Yuk Rasakan Sendiri Manfaat Eco Enzyme
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, Dok. Pribadi, Videografer: Clarissa R.Bukanlah menjadi rahasia lagi kalau ternyata ada beribu manfaat terkandung dalam Eco Enzyme. Irawaty Hendrawan, relawan Tzu Chi Tangerang telah membuktikannya.
“Cairannya (Eco Enzyme) bisa pakai untuk mengepel lantai, mencuci piring, mencuci buah, menyiram tanaman, dan banyak lagi. Eco Enzyme ini juga bisa membantu menetralisir zat-zat kimia yang terkandung dalam berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari. Dan lagi ampasnya juga bisa dipakai untuk pupuk kompos, jadi benar-benar bermanfaat dan tidak menjadi limbah atau sampah,” kata Ira.
Irawaty Hendrawan, relawan Tzu Chi Tangerang memeriksa fermentasi Eco Enzyme di depan rumahnya. Setiap pagi ia membuka wadah Eco Enzyme untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan dari fermentasi.
Sepuluh tahun bergelut dengan Eco Enzyme, Ira tak ingin merasakan kebaikan cairan terfermentasi itu sendirian. Ia giat melakukan sosialisasi, baik kepada komunitas maupun tetangga di sekitar rumahnya. Ibu dua anak ini juga membantu menampung sampah organik dari para tetangga yang ingin berkontribusi untuk lingkungan namun masih terkendala satu dan lain hal.
Irawaty menutup setiap wadah Eco Enzyme dengan rapat. Ia juga memberikan kata-kata sebagai ungkapan terima kasih terhadap buah dan sayuran yang ia manfaatkan untuk membuat Eco Enzyme.
“Kalau untuk lingkungan rumah awalnya karena permintaan dari RT setempat. Jadi untuk mengisi kekosongan waktu selama pandemi Covid-19 sekaligus merawat lingkungan, saya diminta untuk berbagi mengenai Eco Enzyme,” cerita Ira. “Yang menciptakan sampah kan kita sendiri, jadi kita juga harus bertanggung jawab terhadap sampah kita agar Bumi tetap lestari,” lanjutnya mengawali penjelasan tentang Eco Enzyme.
Kini ada sekitar 15 tetangga di lingkungan rumahnya yang aktif membuat Eco Enzyme. Beberapa di antaranya juga sudah membagikan pengetahuan tentang Eco Enzyme kepada komunitas masing-masing.
“Senang sekali teman-teman mau bergabung sehingga sampah-sampah yang tadinya dibuang di tempat sampah bisa dimanfaatkan. Mereka sangat antusias. Mereka juga sudah bisa mengajak orang lain untuk berbuat karena kita tidak bisa sendiri dan harus bersama-sama,” ungkapnya senang.
Sampah Organik, Antara Menakutkan dan Menguntungkan
Irawaty (kedua dari kiri) memberikan sosialisasi tentang Eco Enzyme kepada para pengunjung dalam berbagai kegiatan Tzu Chi.
Ira memang giat sekali mengajak tetangganya untuk melestarikan lingkungan dengan memanfaatkan sampah rumah tangga, karena menurutnya sampah bukanlah masalah yang sederhana. Dalam satu hari, Ira mengingatkan, ada 7.500 hingga 7.700 ton sampah di Jakarta. Sedangkan di Tangerang ada sekitar 1.500 hingga 1.700 ton. Dari jumlah tersebut, tidak sampai 10 persennya saja yang bisa didaur ulang.
Banyaknya sampah harian itu membuat tempat pembuangan akhir (TPA) seperti tak bisa dibendung lagi. Sebelumnya, belasan tahun lalu bahkan ada ledakan di TPA, tepatnya di TPA Leuwigajah, Bandung yang diakibatkan oleh adanya deposit gas metana yang luar biasa dalam tumpukan sampah di TPA tersebut. Ledakan itu bahkan mengakibatkan 143 orang meninggal dunia.
Irawaty (kanan) mengajak tetangga di lingkungan RT-nya untuk bersama-sama memanfaatkan sampah organik sebagai bahan utama pembuatan Eco Enzyme.
Jadi ketika sampah organik yang sangat banyak sudah menggunung dan tidak terpapar oksigen, dia akan bereaksi dengan udara yang pekat dan dari sanalah gas metana muncul dan tersimpan di permukaan tanah. Sifatnya yang mudah terbakar membuat gas metan mampu meledak seperti bom dan dalam jangka panjang bisa membuat Bumi rusak karena global warming.
Sebaliknya, apabila dikelola dengan baik, sampah organik itu tentu tidak akan membuat hal-hal buruk. Malah bisa memberikan ribuan manfaat. “Jadi dengan mengurangi sampah organik ini, kita bisa melindungi Bumi dan dengan membuat Eco Enzyme ini kita bisa membantu menghasilkan ozon yang sangat bagus untuk Bumi dan manusia,” ujar Ira menekankan manfaat jangka panjang pembuatan Eco Enzyme.
Sedikit Demi Sedikit, Lama-Lama Menyembuhkan Bumi yang Sakit
Irawaty menerima sampah organik dari para tetangga yang mempunyai kendala dalam pembuatan Eco Enzyme.
Seperti kata Ira, menyembuhkan Bumi dengan memanfaatkan sampah organik tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Tapi seluruh lini masyarakat, perlu ikut serta. Itulah mengapa Ira juga menerima sampah organik yang sudah dipilah oleh tetangganya untuk dibuat Eco Enzyme di rumahnya. Beberapa memang terkendala alat maupun izin dari seluruh anggota keluarga. Minimal anggota keluarga tersebut sudah sadar akan pemilahan sampah.
“Daripada dibuang ke tempah sampah kalau saya tidak terima (sampahnya), maka saya terima saja dan bikin Eco Enzyme di rumah,” jelasnya.
Satu dua kali kesempatan, Ira juga mengambil sampah buah-buahan dari pedagang yang ia temui di pasar. Dari pedagang nanas misalnya. Buah nanas dari para pedagang dijual terkupas rapi, namum kulitnya terbuang begitu saja. Dari sana Ira kerap meminta kulitnya untuk digunakan membuat Eco Enzyme. “Karena sudah tahu manfaatnya, jadi terasa sayang sekali kalau lihat kulit buah-buahan itu terbuang sia-sia,” kata Ira tertawa.
Catatan sampah organik yang digunakan Ira untuk pembuatan Eco Enzyme. Sampah organik tersebut akan terus ditambah per harinya sampai batasnya dalam pembuatan Eco Enzyme.
Ira menekankan bahwa membuat Eco Enzyme tidaklah langsung serta merta sekali buat harus dengan rumus perbandingan 1 (gula) : 3 (bahan organik) : 10 (air). Memang harus. Misalkan satu hari ingin membuat Eco Enzyme dalam takaran 1 kg molase (gula tebu) dan 10 liter air, dalam satu kali membuat kedua bahan itu harus terpenuhi dulu. Tapi 3 kg bahan organiknya bisa dicicil.
“Ketika satu hari kita cuma punya sampah 3 ons, nggak papa, kita masukkan dulu dalam campuran molase dan air dan kita catat. Begitu seterusnya sampai sampahnya nanti sampai 3 kg. Di hari terakhir beratnya (sampah organik) terpenuhi, itulah hari pertama fermentasi dimulai,” jelas Ira, “masa panen, minimal 3 bulan dari tanggal terakhir kita taruh bahan organik itu.”
Buat Sendiri, Rasakan Sendiri
Ampas Eco Enzyme bisa digunakan sebagai campuran tanah untuk dijadikan pupuk kompos sehingga tidak ada bagian dari pembuatan Eco Enzyme yang terbuang sia-sia.
Semangat Ira untuk berkontribusi pada lingkungan dan Bumi memang tidaklah main-main. Kini bisa ditemukan Eco Enzyme di seluruh sudut rumahnya. Sabun pel, sabun cuci piring, sabun cuci tangan, sabun mandi, hingga shampoo, semua diracik dengan Eco Enzyme. Aromaterapi di sudut ruang tamunya juga terbuat dari ampas Eco Enzyme yang sudah dikeringkan. Harum aromanya. Tak sampai di sana, kebun subur di samping rumahnya pun hasil dari ampas Eco Enzyme yang dicampurkan dengan tanah dan berakhir menjadi kompos. Benar-benar tak ada yang terbuang.
Ira senang bisa merasakan manfaat Eco Enzyme yang tak terduga. “Setelah sekian lama bikin Eco Enzyme, saya akhirnya nggak pernah beli sabun pel lagi. Jadi Eco Enzyme pakai ngepel, sekarang semua saya campurkan Eco Enzyme. Dari sabun mandi, sabun cuci piring, shampoo juga semua saya campur Eco Enzyme. Pernah juga mencoba merendam kaki dengan Eco Enzyme, kalau efeknya di saya bisa membantu meningkatkan kualitas tidur, lebih nyenyak setelah pakai,” paparnya gembira seperti membuat testimonial produk yang sukses di pasaran.
Irawaty memanfaatkan cairan Eco Enzyme yang dicampur dengan air untuk digunakan dalam keseharian, salah satunya untuk mencuci buah dan sayuran.
Ira ingin sejuta manfaat dari Eco Enzyme bisa dirasakan oleh banyak orang, terlebih para relawan Tzu Chi lainnya. Untuk itu, ia berharap lebih banyak lagi relawan Tzu Chi yang membuat Eco Enzyme dan semakin peduli dengan lingkungan dan menerapkan 5R kita.
“Kita bisa bermanfaat bagi orang lain itu adalah suatu kebahagiaan. Selain itu, ikut pelestarian lingkungan juga merupakan suatu kebajikan, selain untuk Bumi juga untuk kita. Apabila bencana berkurang, penderitaan manusia juga akan berkurang,” tutur Ira.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Yuk Rasakan Sendiri Manfaat Eco Enzyme
26 Oktober 2020Berawal dari ajakan untuk mengisi kekosongan waktu selama pandemi Covid-19, Irawaty Hendrawan, relawan Tzu Chi Tangerang kini berhasil mengajak komunitas RT di lingkungan rumahnya untuk ikut serta membuat Eco Enzyme.