Bersatu Hati Menyelamatkan Orang-orang yang Menderita

Saya sering berkata bahwa hidup manusia berlalu detik demi detik. Atas setiap detik yang berlalu, kita harus menghargai dan bersyukur. Dalam berjalan di Jalan Bodhisatwa, kita semua harus memiliki kesatuan tekad. Kita harus ingat bahwa masyarakat tidak boleh kekurangan satu pun niat baik dari setiap orang karena dunia ini tidaklah kekal. Belakangan ini banyak bencana yang terjadi. Kita semua hendaknya berpikir dan merenungkan segala yang kita lihat. Banyak ketidakkekalan di dunia ini, terutama di Taiwan.

Pada tanggal 27 Juni lalu, tiba-tiba terjadi insiden ledakan serbuk berwarna yang mendatangkan penderitaan bagi banyak orang. Bukan hanya merasakan penderitaan fisik, para korban juga kehilangan harapan masa depan. Mereka juga harus mengalami rasa sakit panjang untuk dapat pulih. Penderitaan fisik mereka sungguh sulit dibayangkan. Namun, kita tahu mereka pasti kesakitan.  Kita bisa membayangkan bagaimana rasanya saat kulit dan daging kita tersayat. Saat para anak muda ini mengalami kesakitan fisik, kita harus tahu bahwa batin orang tua mereka jauh lebih sakit.

Sejak malam hari 27 Juni lalu, para tenaga medis sungguh bekerja keras. Demi mengurangi rasa sakit para korban dan meredakan kekhawatiran para orang tua, sesungguhnya para tenaga medis telah bekerja mati-matian dengan segenap kemampuan mereka. Mereka juga mengalami kekhawatiran dan menanggung beban yang berat karena mereka harus mendengar tangisan para korban saat merawat mereka dan menghadapi anggota keluarga mereka.

Beban pikiran para tenaga medis sungguh berat.  Mereka bekerja tanpa mengenal siang dan malam secara sukarela. Selain itu, para tenaga medis dari wilayah selatan dan tengah Taiwan juga datang ke Taipei untuk membantu. Perawat dari RS Tzu Chi Hualien yang ahli menangani pasien luka bakar yang ahli menangani pasien luka bakar juga pergi ke Taipei secara sukarela.

“Saya sangat bisa memahami kesulitan yang dihadapi para tenaga medis yang bekerja di garis depan. Karena itu, kami berharap dapat membantu mereka.  Karena Dengan lebih banyak orang yang sudah terlatih, pekerjaan akan lebih cepat,” ucap Wang Duo-rong, Perawat RS Tzu Chi Hualien. Sekali lagi saya berterima kasih kepada Direktur Chang dari Hualien yang telah bermurah hati mengutus dua orang perawat seniornya untuk membantu kami,” tambah Wang Qiu-feng, kepala perawat RS Tzu Chi Taipei.

Mereka mengerahkan kemampuan mereka dan menggenggam setiap waktu untuk menyelamatkan kehidupan Ibu dari salah seorang perawat berkata, "Tenang saja, kamu pergi saja. Biar Ibu yang menjaga anakmu." Lihatlah, ini sungguh mengharukan. Begitu pula di rumah sakit lain. Kita telah melihat berita tentang banyak tenaga medis dari wilayah lain yang bersedia membantu di berbagai rumah sakit yang merawat korban ledakan di Taipei. Melihat kekuatan cinta kasih Taiwan yang segera terhimpun pada masa-masa kritis ini, saya sungguh merasa terhibur.

Tentu, saat ini yang harus bekerja paling keras adalah tenaga medis, sedangkan yang paling menderita adalah para korban yang terbaring di rumah sakit. Kini perawatan luka mereka mencakup pengangkatan jaringan kulit mati dan pemberian antibiotik. Setiap kali penggantian perban membutuhkan  empat sampai lima orang tenaga medis dan memakan waktu satu hingga dua jam. Penggantian perban ini harus dilakukan dengan sangat saksama. Ini bergantung pada besar lukanya. Semakin besar, maka waktu yang dibutuhkan semakin panjang.

Para tenaga medis terus menjaga para pasien siang dan malam. Melihatnya, kita sungguh harus mengungkapkan rasa hormat dari lubuk hati terdalam. Mereka telah menggunakan hidup mereka untuk menyelamatkan hidup orang lain. Kita juga melihat siaran berita melaporkan bahwa lebih dari 200 pasien masih berada dalam kondisi kritis. Entah apakah mereka dapat melalui masa kritis ini.

Kita juga melihat kulit yang didonorkan dari luar negeri telah tiba di Taiwan. Inilah cinta kasih umat manusia yang melampaui batas negara. Ini juga patut dipuji. Sebagai balasan atas bantuan Taiwan dalam bencana gempa 11 Maret 2011 di Jepang, dalam bencana gempa 11 Maret 2011 di Jepang, dalam bencana gempa 11 Maret 2011 di Jepang, sebuah perusahaan dari Jepang menyumbangkan  obat-obatan bagi para korban luka bakar. Kita juga berterima kasih kepada Jepang yang telah menyumbangkan obat-obatan bernilai mahal untuk membantu para korban insiden di Taiwan kali ini. Saya juga berharap penderitaan para korban dapat mereda seiring berjalannya waktu dapat mereda seiring berjalannya waktu dan luka mereka dapat semakin membaik. Inilah isi doa kita yang terpenting. Kita sungguh harus berdoa dengan tulus.

Kemarin, di Xinjiang, Tiongkok terjadi gempa berkekuatan 6,5 skala Richter yang dalam sekejap membawa kerusakan bagi sekitar 3.000 rumah. Di sana juga ada korban meninggal. Lebih dari tiga ribu rumah roboh. Ini terjadi kemarin sekitar pukul 9 pagi waktu setempat. Bencana terjadi dalam sekejap. Kita di Taiwan juga harus meningkatkan kewaspadaan karena di permukaan laut telah terbentuk tiga buah topan. Karena itu, kita di Taiwan harus lebih meningkatkan kewaspadaan dan terus memperhatikan  pergerakan ketiga topan tersebut.

Singkat kata, kita berharap topan ini dapat membawa curah hujan yang cukup, tetapi jangan sampai membawa bencana. Ini bergantung pada ketulusan setiap orang. Kita semua sungguh harus berdoa dengan tulus saat melihat anak-anak menderita.

 

Hati orang tua lebih sakit saat melihat anak-anak menderita

Berempati terhadap kekhawatiran para orang tua korban

Perusahaan Jepang menyumbangkan obat-obatan sebagai balas budi

Bersatu hati menyelamatkan orang-orang yang menderita

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 4 Juli 2015

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -