Badan Misi Pendidikan Tzu Chi Menghasilkan Buah yang Berlimpah

Dalam peringatan 25 tahun badan misi pendidikan kali ini, kerja sama tim yang harmonis sungguh membuat orang tergugah. Setelah melihat pementasan itu, orang yang kembali dari luar negeri datang ke Griya Jing Si untuk berbagi dengan saya tentang kekaguman mereka. Yang membuat mereka kagum adalah dalam pementasan tersebut, bukan hanya orang-orang di atas panggung yang mengambil bagian, tetapi juga ribuan orang di bawah panggung. Lebih dari 1.700 orang bergerak dengan serentak.

Mereka berkata bahwa mereka sangat tercengang. Saya sungguh berterima kasih kepada para guru, murid, kepala sekolah, dan lain-lain dari TK, SD, SMP, SMA, institut teknik, dan universitas, serta para dosen senior yang turut berpartisipasi dalam pementasan itu. Mereka semua bergerak dan bernyanyi dengan kompak. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Kali ini, murid-murid Sekolah Menengah Tzu Chi dari Thailand juga kembali ke Taiwan untuk menghadiri peringatan 25 tahun badan misi pendidikan Tzu Chi. Mereka kembali dengan persiapan yang mantap.

Para murid dari Sekolah Menengah Tzu Chi Thailand sungguh menunjukkan keindahan pendidikan kita. Kita juga melihat tarian tradisional Thailand yang menceritakan tentang kebaikan dan kejahatan yang sedang tarik-menarik. Sungguh, pertunjukan itu menggambarkan pikiran manusia. Adakalanya, kita membangkitkan niat baik. Adakalanya, kita membangkitkan niat buruk dan kegelapan batin. Kebaikan dan kejahatan dalam hati kita juga selalu tarik-menarik.

Demikian pula dengan kehidupan masyarakat. Di tengah masyarakat juga terdapat kebaikan dan kejahatan. Pada hari itu, saya bertanya, “Akhirnya bagaimana? Kebaikan yang menang atau kejahatan yang menang?” Mereka menjawab, “Kebaikan yang menang.” Ya. Asalkan memiliki sebersit niat baik yang tidak tergoyahkan, kita pasti bisa melindungi sifat hakiki kita yang murni. Pertunjukan mereka sangat bermakna. Kemarin, mereka kembali ke Griya Jing Si. Mereka berbagi kisah dengan penuh perasaan.

“Di sini, saya ingin berterima kasih kepada Kakek Guru karena telah memberikan kami sebuah sekolah yang begitu luar biasa sehingga setiap orang dari kami memiliki kesempatan untuk bersekolah dan belajar menjadi orang yang dapat membantu orang lain dan berbakti kepada orang tua,” tutur Yang Shuyue, sIswi Sekolah Menengah Tzu Chi di Chiang Mai

”Dengan hati penuh rasa syukur, saya mewakili semua warga di desa kami berterima kasih kepada Kakek Guru, para bhiksuni di Griya Jing Si, dan insan Tzu Chi di seluruh dunia. Dimulai dari tahun 1994, kalian menjalankan program bantuan selama 3 tahun untuk kami. Tzu Chi membangun Perumahan Cinta Kasih dan jalan untuk kami. Kalian juga mengajari kami menanam teh. Setiap warga di desa kami hidup dengan aman, tenteram, dan gembira. Kakek Guru, Anda tidak perlu khawatir. Saya akan mengikuti jejak Kakek Guru  selangkah demi selangkah,” lanjut Ai Shunqin, siswi yang juga Putri mantan kepala desa.

Mereka sangat berterima kasih atas program bantuan yang kita jalankan di Thailand Utara selama 3 tahun. Jika kita tidak membangun sekolah di sana, mereka pasti tidak dapat bersekolah. Dengan adanya sekolah itu, mereka dapat memperoleh pendidikan. 

“Saya merasa sangat gembira karena hari ini dapat kembali bertemu dengan Kakek Guru. Tahun lalu, saat berdiri di hadapan Kakek Guru, saya masih memakai seragam Sekolah Tzu Chi di Chiang Mai. Saat itu, saya duduk di bangku sekolah menengah kelas 3. Tahun ini, saya mengenakan seragam Universitas Tzu Chi. Tahun ini saya adalah mahasiswa tahun pertama. Awalnya, saya berpikir bahwa setelah lulus, saya ingin menghasilkan banyak uang. Namun, setelah masuk perguruan tinggi, saya mulai berpikir sesungguhnya menghasilkan banyak uang bukanlah tujuan utama saya. Saya berharap dapat kembali ke sekolah saya dan membantu adik-adik kelas saya meningkatkan keterampilan berbahasa mereka. Kita bisa melihat pencapaian kita dalam membantu warga kurang mampu dan memberikan pendidikan,” ucap Bai Zhi-da, mahasiswa Universitas Tzu Chi.

Saya sungguh merasa gembira. Selain itu, saat berada di ruang tamu, mereka juga bersiteguh untuk menjalankan upacara penghormatan terhadap guru. Kepala sekolah dan seorang alumni sekolah mempersembahkan bunga kepada saya. Inilah upacara yang mereka lakukan setiap tahun pada saat Hari Guru. Ini merupakan tradisi bagi sekolah di Thailand. Saya juga memberi tahu mereka untuk terus mempertahankan dan mewariskan tradisi seperti ini. Mereka juga menyanyikan Himne Guru.

Guru yang terhormat

Selain memberi kami pengetahuan

Anda juga memberi kami kebijaksanaan untuk membedakan yang benar dan salah

Setiap malam kami berdoa untuk melimpahkan jasa kepada Guru kami

Intinya, kita harus mewariskan moralitas dan sifat luhur. “De” (keluhuran) berarti praktik ke luar. Sifat luhur harus kita wujudkan lewat tindakan nyata. Kita harus menyerap prinsip moralitas ke dalam hati dan menunjukkan sikap penuh hormat terhadap semua orang. Dengan demikian, barulah kita bisa benar-benar mengungkapkan rasa hormat dan bakti. Kini masyarakat Taiwan sungguh kekurangan hal ini. Kita bisa melihat budaya yang begitu indah di Thailand. Di Taiwan, kita juga hendaknya menerapkan budaya humanis seperti itu. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Anak-anak di Thailand telah menerapkannya dengan baik.

Selain itu, kepala sekolah dari sekolah di Sichuan, Tiongkok yang pembangunannya dibantu oleh kita juga kembali ke Taiwan. Mereka berbagi bahwa di wilayah Tiongkok yang begitu luas, sekolah mereka telah diakui sebagai salah satu sekolah teladan. Selain itu, metode pendidikan mereka juga tidak kalah dengan Taiwan. Bagi murid-murid yang tinggal di pedesaan, kepala sekolah juga menyediakan asrama bagi mereka. Mereka mengajari anak-anak pola hidup yang baik.

Setelah lulus sekolah dasar, anak-anak itu melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah. Kepala sekolah dari sekolah menengah merasa takjub melihat sekelompok anak yang begitu disiplin. Dia pun bertanya, “Kalian berasal dari SD mana?” Mereka menjawab, “Dari SD Qianjin yang dibangun oleh Tzu Chi.” Kepala sekolah ini merasa sangat kagum. Inilah pendidikan. Bukan hanya orang dewasa yang dapat mendidik orang lain, anak-anak juga dapat mendidik orang yang lebih dewasa dari mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak itu sangat tertib dan penuh tata krama. Di Sichuan, Tiongkok, kita bisa melihat semangat budaya humanis Tzu Chi. Saya juga harus berterima kasih kepada para guru dari Taiwan yang telah pergi ke sana untuk menyebarkan Kata Renungan Jing Si dan membimbing para guru setempat bagaimana cara mengajarkan tata krama pada anak-anak. Para guru setempat menerima semua bimbingan kita. Metode apa pun yang kita bagikan dengan mereka, semuanya mereka terima. Kepala sekolah juga berbagi kisah tentang beberapa anak dari keluarga kurang mampu yang sangat tekun belajar. Ada banyak kisah seperti ini. Singkat kata, untuk membuat perubahan di dunia ini, bukanlah hal yang tidak mungkin. Semua itu bisa tercapai asalkan kita memiliki niat.

 

Badan misi pendidikan Tzu Chi memiliki fondasi yang kokoh

Melihat pencapaian yang cemerlang dari badan misi pendidikan Tzu Chi

Memberikan persembahan bunga kepada guru untuk mengungkapkan rasa hormat

Menyebarkan budaya humanis dan mengajarkan tata krama

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal26 November 2014

 

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -