Bersikap Mawas Diri dan Berdoa dengan Tulus
Dalam hidup ini, kita tidak tahu bencana atau berkah yang akan datang pada detik berikutnya. Seperti yang kita rasakan akhir-akhir ini, insiden jatuhnya pesawat TransAsia Airways yang terjadi dalam waktu sekejap. Seminggu kemudian, kembali terjadi ledakan pipa gas di Kaohsiung. Semakin dipikir, ledakan pipa pas tersebut semakin menakutkan. Untungnya, ledakan itu terjadi di tengah malam. Jika ia terjadi di jam masuk atau pulang kerja, ketika jalan-jalan besar itu penuh keramaian orang dan kendaraan, kita tidak tahu bagaimana pemandangan yang terlihat hari ini. Jadi, kita harus selalu berpengertian dan bersyukur ledakan tersebut tidak terjadi di saat ramai.
Pascaledakan, saya mendengar bahwa malam itu, sebelum ledakan terjadi, ada banyak warga mencium bau gas. Karena itu, polisi, petugas pemadam kebakaran, dll pergi ke sana untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat itu, insan Tzu Chi juga mengantarkan air minum supaya para petugas bisa melepaskan dahaga karena sudah bekerja keras. Setelah tiba di lokasi, dia menyerahkan air minum yang dibawanya kepada mereka. Setelah itu, dia pun meninggalkan tempat itu. Tidak lama setelah berbalik badan dan meninggalkan tempat itu, dia mendengar suara ledakan yang sangat besar.
Lihatlah, betapa beruntungnya dia. Saya sering berkata, “Hidup dan mati bisa terjadi dalam sekejap.” Selain itu, juga ada seseorang di sana yang mengantarkan air minum. Dia adalah mantan kepala lurah. Setelah mengantarkan air, dia masih berbincang-bincang di sana. Namun, tiba-tiba terjadi ledakan dan dia pun meninggal dunia. Kami melihat anaknya yang sangat berterima kasih kepada semua orang yang sangat perhatian terhadap kondisi Kaohsiung. Kita bisa membayangkan suasana hatinya. Kita bisa memahami perasaan para keluarga korban. Kita bisa memahami perasaan para keluarga korban.
Selama berhari-hari ini, relawan Tzu Chi terus bergerak membantu, mengantarkan sarapan dan makan siang, menyediakan air minum sepanjang hari, dan mendampingi para warga di tempat penampungan dan tempat yang aman. Mereka terus mendampingi dan menghibur para warga. Saya juga sangat berterima kasih kepada anggota TIMA di wilayah Kaohsiung yang selalu berada di tempat penampungan untuk menjaga kesehatan dan kehidupan para warga. Dalam kesempatan itu, insan Tzu Chi juga memberikan perhatian dan menghibur para lansia. Saya sangat berterima kasih kepada Kepala RS Zhao dari Taipei, Kepala RS Jian dari Taichung, Kepala RS Lai dari Dalin, dan beberapa wakil kepala RS serta kepala perawat, dan lain-lain yang pergi ke Kaohsiung untuk mewakili saya berterima kasih kepada para relawan kita.
Selain membantu di posko kesehatan, mereka juga mendampingi insan Tzu Chi memberikan perhatian pada warga. Mereka mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma dan kepada para korban bencana. Saya sungguh sangat bersyukur dan tersentuh. Insan Tzu Chi selalu memberi pendampingan dari awal sampai akhir. Namun, setelah dipikir lebih saksama, kita sungguh harus bersyukur karena ledakan di Kaohsiung kali ini terjadi pada tengah malam dan hanya di jalan besar. Jalan-jalan di Kaohsiung sangat besar. Jadi, ia mengurangi kerusakan yang tercipta. Jika tidak, saya sungguh tidak berani membayangkan dampak yang ditimbulkan. Jadi, kita harus memandang bencana ini dengan hati yang penuh pengertian dan rasa syukur.
Tadi malam, kami mengadakan sebuah acara doa bersama di sebuah lapangan besar di Jhong-Jheng Industrial High School, Kaohsiung. Lebih dari 1.000 orang berkumpul bersama. Setiap orang berdoa dengan hati yang tulus. Di antaranya, ada orang yang berbagi kisahnya. Dengan hati penuh rasa syukur, dia menceritakan kepedihan dan kesedihannya. Setiap orang yang mendengarnya ikut menangis karena mereka bisa merasakan kesedihannya. Dalam kehidupan di dunia ini, kita bisa melihat ketidakkekalan yang datang dengan cepat. Semoga acara doa bersama tadi malam bisa menenangkan hati semua orang. Tadi malam, kita menggelar acara doa secara serentak di berbagai tempat yang berbeda-beda. Semoga ketulusan hati setiap orang bisa terdengar oleh Buddha. Kita berdoa semoga dunia damai dan harmonis, semoga Taiwan aman dan tenteram, semoga bencana di Kaohsiung kali ini bisa cepat berlalu, orang-orang yang terluka bisa segera sembuh, dan orang-orang yang trauma bisa segera keluar dari bayangan itu. Inilah doa yang tulus dari semua orang.
Saya juga melihat berita tentang gempa bumi yang terjadi kemarin sekitar pukul 4 sore di Yunnan, Tiongkok. Gempa bumi tersebut berkekuatan 6,5 skala Richter dan titik pusat gempanya sangat dangkal. Menurut berita, lebih dari 300 orang meninggal dan lebih dari 1.000 orang mengalami luka-luka. Dampak dari bencana tersebut sangat parah. Demikian juga dengan di Itali. Hingga kini, bencana tanah longsor di sana telah menelan beberapa korban jiwa dan masih ada beberapa orang yang belum ditemukan.
Singkat kata, kehidupan manusia tidak kekal dan bumi pun rentan. Ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Karena itu, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan. Jangan berpikir bahwa kita masih mempunyai hari ini, besok, tahun ini, dan tahun depan. Jangan berpikir terlalu jauh. Memiliki rencana memang sangat bagus. Kita harus merencanakan hidup dengan baik. Namun, dalam melakukan segala sesuatu, kita harus menggenggam setiap detik. Kita harus selalu mawas diri dan berhati tulus. Melihat begitu banyak bencana yang terjadi di dunia, Melihat begitu banyak bencana yang terjadi di dunia, kita harus menenangkan hati manusia dengan doa yang tulus. Semoga gema doa kita yang penuh ketulusan bisa terdengar oleh para Buddha dan Bodhisattva. Jadi, saya berharap setiap orang memiliki hati yang tulus.
Bencana dan berkah datang dengan cepat tanpa bisa diprediksi
Tim medis menjaga
dan mendampingi masyarakat
Bencana alam terjadi silih berganti, kehidupan manusia sangat rapuh
Setiap orang bersikap mawas diri dan berdoa bersama
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Marlina
Ditayangkan tanggal 6 Agustus 2014.