Wujud Rasa Syukur Dalam Perbuatan
Jurnalis : Natalina Thomas, Susilawati Ng (Tzu Chi Medan), Fotografer : Lukman, Ivan Shen, Pieter Chang (Tzu Chi Medan) Hadirin yang terdiri dari donatur dan masyarakat umum mengikuti prosesi pemandian Budha rupang. | Di bulan Mei penuh berkah, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan memperingati Hari Waisak 2553 BE, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia secara bersamaan di Tiara Convention Hall, Minggu tanggal 10 Mei 2009. Tzu Chi mengadakan perayaan Waisak, bukan karena mengikuti tradisi, melainkan sebagai ungkapan syukur setiap orang, dengan hati tulus menyampaikan rasa terima kasih atas budi luhur Sang Buddha, orangtua, dan semua makhluk di dunia ini. |
Ritual pemandian Buddha rupang yang khidmat dan meriah dimulai pada pukul 13.00 WIB. Para relawan Tzu Chi berbaris rapi membawa pelita, air wangi, dan bunga memasuki ruangan, berdiri pada posisi persembahan. Prosesi pemandian Buddha rupang dimulai dengan menghormat tiga kali dan semua hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Puja Buddha. Pemandian dilakukan secara bergantian baris demi baris, dimulai dari barisan Tzu Cheng dan Komite Tzu Chi, relawan berseragam biru putih, relawan berseragam abu putih, dan berakhir pada hadirin dari masyarakat umum. Melalui ritual pemandian Buddha rupang, setiap orang berikrar untuk mensucikan batin sendiri. Dengan hati tulus memberikan persembahan pelita, air dan bunga, ber-namaskara (menghormat –red) dan berdoa bersama, semoga gema doa semua orang dapat terdengar oleh para Buddha, sehingga batin manusia dapat disucikan, masyarakat aman dan sejahtera, dunia terbebas dari bencana. Ket : - Pembawa pelita, air wangi dan bunga memasuki ruangan. (kiri) Membalas dengan Penghormatan “Pemandian Buddha rupang ini memberi makna kepada kita agar memahami, mensyukuri dan membalas apa yang telah kita terima, dapat menjadi seorang dermawan dan sanggup bersumbangsih demi orang lain,” ujar Sylvia Chuwardi, koordinator perayaan Waisak tahun ini. Sementara Rusman, salah satu hadirin mengatakan bahwa ini pertama kali baginya mengikuti Waisak Tzu Chi. Upacara pemandian Buddha rupang yang diadakan oleh Tzu Chi berbeda dengan upacara pemandian yang biasa dihadirinya di tempat lain. Waisak Tzu Chi sangat rapi, teratur, dan khidmat. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Nety, relawan Tzu Chi, ia meyakini bahwa jika kita dengan niat tulus mengikuti upacara Tri Suci Waisak, berkah akan selalu menyertai kita. Di penghujung acara, para tamu dan relawan diberi selembar kartu pemberkatan, berbentuk daun Bodhi yang melambangkan kebijaksanaan untuk mengingatkan diri sendiri agar senantiasa menjaga kejernihan hati. Ket : - Bersujud menyuguhkan teh hangat sebagai bakti seorang anak. (kiri) Hari untuk Berbakti Serangkai acara bertemakan Hari Ibu ditampilkan oleh anak-anak dengan ceria dan terampil, seperti peragaan isyarat tangan dan drama yang menyentuh hati para orangtua dan anak-anak yang menonton. Tepuk tangan dari tamu dan juga para orangtua bergemuruh pada setiap penampilan. Suasana haru terasa ketika para anak bersujud menyuguhkan teh hangat dan menyuapi ketan hitam pada orangtua mereka. Tak hanya enak dimakan dan diminum, tapi juga dalam hati terasa hangatnya bakti seorang anak. Kemudian, anak-anak ini membasuh tangan para ibunda tercinta mereka dengan handuk yang telah dibagikan relawan. Mata para orangtua terlihat berkaca-kaca dan aura kebahagiaan memenuhi setiap sudut ruangan tempat perayaan pada saat para Bodhisatwa cilik memberikan pelukan dan ciuman hangat sembari memberikan sekuntum bunga kepada ibunda mereka. “Ada 3 hal penting dalam mendidik anak, yaitu: berbakti, tahu balas budi, dan berjiwa besar. Kita sebagai orangtua harus mengajarkan ke anak-anak untuk berbakti dan patuh kepada orangtua. Kadangkala orangtua marah adalah demi kebaikan anak. Kita harus tahu balas budi kebaikan orang lain sehingga saat kita menemukan kesulitan, ada yang membantu kita juga. Kita harus peduli dengan lingkungan kita, khususnya kesulitan orang lain. Itulah 3 modal untuk menjadi seorang yang berguna demi mencapai tujuan hidup anda,” pesan dari Mujianto mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi di akhir acara. Ket : - Peragaan isyarat tangan oleh para Boddhisatva cilik. (kiri) Berbuat untuk Orang Lain “Saya mendonorkan darah saya selain buat kesehatan tubuh juga memiliki kesan pribadi tersendiri yaitu ketika saya mau mendonorkan darah di PMI, saat itu ada orang tua yang membutuhkan darah buat anaknya tapi sebelum darah saya didonorkan, anak tersebut meninggal dunia, sejak saat itu saya secara rutin 3-4 kali pertahun melakukan donor darah”, kata Lim Bing Kiat (48), salah seorang pendonor yang sudah 45 kali mendonorkan darahnya buat orang lain. Selain dari kalangan masyarakat, donor darah ini juga diikuti prajurit dari TNI-AD Brigif-7/ RR/Galang. Sebanyak 104 prajurit mendonorkan darahnya untuk kemanusiaan. “Saya sudah banyak mengikuti kegiatan donor darah ini. Saya melakukan ini dengan sukarela karena sudah menjadi tugas kita untuk membantu orang yang menderita, selain itu juga untuk membuat badan kita sehat dan dengan mendonorkan darah. Saya berharap untuk mendapatkan kemudahan bila suatu ketika kita atau orang terdekat kita membutuhkan darah, serta saya berharap kegiatan ini berkesinambungan”, kata Anton (30), prajurit dari TNI-AD Brigif-7/ RR/ Galang. | |