisi tempat tidurnya. Ditambah lagi depan rumahnya ia sewakan untuk berjualan ikan sehingga menambah bau yang menyengat. Malamnya tempat yang sama tersebut disewakan untuk pedagang pecel lele. Dari penghasilan menyewakan tempat tersebutlah ia dapat menyambung hidupnya. Bahkan sebagian rumahnya juga disewakan kepada orang lain untuk berjualan dan tempat tinggal. Ketika sehat perekonomiannya terhitung cukup untuk hidup sehari-hari, namun setelah sakit ia menjadi serba kekurangan.

Setelah melakukan survei dan melalui proses rapat di Jing Si Books and Café Pluit, maka diputuskan untuk memberikan bantuan pengobatan kepada Ade Salim di RSCM Jakarta serta relawan membantu melakukan pembersihan tempat tinggal Ade Salim di jalan Duri utara I, Jakarta Barat. Sampai artikel ini di tulis Ade Salim sudah dua kali berobat di RSCM. Menurut Ade Salim memang setelah dua kali berobat sakitnya agak membaik. Tangan dan kakinnya memang masih kaku namun sudah lebih baik.

Sekitar 3 jam lebih relawan bekerja keras membersihkan rumah, sehingga ruangan yang tadinya terlihat gelap dan kotor menjadi terang dan bersih. Wangi semerbak terpancar ketika relawan memercikkan air karbol ke seluruh sudut ruang. Selain itu relawan juga membawa Ade Salim ke salon terdekat. Di sana rambut dan jenggot serta kumisnya dicukur lalu dikeramas. “Ini adalah pertama kalinya dalam hidup saya datang ke salon untuk keramas,” ujar Ade Salim terbata-bata.

foto  foto

Keterangan :

  • Kondisi rumah Ade Salim saat relawan melakukan survei pertama kasus di rumahnya.(kiri)
  • Tanpa ragu, relawan juga memotong kuku Ade Salim layaknya mengurusi orangtua sendiri. (kanan)

Setelah selesai mencukur rambut, seorang relawan, Johar Chow dengan penuh cinta kasih memandikan Ade Salim, “Melihat senyuman Gan En Hu adalah tujuan dari elawan Tzu Chi. pekerjaan seberat apapun tidak akan terasa lelah,” ujar Johar Shixiong penuh senyum. “Berbagi dalam segala hal, berusaha menjadi seorang relawan sejati yang mampu bekerja apa saja. Seperti pekerjaan hari ini, kami merasa sangat bahagia karena melihat Gan En Hu tersenyum dan gembira. Seperti kata Master Cheng Yen jikalau kita melakukan sesuatu dengan perasaan sukacita maka akan menimbulkan kebahagiaan bagi yang menjalani dan menerimanya,” tutur Li Fie Lan Shijie yang menjadi koordinator kegiatan pada hari itu.

Para tetangga berdecak kagum melihat hasil kerja relawan Tzu Chi, dari yang tadinya ruangan tersebut gelap dan pengap, kini menjadi terang dan segar. Mereka mengacungkan jempol untuk relawan Tzu Chi. Ketika selesai relawan berfoto bersama dengan Ade Salim dan Ade Salim meneteskan air mata karena merasakan kehangatan relawan yang sangat luar biasa. “Saya berjanji jika saya bisa sembuh saya akan ikut kalian menjadi relawan. Saya tidak memiliki apa-apa untuk saya sumbangkan, namun saya bertekad kalau saya sembuh saya akan menyumbangkan ilmu pengetahuan saya kepada yang membutuhkannya, seperti Bahasa Mandarin. Saya akan mengajar secara gratis kalau Tzu Chi membutuhkan tenaga saya,” ujar Ade Salim dengan mata berkaca-kaca dan nada bergetar.

Kegiatan kali ini sungguh membuat siapapun yang ada di lapangan pada saat itu akan berdecak kagum. Relawan yang bekerja bahu-membahu begitu cekatan dan penuh ketelitian membersihkan setiap sudut ruangan dengan penuh cinta kasih dan wales asih. Apa yang telah dikerjakan oleh para relawan hari ini sungguh luar biasa. Semoga ke depannya relawan Tzu Chi akan semakin solid dan terus tumbuh sehingga semakin banyak Bodhisatwa yang akan menjalankan visi dan misi Tzu Chi yang berlandaskan cinta kasih universal.   

 


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-105 : Memerhatikan Warga Setempat

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-105 : Memerhatikan Warga Setempat

23 Maret 2015 Baksos kesehatan ini merupakan baksos ke-105 yang memberikan bantuan berupa pengobatan katarak dan Pterygium. Baksos yang dilaksanakan pada Jumat, 20 Maret 2015 hingga 22 Maret 2015 di Aula Kesdam II Sriwijaya, Gedung Hesti Wira Sakti,  Benteng Kuto Besak ini merupakan baksos kesehatan  ke-2 setelah sebelumnya dilakukan pada 3 tahun lalu di Palembang
Menghidangkan Ragam Rasa Kebaikan dalam Bulan Tujuh Penuh Berkah

Menghidangkan Ragam Rasa Kebaikan dalam Bulan Tujuh Penuh Berkah

01 September 2023

Bulan tujuh dalam penanggalan Lunar telah lama dipandang oleh masyarakat Tionghoa dengan stigma negatif. Namun, pandangan tersebut mendapat pembalikan makna oleh Tzu Chi dengan perayaan Bulan Tujuh Penuh Berkah tiap tahunnya.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -