Bodhisatwa Dunia Menyebarkan Cinta Kasih

Di dunia ini, kita harus selalu waspada akan ketidakkekalan. Kemarin, begitu kecelakaan pesawat terjadi, insan Tzu Chi segera bergerak. Di Xizhi dan Neihu, insan Tzu Chi segera mendirikan pusat pelayanan serta menyediakan teh jahe dan makanan hangat bagi para anggota tim penyelamat. Ada relawan yang pergi ke bandara untuk menghibur keluarga korban, ada yang pergi ke tepi sungai untuk menghibur keluarga korban, ada pula yang pergi ke rumah sakit dan mengembangkan kekuatan cinta kasih untuk memberikan penghiburan dan pendampingan. Selain menyediakan makanan hangat dan teh jahe untuk menghangatkan tubuh orang-orang, insan Tzu Chi juga menyediakan selimut. Bagi para anggota tim penyelamat, insan Tzu Chi juga menyediakan syal.

Yang kita berikan bukan hanya materi, tetapi yang terpenting adalah ketulusan hati kita. Di tengah cuaca yang begitu dingin, pendampingan insan Tzu Chi menjadi sandaran bagi para anggota tim penyelamat. Saat hari mulai gelap, insan Tzu Chi tetap berada di lokasi kecelakaan. Mereka terus berada di sana sepanjang malam hingga pagi hari. Ini semua berkat kasih sayang yang tulus. Saat mendengar bahwa di suatu tempat terjadi bencana dan ada orang yang menderita, Bodhisatwa dunia segera muncul untuk menjangkau mereka, memberikan penghiburan, dan memberikan bantuan.

Insan Tzu Chi berkata bahwa mereka akan memberikan bantuan yang tak terbatas. Baik kebutuhan keluarga korban maupun anggota tim penyelamat, semuanya akan mereka usahakan dengan menggerakkan lebih banyak relawan untuk bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Sungguh, saya sangat bersyukur. Meski insan Tzu Chi bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan kehangatan, tetapi keluarga korban telah merasakan kesedihan dan kepedihan yang mendalam.

Hari ini, keluarga korban meninggal dunia dan keluarga korban luka-luka dari Tiongkok akan tiba di Taiwan. Insan Tzu Chi Tiongkok memberikan penghiburan kepada para keluarga korban di Xiamen. Insan Tzu Chi Taiwan juga akan memberikan pendampingan dan penghiburan setelah keluarga korban tiba di Taiwan. Sungguh, kita harus mengembangkan cinta kasih yang tulus untuk membantu mereka, menenteramkan fisik dan batin mereka, serta melindungi dan merawat mereka. Ini semua membutuhkan kekuatan cinta kasih. Inilah ketidakkekalan dalam kehidupan manusia. Jadi, kita harus tahu bahwa hidup ini tidaklah kekal.

Selain itu, ketidakselarasan unsur alam juga menimbulkan banyak bencana. Ada wilayah yang dilanda banjir, ada pula yang diterjang topan. Alam ini sungguh sangat misterius. Baik unsur tanah, air, api, maupun angin, semuanya dapat muncul dalam berbagai bentuk. Seperti yang saya ulas dalam ceramah pagi tadi, segala sesuatu di alam semesta mengandung prinsip kebenaran yang sangat dalam. Namun, saat alam tidak selaras, bencana akan terjadi dan menimbulkan banyak penderitaan bagi manusia. Jadi, ketidakselarasan unsur alam dapat menimbulkan bencana yang membawa penderitaan.

Namun, manusia selalu mengumbar keinginan. Begitu nafsu keinginan timbul, banyak bencana yang akan terjadi. Jika kita dapat membina cinta kasih untuk mengasihi semua makhluk di dunia ini, saya yakin dunia ini akan lebih harmonis dan unsur alam akan selaras. Jika antarmanusia dapat hidup harmonis, maka empat unsur alam akan selaras. Nafsu keinginan yang timbul merupakan sumber dari segala karma buruk. Umat Kristen menyebutnya dosa asal. Sesungguhnya, segala niat jahat berasal dari pola pikir manusia. Kita juga bisa melihat kekuatan cinta kasih yang tulus tanpa terpengaruh oleh jarak.

Kemarin, insan Tzu Chi dari enam negara kembali ke Griya Jing Si untuk dilantik. Tahun ini, insan Tzu Chi Malaysia yang dilantik menjadi anggota komite dan Tzu Cheng berjumlah lebih dari 600 orang. Ini karena insan Tzu Chi setempat sangat giat merekrut Bodhisatwa. Para Bodhisatwa dunia mendedikasikan diri untuk bersumbangsih bagi dunia. Saya bisa mendengar mereka berbagi pengalaman mereka.

Kali ini, akibat ketidakselarasan unsur air, delapan negara bagian di Malaysia tergenang banjir dan banyak orang terkena dampak bencana. Insan Tzu Chi dari wilayah selatan dan utara Malaysia bersatu hati dan menggabungkan kekuatan cinta kasih untuk menyalurkan bantuan bencana. Asalkan memiliki ketulusan, sumbangsih kita juga dapat menyentuh hati orang yang berbeda agama. Seorang guru agama di sana berkata bahwa Seorang guru agama berkata bahwa pada awalnya, karena merasa Tzu Chi adalah organisasi Buddhis, dia menjaga jarak dan menolak kita. Namun, melihat kasih sayang kita yang tulus dalam bersumbangsih, dia akhirnya tersentuh. Ini berkat kasih sayang yang tulus.

Insan Tzu Chi Malaysia bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Mereka benar-benar telah bersatu hati untuk menyebarkan cinta kasih ke seluruh Malaysia. Kemarin, saya menceritakan bahwa ada seorang relawan di Malaysia yang telah mengajak 98 persen dari penjual di sebuah pasar menjadi donaturnya. Hingga kini, entah sudah berapa banyak donaturnya. Dia berkata, “Di pasar itu, hanya satu orang yang belum menjadi donatur saya karena dia adalah umat Kristen.” Saya berkata, “Umat Kristen juga bisa menjadi donatur kita.” Dia berkata, “Ya, saya sering berdiri di samping lapaknya.” Dia berdiri di samping lapak penjual itu dan berusaha untuk membimbingnya.

Saya juga berpesan padanya untuk menghormati agama orang lain. Dia berkata, “Saya pasti akan menghormatinya.” Bagaimanapun juga, Malaysia adalah negara dengan berbagai agama. Karena itu, mendengar bahwa di seluruh pasar hanya satu orang yang belum menjadi donaturnya, saya merasa sangat kagum padanya. Ini semua berkat kasih sayang yang tulus. Bodhisatwa sekalian, kita semua juga bisa melakukannya asalkan kita selalu bersungguh hati.

 

Ketidakkekalan dan bencana kerap terjadi di dunia ini

Memberikan penghiburan dan menyebarkan cinta kasih secara luas

Mawas diri, tulus, dan menghormati kehidupan

Insan Tzu Chi dari wilayah selatan dan utara Malaysia bersatu hati

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 05 Februari 2015

 

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -