Berpola Hidup Hemat dan Membina Cinta Kasih
Sungguh, setiap orang hendaknya memperluas pandangan untuk melihat hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Dunia ini penuh dengan penderitaan. Terlebih lagi, kini kondisi iklim menjadi sangat ekstrem. Di seluruh dunia, setiap tempat mengalami perubahan iklim yang sangat ekstrem dan bencana juga kerap terjadi. Akibat pola hidup manusia yang terlalu boros, kondisi iklim menjadi tidak selaras dan tidak bersahabat. Kini populasi manusia di bumi ini berjumlah lebih dari 7,3 miliar orang. Bayangkanlah, pada tahun 1987, populasi manusia di bumi ini baru berjumlah 5 miliar orang, tetapi kini sudah berjumlah lebih dari 7 miliar orang. Ini sungguh menakutkan. Bumi ini hanya ada satu.
Lihatlah populasi manusia yang meningkat dengan pesat. Apakah ini bermanfaat bagi bumi? Ini justru berbahaya bagi bumi karena setiap manusia di bumi ini menimbulkan pencemaran. Kita membuang kotoran setiap hari dan bernapas setiap saat. Karbon dioksida yang kita hembuskan juga menimbulkan polusi udara. Selain itu, pembangunan terus dilakukan seiring bertambahnya populasi manusia.
Dahulu, saat turun hujan, air akan meresap ke dalam tanah dan menjadi sumber mata air di bawah tanah. Selain itu, juga ada pepohonan di wilayah pegunungan dan dataran. Sebatang pohon besar bisa menyimpan sekitar tiga ton air. Saat turun hujan, pohon perlahan-lahan menyerap air dan menyimpannya di bagian daun, batang, dan akar. Lalu, pohon berangsur-angsur melepaskan air ke dalam tanah. Kini, hutan-hutan terus ditebang sehingga merusak konservasi air dan tanah. Saat turun hujan, berhubung tidak ada pohon untuk menyerap air, maka air hujan langsung mengguyur pegunungan sehingga terjadilah tanah longsor.
Manusia terus membangun jalan dengan aspal dan semen. Akibatnya, saat turun hujan, air hujan tidak dapat diserap oleh tanah. Karena itu, air hujan langsung mengalir ke sungai, muara, dan laut. Saat air sungai meluap, maka terjadilah bencana banjir. Ini semua terjadi akibat meningkatnya populasi manusia. Saat populasi manusia meningkat, maka secara alami, bumi akan terluka. Terlebih lagi, kini orang-orang selalu menyukai barang baru dan terus mengganti barang lama dengan barang baru. Meski barang lama masih bisa dipakai, mereka tetap menggantinya dengan yang baru.
Kini setiap orang, bahkan murid-murid SD, juga memiliki telepon seluler. Bahkan anak kecil pun terpaku pada telepon seluler mereka. Mereka belum mengerti apa-apa. Mereka mengira bahwa lewat telepon seluler atau facebook, mereka dapat mengetahui segalanya. Mereka hanya memperoleh pengetahuan, tetapi kebijaksanaan mereka tak berkembang. Potensi kebajikan mereka sama sekali tak berkembang. Kebijaksanaan seperti ini masih sangat dangkal. Mereka hanya tahu tentang apa yang terlihat, tetapi tidak memahami prinsip kebenaran yang terkandung di dalamnya. Mereka hanya tahu tentang apa yang terlihat, tetapi tidak memahami prinsip kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Ini sungguh membuat orang khawatir. Kebijaksanaan merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap orang. Namun, pada zaman sekarang, yang dimiliki oleh setiap orang hanyalah pengetahuan dan kemampuan untuk menjalani kehidupan modern. Mereka hanya tahu untuk bersenang-senang dan menikmati hidup, tetapi tidak bisa mengasihi diri sendiri dan tidak bisa membedakan yang benar dan salah. Apa pun yang dikatakan oleh orang lain, mereka memercayainya secara membabi buta. Ini sungguh kehidupan yang bodoh dan tersesat.
Kini, internet telah menjadi jaring kegelapan batin yang membelenggu anak muda zaman sekarang dan membuat mereka sulit melepaskan diri. Ini sungguh menderita. Akibatnya, bukan hanya diri mereka yang menderita, tetapi juga menimbulkan kegelisahan di tengah masyarakat. Kita bisa melihat kini murid-murid Tzu Chi sedang memasuki liburan musim panas. Guru-guru kita mengajak murid-murid untuk melakukan studi banding ke luar negeri.
Lihatlah, para relawan Tzu Chi sangat bersungguh hati. Sekelompok relawan kita ini sudah menjadi ibu, nenek, ayah, dan kakek. Sekelompok relawan kita ini selalu mempertahankan cinta kasih mereka yang abadi dan tak akan pernah berubah. Mereka sangat bersungguh hati untuk membuat anak-anak muda itu merasakan ketulusan kasih sayang mereka yang bagaikan keluarga dan teman. Ini sungguh pengalaman yang indah.
Singkat kata, semoga lewat studi banding ini, kita bisa berbagi nilai-nilai budaya humanis Tzu Chi dan belajar dari kelebihan orang lain. Manusia bukan hanya menciptakan emisi karbon, tetapi juga mencemari batin mereka sendiri. Orang-orang hanya tahu untuk berwisata ke luar negeri dan tidak tahu bagaimana cara melindungi bumi. Ini sungguh membuat orang khawatir. Namun, kita bisa melihat murid-murid kita yang pergi ke luar negeri untuk mengembangkan potensi mereka dan ikut menjaga kelestarian lingkungan.
Saya selalu berharap kita dapat memberikan pendidikan yang lebih sehat agar anak-anak dapat tahu untuk mengasihi bumi. Kita belum tentu harus menempuh perjalanan puluhan ribu mil baru bisa memperoleh pengetahuan di luar buku. Contohnya saya. Saya tidak pernah ke luar negeri. Seumur hidup ini, saya selalu berada di Taiwan dan menghabiskan sebagian besar waktu saya di Hualien. Belakangan ini, saya bahkan jarang pergi ke Aula Jing Si. Setiap hari, saya menghabiskan waktu di kamar saya dan ruang tamu. Tempat lain yang saya datangi hanyalah ruang makan. Itu saja. Namun, saya mengetahui setiap hal yang terjadi di seluruh dunia. Saya bukan hanya mengetahuinya dari berita. Setelah melihat sebuah berita, saya akan mencari tahu secara lebih mendetail untuk mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi. Saya akan mencari tahu penyebabnya. Singkat kata, terhadap setiap orang, hal, dan benda, kita harus senantiasa bersungguh hati.
Mengembangkan cinta kasih dan welas asih
Bisa membedakan yang benar dan salah dan melenyapkan jaring kegelapan batin
Memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Melihat bencana yang terjadi di seluruh dunia dan berpola hidup hemat
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 12 Juli 2015