Yang Tersisa dari Banjir Sungai Cianjur

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A


Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi bersama dengan relawan Tzu Chi Cianjur mengunjungi rumah-rumah korban banjir di Cianjur, salah satunya adalah rumah Cecep Dody.

Banjir yang terjadi karena hujan deras dan meluapnya air dari Sungai Cianjur pada Sabtu malam, 7 April 2018 menyisakan puing-puing dan kisah dari warga yang tinggal di bantaran sungai tersebut. Air yang menghantam dan menggenangi rumah warga di sekitar pertigaan Jl. Mangunsarko dan Jl. Amalia Rubini, Kelurahan Pamoyangan, Kecamatan Cianjur ini menyulut kepanikan warga sejak pukul 19.00 WIB.

Nggak keburu selametin, barang sudah terombang-ambing air di dalam rumah, baju-baju juga hanyut. Istri saya lari ke atas teriak-teriak minta tolong,” cerita Cecep Dody (62). Laki-laki yang akrab disapa Mang Ecep oleh warga sekitar rumahnya ini pada saat kejadian memilih bertahan di dalam rumah yang beralamat di RT 02/05, Kelurahan Pamoyanan, Cianjur. Rumahnya pun hanya berjarak 4 meter dari bibir sungai dan berdekatan dengan salah satu aliran Sungai Cianjur yang menikung, lokasinya tidak jauh dari Jl. Mangunsarko.


Cecep Dody memberikan bantuan dari Tzu Chi kepada istrinya Ai Sumarni setibanya dari mengambil bantuan yang berlokasi di Kantor Kodim 0608/Cianjur.

Pada saat kejadian banjir, Cecep bersama istrinya Ai Sumarni (65) sedang berada di dalam rumah karena kondisi hujan deras. “Saya awalnya ngeliatin aja di depan pintu dan tidak menduga bakal besar airnya,” ceritanya. Lama-lama, air semakin naik dan mulai mendobrak pintu rumahnya. Hal ini diperparah dengan kondisi rumah Cecep yang sebagian besar dindingnya masih menggunakan bilik yang terbuat dari bambu, air pun begitu mudahnya masuk melalui sela-sela. “Buru-buru saya mulai menahan pintu dari dalam supaya air tidak masuk,” ungkapnya. Usaha Cecep menahan terjangan air pun berujung kesia-siaan, engsel pintu rumahnya patah dan pintu pun langsung terbawa derasnya air banjir.

Bertahan melawan arus banjir, Cecep pun hanya menyelamatkan beberapa barang yang masih berada di dalam rumah supaya tidak keluar dari pintu. “Di rumah kan ada kulkas, tapi itu kulkas titipan. Saya pegangin aja takut ikut hanyut,” cerita Cecep. Sang istri yang sudah lebih dulu menyelamatkan diri kemudian dengan tergopoh-gopoh meminta bantuan kepada warga dan remaja yang tinggal di lokasi yang lebih tinggi.


Beberapa dokumen kepemilikan tanah dan rumah milik Cecep Dody yang basah terkena banjir.

Tak lama berselang, para warga dan remaja di sekitar rumah Cecep yang mendapat laporan dari istrinya pun turun menuju rumahnya yang sudah terendam air banjir. “Anak-anak tuh pada teriak-teriak dari atas. ‘Mang Ecep, mang Ecep, cepet keluar tinggalin aja barang-barang’. Tapi saya masih tetep megangin kulkas,” cerita Cecep. Banjir pun semakin lama semakin besar, Cecep sebisa mungkin mencari tali di dalam rumahnya. “Itu air. Astagfirullah, besar sekali,” kata Cecep saat menceritakan usahanya mencari tali.

Saat mencari tali inilah, ia teringat bahwa listrik rumahnya belum dimatikan. Kemudian Cecep bergegas mengikat kulkas dan mencari saklar untuk segera mematikan listrik rumahnya. Sesaat kemudian, ia menuju pintu belakang rumahnya untuk segera menemui warga yang sudah memanggil-manggil namanya dan segera menyelamatkan diri.

Menjelang pukul 23.30 WIB, air banjir mulai surut. Bersama istrinya, Cecep kemudian memeriksa rumahnya yang dipenuhi lumpur dan sampah yang terbawa arus banjir. “Baju pada hanyut, kasur banyak lumpurnya, TV rusak, dan kulkas juga nggak tahu masih bisa nyala apa enggak,” kata Cecep. Pascabanjir, ia segera membersihkan rumahnya dan mencari barang-barang yang masih bisa dipakai. Kemudian pada Selasa, 10 April 2018, Cecep beserta ratusan warga lainnya dikunjungi oleh relawan Tzu Chi Cianjur dan mendapatkan kupon untuk mengambil bantuan pada kesokan harinya tepatnya Rabu, 11 April 2018 di halaman Kodim 0608/Cianjur.

Berkawan dengan Sulitnya Kehidupan

Selain memberikan bantuan, relawan Tzu Chi juga melakukan kunjungan kasih ke lokasi banjir serta mengunjungi beberapa rumah yang terkena dampak banjir. Tempat tinggal Cecep menjadi salah satu rumah yang dilihat oleh para relawan. Memang tidak terlalu besar, tetapi rumah yang berukuran 7 x 9 meter tersebut kondisinya semakin parah setelah diterjang banjir tetapi tidak separah rumah tetangganya yang roboh akibat kejadian tersebut.

Rumah yang ditempatinya bersama istri, anak, dan cucunya perempuannya tersebut merupakan warisan dari nenek dan orang tuanya. Surat tanah dan berkas-berkas lainnya lengkap, hanya saja banjir membuat dokumen-dokumen tersebut terendam air. “Dokumen-dokumen ada lengkap, tapi kerendem air pas banjir,” cerita pria kelahiran 1 Agustus 1965 tersebut.


Kondisi rumah Cecep Dody setelah diterjang banjir Sungai Cianjur, sementara di belakang tampak rumah tetangganya yang hanya berjarak satu rumah hancur akibat peristiwa tersebut.

Bantuan yang diberikan Tzu Chi pun sangat membantu kehidupannya dan keluarga, terlebih lagi setelah banjir mengenangi rumahnya. Keseharian Cecep hanya di rumah saja setiap harinya, untuk memenuhi hidup ia mengandalkan pengasilan istrinya yang bekerja sebagai buruh cuci pakaian harian. “Yah ngandelin istri yang kerja jadi tukang cuci, kalau ada saudara ya kadang-kadang dikasih beras,” ungkap Cecep.

Sudah 7 tahun Cecep menganggur karena sakit kelenjar getah bening, sebelumnya ia bekerja sebagai cleaning service di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Pada tahun 2011, ia mulai merasakan sakit yang dideritanya hingga saat ini. “Awalnya ada benjolan, karena saya sering membersihkan IGD jadi kenal sama dokter. Saya memberanikan diri untuk bertanya tentang keadaan saya,” kata Cecep. Setelah diperiksa, dokter menyarankan Cecep untuk melakuan pemeriksaan yang lebih intensif di RSCM. Serangkaian proses medis pun dijalani Cecep untuk sembuh dari penyakitnya. Sampai akhirnya ia tidak bisa bekerja lagi.

“Saya sangat bersyukur dikasih bantuan, Alhamdulillah langsung saya pakai sarungnya tadi,” kata Cecep sambil tersenyum. Beras yang ada dalam paket bantuan Tzu Chi juga cukup membantu, pasalnya jika memiliki beras, mau tidak mau ia akan menjualnya sebagian ke warung dan uangnya digunakan untuk membeli lauk. “Biasanya kalau dapet beras suka dijual setengah, jadi tinggal beli lauknya,” tambahnya.

Jika tidak ada sama sekali untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terpaksa Cecep berhutang ke warung dan menunggu rezeki untuk membayar hutangnya. “Belum ada pilihan lain, kehidupan saya dan keluarga ya memang seperti ini. Yang penting istri, anak, dan cucu sehat,” tutup Cecep sambil menunjukan kondisi rumahnya.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Banjir 2020: Korban Banjir di Teluk Naga Terima Bantuan Sembako

Banjir 2020: Korban Banjir di Teluk Naga Terima Bantuan Sembako

06 Januari 2020

Tzu Chi memberi bantuan kepada korban banjir di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang. Bantuan tersebut berupa sembako yang terdiri dari 40 dus Mi DAAI, 5 dus air mineral, 5 dus minyak goreng, 470 makanan hangat, dan 20 kg beras.

Banjir 2020: Bersyukur dengan Bantuan Banjir dari Tzu Chi

Banjir 2020: Bersyukur dengan Bantuan Banjir dari Tzu Chi

05 Januari 2020

Rona bahagia tampak dari wajah warga Kampung Sukapura Jaya, Kecamatan Cilincing dan Kampung Rawa Indah, Kecamatan Kelapa Gading usai menerima bantuan banjir dari Tzu Chi, Sabtu sore, 4 Januari 2020.

Tzu Chi Salurkan Bantuan Banjir untuk 6 Kecamatan di Kab. Pati Jawa Tengah

Tzu Chi Salurkan Bantuan Banjir untuk 6 Kecamatan di Kab. Pati Jawa Tengah

19 Januari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama Pemkab Pati menyalurkan bantuan berupa 5.500 paket sembako dan beras 10 Kg untuk enam Kecamatan di Kab. Pati Jawa Tengah yang sudah lebih dari dua pekan terendam banjir.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -