Bersatu Hati untuk Membantu Warga Filipina

Di Kompleks Tzu Chi Sanxia, tengah berlangsung proyek pembuatan rumah rakitan dan ruang kelas rakitan untuk membantu warga Filipina. Tanggal 10 Juni 2014, Master Cheng Yen berkunjung ke lokasi proyek dan bertegur sapa dengan relawan yang bekerja di sana.

Master : Apa kabar?

Relawan : Apa kabar, Master?

Master : Apakah kalian senang bekerja di sini?

Relawan : Senang.

Master : Apakah ini satu ruangan?

Relawan : Benar. Ruangan ini luasnya sekitar 26 meter persegi, terdiri atas 3 kamar tidur 

  dan 2 ruang lain. Ini juga ruang tidur. Yang ada di depan ini adalah ruang tamu. 

  Di sini ada sebuah pintu yang menuju ke kamar mandi. Ini adalah dapur.

Master : Berapa luas ruangan ini?

Relawan : Sekitar 20 meter persegi.

Master : Apakah sulit membuatnya?

Relawan : Tidak sulit. Kami membuatnya dengan penuh sukacita.

Master : Terima kasih. Kalian harus berhati-hati. Keselamatan adalah yang utama. 

  Bagaimana pun, saat memoles logam, butiran logam dapat beterbangan. 

  Mata kalian harus dilindungi dengan baik.

 

Master juga berbincang dengan Gao Ai, seorang relawan proyek yang sudah berusia lanjut.

Master : Berapa usia Anda sekarang?

Gao Ai : 82 tahun.

(Relawan lain) :Dia berkata bahwa dirinya masih muda.

Master : Saya kira Anda sudah berusia lebih dari 90 tahun.

  Tidak mengapa jika merasa diri sendiri masih muda.

Gao Ai : Terima kasih, Master karena telah memberi saya kesempatan untuk berada di sini.

Master : Baiklah. Terima kasih, semuanya.

 

Sepertinya sudah bertahun-tahun saya tidak datang kemari. Meski tidak bisa datang ke sini, tetapi saya selalu merindukan tempat ini karena saya tahu bahwa kita memiliki sebuah ladang pelatihan yang sangat luas di Sanxia. Meski ladang pelatihan ini sangat sederhana, tetapi ladang pelatihan batin semua orang yang ada di sini sangatlah agung. Oleh karena itu, meski tempat ini tampaknya sangat sederhana, tetapi ia dapat menjadi sebuah ladang pelatihan yang sangat agung. Bukankah demikian? Terlebih lagi, kita datang kemari bukan untuk meminta berkah, tetapi untuk bersumbangsih kepada sesama. Bisa bersumbangsih sungguh merupakan keberuntungan.

Jika mengingat orang-orang yang tengah menunggu bantuan kita, saya sungguh merasa kasihan kepada mereka. Mereka menderita karena terkena bencana akibat ulah manusia dan bencana alam. Rumah rakitan yang kita buat sekarang akan diberikan kepada para korban bencana Topan Haiyan yang ada di Provinsi Leyte, Filipina. Setelah Topan Haiyan melanda, insan Tzu Chi dari Taiwan segera terjun membagikan bantuan dan mencurahkan perhatian. Pada Bodhisatwa di Filipina juga segera berkontribusi dengan bersungguh hati. Kita sungguh telah membantu memulihkan daerah yang terkena dampak bencana paling parah sehingga warga dapat membangun kembali rumah mereka dan kehidupan bisa kembali normal.

Akan tetapi, ada beberapa orang yang masih tidak memiliki tempat tinggal. Kita telah membangun ruang kelas rakitan sehingga anak-anak bisa belajar. Namun, masih ada banyak orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Jadi, warga di sana membutuhkan rumah sementara. Beberapa minggu lalu, Stephen Huang bertemu dengan presiden Filipina. Presiden Filipina sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Beliau terkesan dengan Tzu Chi Taiwan yang bisa menghimpun kekuatan dalam waktu yang begitu cepat untuk membantu mereka memulihkan kondisi seluruh kota. Kota yang awalnya ingin ditinggalkan, dalam waktu yang sangat singkat dapat dipulihkan kembali.

 

Kita juga membangun ruang kelas rakitan agar anak-anak di sana bisa bersekolah. Ruang kelas rakitan ini juga merupakan hasil dari kesungguhan hati para Bodhisatwa yang ada di sini. Di samping Bodhisatwa dari Taipei, Bodhisatwa dari wilayah tengah Taiwan juga turut bersumbangsih. Ada yang meliburkan pabriknya dan ada orang yang cuti bekerja demi membantu menyelesaikan pembuatan ruang kelas rakitan.

Oleh karena itu, baik di Tacloban, Ormoc, Zamboanga, maupun Pulau Bohol, di semua tempat ini hampir seluruh ruang kelas rakitan kita sudah selesai didirikan. Hari itu, Presiden Filipina berkata kepada Stephen Huang bahwa dia sangat berterima kasih kepada Tzu Chi karena bisa membantu mereka dengan cara seperti ini. Ini karena tenda di pengungsian luasnya hanya sekitar 11 meter persegi dan biasanya dihuni oleh 4 hingga 7 orang. Begitu sempit. Sebaliknya, rumah rakitan yang kita berikan kepada mereka dapat menampung lebih dari 4 orang dan memiliki luas sekitar 26 meter persegi.

