Berintrospeksi dan Mengubah Pola Pikir Untuk Menciptakan Berkah
Kemarin, Iran tiba-tiba diguncang gempa bumi berkekuatan 6,2 skala Richter yang mengakibatkan tanah merekah dan banyak rumah yang runtuh. Mendengar berita tentang gempa bumi di Iran, saya teringat pada belasan tahun lalu, pascagempa di Iran, kita juga menyalurkan bantuan ke sana. Saat itu, relawan kita juga sangat bekerja keras. Para dokter dari RS kita juga secara bergilir berangkat ke sana dan setiap perjalanan mereka adalah setengah bulan. Di sana relawan kita melihat banyak rumah yang runtuh. Bangunan kuno yang berusia ribuan tahun juga rata dengan tanah. Seluruh Kota Bam hancur. Pemandangan yang terlihat itu mengingatkan kita tentang ketidakkekalan.
Ketidakkekalan yang datang dalam sekejap bisa membawa bencana besar bagi nyawa manusia dan lingkungan tempat tinggal. Sesungguhnya, di dunia ini, sebanyak apa pun harta yang kita miliki, juga tidak bisa menahan bencana akibat ketidakselarasan unsur tanah. Banyak orang kaya, orang yang menjalankan banyak bisnis, orang yang berpendidikan tinggi, dan lain-lain yang kehilangan segalanya karena bencana alam.
Pemandangan yang terlihat ini adalah konflik di Irak. Sesungguhnya, ini bukan konflik agama, melainkan karena politik. Dengan mengatasnamakan agama, mereka memecah belah umat manusia dengan tujuan untuk menguasai suatu daerah. Karena itu, dunia menjadi tidak tenang dan banyak orang yang menjadi korban. Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman dan kehilangan tempat tinggal. Sesungguhnya, semua agama membimbing orang menuju ke arah yang baik dan benar. Namun, orang yang berpikiran menyimpang malah mengarahkannya ke arah yang salah sehingga terjadilah banyak bencana alam dan bencana akibat ulah manusia.
Saat ketidakkekalan datang, harta sebanyak apa pun juga tidak ada gunanya. Kita juga melihat banyak warga Taiwan yang hidup sangat berada. Namun, insiden pesawat TransAsia Airways dan ledakan pipa gas di Kaohsiung yang terjadi belakangan ini membuat kita sangat sedih. Saat Taiwan dilanda bencana, Saat Taiwan dilanda bencana, relawan Tzu Chi bersungguh hati untuk berkontribusi. Namun, dari siaran berita, kita dapat melihat sekelompok orang yang berbaris untuk mendapatkan kupon makanan. Mengapa pikiran mereka bisa begitu keliru? Banyak warga Taiwan yang hidup sangat berada. Mengapa mereka bisa termakan oleh trik promosi dan rela berbaris sepanjang itu? Saya sungguh tidak mengerti. Ribuan orang berbaris di depan pintu restoran. Restoran ini membuka puluhan cabang di seluruh Taiwan dan setiap cabangnya dipenuhi banyak orang. Saya sungguh tidak sampai hati melihatnya. Di antara mereka ada anak muda, lansia, orang berada, dan orang kurang mampu. Namun, di sana tidak kelihatan orang kurang mampu. Mereka semua terlihat berpakaian sangat bagus. Mengapa bisa demikian? Saya sungguh tidak mengerti. Selain itu, orang yang tak mendapatkan kupon makanan malah bertengkar di sana. Entah mengapa mereka rela berbuat begitu. Entah mengapa mereka rela berbuat begitu.
Berbeda dengan insan Tzu Chi. Pascaledakan di Kaohsiung hingga kini, banyak keluarga korban yang aliran gas dan listriknya belum tersambung kembali sehingga mereka tidak bisa memasak di rumah. Karena itu, relawan Tzu Chi mengunjungi mereka untuk memberikan pendampingan dan penghiburan serta mengantarkan makanan. Mereka mengantarkan makanan hangat ke rumah warga dengan penuh ketulusan. Mereka seperti mengunjungi teman atau saudara mereka. Inilah ketulusan dan kasih sayang. Mereka bersumbangsih dengan penuh ketulusan dan membangkitkan cinta kasih tanpa pamrih. Semua ini merupakan kekuatan cinta kasih. Walaupun terkena bencana ledakan, tetapi para warga tetap bias menerima bantuan yang berkualitas dan merasakan cinta kasih dari para relawan Tzu Chi.
Inilah yang harus kita galakkan di masyarakat agar setiap orang bisa hidup aman dan tenteram, masyarakat bisa hidup harmonis, dan dunia bisa bebas dari bencana. Antarsesama manusia hendaklah bekerja sama membangun masyarakat yang harmonis, tenteram, dan serba berkecukupan. Setiap orang hendaknya tahu berpuas diri dan berhenti mengonsumsi daging hewan.
Kita dapat melihat seorang relawan Tzu Chi di Indonesia yang dahulu memakan segala jenis daging hewan. ”Satu hari tidak ada daging, ikan, tidak bisa makan, kayaknya tidak nikmat makannya. Belum bisa makan, cuman sayur saja tidak bisa makan. Semua binatang kita makan, biawak, ular, monyet, anjing, semua kita lahap. Monyet itu kalau dipotong kan sedih dia, nangis, kita potong kita makan, kita tidak pernah pikirkan. Seperti anjing, masuk ke dalam karung kita ketok, mati, potong, kita makan,” ucap Benny Setiawan. Selain makan di luar, di rumah, istrinya juga harus mempersiapkan makanan untuknya.”Kebanyakan saya merasa membunuh itu di kepiting. Waktu mau sembayang belinya ayam, waktu mau direbus bisa berkotek, bunyi. Saya heran kenapa, sebelum saya rebus saya merasa tidak enak, “ucap Tandry Meliwatini.
Namun, dalam suatu kesempatan, dia menonton DAAI TV dan mulai tersadarkan. Inilah orang yang memiliki akar kemampuan yang tajam. Dia memiliki kebijaksanaan. Ketika jalinan jodohnya tiba, begitu mendengar kebenaran, dia bisa segera bertobat dan menyadari membunuh hewan untuk memenuhi nafsu makan sesaat adalah tidak benar. Karena itu, dia bergabung dengan Tzu Chi dan berkesempatan untuk melakukan kunjungan kasih ke rumah warga. Saat memasuki gang-gang kecil dan melihat kehidupan orang lain yang penuh penderitaan, dia sungguh-sungguh bertobat. Melihat orang yang hidup menderita, orang yang kesulitan untuk mendapatkan makanan, dia semakin merasa pola hidupnya dahulu sungguh tidak pantas. Karena itu, dia mulai mengubah kehidupannya. Kini, di Indonesia, dia adalah seorang Bodhisatwa dunia yang sangat tekun dan bersemangat.
Singkat kata, di dunia ini, kita sungguh membutuhkan lebih banyak Bodhisatwa teladan di setiap pelosok dunia agar keteladanan kita bisa semakin tersebar luas. Berkat kemajuan teknologi yang membuat siaran Da Ai TV bisa semakin meluas, maka semakin banyak orang yang memahami Tzu Chi terinspirasi untuk bergabung dalam barisan relawan, dan merasakan langsung. Dengan demikian, mereka bisa sadar dan mempunyai kekuatan untuk berkontribusi sebagai Bodhisatwa dunia.
Ketidakselarasan unsur tanah mengakibatkan bencana besar
Konflik karena politik menyebabkan banyak orang terluka dan meninggal
Mengubah pola pikir, mengendalikan nafsu makan dan membangkitkan cinta kasih
Memberikan perhatian dengan hati yang tulus dan penuh cinta kasih
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Agustus 2014.