Kini, Bodhisatwa kita juga telah tiba di Filipina. Setelah menyelesaikan perakitan ruang kelas rakitan, selanjutnya mereka akan membangun rumah sementara. Kalian semua yang ada di sini sungguh memberi dukungan yang besar. Untuk menyelesaikan proyek ini, kita sungguh harus membangkitkan cinta kasih. Dengan kekuatan cinta kasih, semua orang bersatu hati. Kita telah bersumbangsih bagi warga di banyak negara. Meski agama mereka berbeda dengan kita, tetapi cinta kasih kita adalah sama. Kita harus membantu mereka dengan cinta kasih yang sama. Meski mereka berada jauh dari kita, tetapi kekuatan cinta kasih kita tidak mengenal batasan.


Melatih diri tidak hanya dilakukan di vihara dengan bersujud kepada Buddha. Buddha mungkin berkata kepada kita, “Daripada di sini menyembah-Ku, lebih baik melakukan kebajikan di dunia dan membantu orang yang menderita.” Saya yakin inilah yang diinginkan oleh Buddha. Saya sungguh berterima kasih kepada anggota Tzu Cheng dan komite yang telah bekerja secara bergiliran dan bekerja sama dengan harmonis untuk membantu proyek pembangunan rumah sementara, juga kepada para relawan komunitas. Tidak sedikit relawan komunitas yang memiliki kemampuan professional juga datang membantu kita.

Saya baru saja bertemu dengan Luo Si-qi, seorang Guru Sekolah Maritim Tainan yang ahli dalam pengelasan. Dia secara khusus datang kemari dan akan tinggal di sini selama 4 bulan untuk membantu kita menyelesaikan proyek ini.

 

Saat Master berkunjung ke lokasi proyek bersama Li Wei-song, Ketua Tzu Chi Filipina.

Relawan Sanxia : Ini adalah Kakak Luo. Dia akan berada di sini selama 4 bulan.

Master : Empat bulan?

Luo Si-qi : Hingga akhir bulan September.

Master : Pahala Anda tak terhingga.

Relawan Sanxia : Dia mengajar teknik mengelas. Dia adalah seorang guru.

Master : Terima kasih. Baik.

 

Master pada semua orang : Apa yang kalian lakukan akan sangat membantu warga di Filipina.

Li Wei-song : Saya mewakili para korban bencana di Filipina berterima kasih 

  kepada kalian.

Master pada Li Wei-song : Silakan mengucapkan terima kasih kepada semua orang. 

  Di sini ada relawan komunitas, juga anggota Tzu Cheng 

  dan komite Tzu Chi.

Li Wei-song

Saya sangat tersentuh, tidak hanya oleh para anggota Tzu Cheng, tetapi juga para komite, Bodhisatwa lansia, dan semua orang yang ada di sini. Saya mewakili para korban bencana di Filipina dan insan Tzu Chi Filipina dengan tulus mengatakan terima kasih kepada kalian semua. Terima kasih, semuanya.

 

 

Ini sungguh membuat orang kagum. Saya sungguh berterima kasih. Meski saya sudah tidak pernah datang kemari selama bertahun-tahun, tetapi saya masih sering melihat kalian di Da Ai TV. Apakah kalian pernah mendengar saya mengatakan terima kasih kepada kalian melalui tayangan Da Ai TV? Terima kasih kepada murid-murid saya yang begitu dekat di hati. Apakah kalian semua mendengarnya? Saya harap kalian semua mendengarnya. 

Semoga hati kalian bisa selalu dekat dengan saya dan kalian bisa bekerja sama dengan harmonis untuk menyelesaikan misi yang berpahala besar ini. Kalian merupakan bagian dari jalinan jodoh istimewa ini. Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua. Jika kita selalu menghimpun kekuatan cinta kasih, saya yakin tidak ada hal di dunia ini yang tidak bisa dilakukan. Yakinkah kalian? (“Yakin,” jawab para relawan)

Baiklah. Berhati-hatilah ketika kalian bekerja. Berhati-hatilah saat memindahkan barang. Saat mengelas, pastikan mata kalian terlindung. Seperti saya sekarang, saat melihat kalian, penglihatan saya agak kabur, tetapi saya dapat melihat kalian dengan sangat jelas dengan mata hati saya. Jadi, jagalah mata kalian dengan baik. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Para Bodhisatwa lansia kita sungguh luar biasa. Baiklah. Terima kasih. Saya mendoakan kalian.

Master pun meninggalkan Sanxia dan melanjutkan kunjungan ke lokasi selanjutnya, diiringi saling berucap terima kasih dengan para relawan.

 

Membantu para korban bencana di Filipina merakit rumah rakitan

Para relawan bersatu hati menyelesaikan proyek pembangunan rumah rakitan

Melindungi keselamatan diri sendiri dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan

Bersyukur atas kesatuan hati semua orang

 

Link video (teks Mandarin dan Inggris): Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Juni 2014

Sumber: DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Rita, Yuni


Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -