Ceramah Master Cheng Yen: Anggota TIMA Kembali ke Kampung Halaman Batin

Anggota TIMA dari lima benua telah kembali ke Taiwan. Anggota TIMA dari 24 negara dan wilayah ini kembali untuk bersama-sama merayakan Festival Kue Bulan. Tujuan utama mereka kembali ialah saling berinteraksi dan bertukar pengalaman.

Dalam konferensi ini, para anggota TIMA bukan hanya bisa memperluas wawasan dalam keterampilan medis, juga bisa mempelajari sistem dan teknologi medis negara lain. Yang terpenting, dengan kembali ke Hualien, mereka bisa membina jalinan kasih sayang.

Dalam konferensi selama empat hingga lima hari itu, mereka berinteraksi satu sama lain. Selain membina jalinan kasih sayang serta bertukar pengalaman dan keterampilan, mereka menginspirasi cinta kasih satu sama lain.

Ada dokter yang berkata bahwa dahulu, mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan cinta kasih. Di Tzu Chi, mereka paham bahwa cinta kasih berarti bersumbangsih dan memperoleh sukacita darinya.

Para dokter junior dan senior bisa memandang secara luas dan saling berbagi pengalaman mereka. Pada saat yang sama, mereka juga bisa mempelajari budaya humanis Tzu Chi. Ini sangat menyentuh. Para dokter dengan latar belakang agama yang berbeda-beda berkumpul bersama dalam konferensi dan saling menghormati. Semua orang bekerja sama dengan harmonis.

 

Selama beberapa hari itu, mereka keluar masuk dengan tertib. Ini juga sangat menyentuh. Tentu saja, kita harus bersyukur kepada para relawan di Taiwan yang menyiapkan segalanya dengan baik, seperti akomodasi, minuman, dan lain-lain. Setiap kali mengadakan kegiatan besar seperti ini, saya tersentuh dan bersyukur dari lubuk hati saya. Saya jarang berkata pada mereka, “Kalian sungguh luar biasa, terima kasih.” Saya tidak punya waktu untuk itu. Namun, mereka tetap melakukannya setiap hari, bulan, dan tahun. Mereka bukan hanya melakukannya untuk kegiatan relawan luar negeri, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari kita.

Semua orang dengan penuh sukacita menjalin jodoh dengan relawan luar negeri. Saat insan Tzu Chi dari berbagai negara kembali ke Taiwan, relawan di Taiwan menggenggam waktu untuk lebih mengenal mereka dan menjalin jodoh baik. Untuk itu, saya sangat bersyukur pada relawan di Taiwan. Dalam acara pembuka, saya sangat kagum melihat para peserta dari berbagai negara dan wilayah bisa naik ke atas panggung dengan begitu tertib. Ini sungguh tidak mudah. 

Saya juga sangat bersyukur kepada tim medis di Hualien. Kepala RS Lin memimpin para dokter untuk memikul tanggung jawab sebagai tim tuan rumah. Ini juga tidak mudah. Mereka juga mengajak para peserta untuk berolahraga. Ini juga sangat menyentuh.

Singkat kata, saat Kepala RS Lin menemui saya kemarin, saya mengungkapkan rasa syukur saya pada beliau. Selama beberapa hari itu, beliau bersumbangsih sebagai tuan rumah. Saat peserta konferensi tiba, Kepala RS Lin beserta timnya selalu menyambut mereka. Ini sungguh tidak mudah. Saya sungguh sangat bersyukur.


Di antara para peserta konferensi, ada seorang kepala RS dari Yordania. Saat berkunjung ke Griya Jing Si, beliau berkata bahwa lebih dari dua tahun yang lalu, seorang dokter pengungsi dari Suriah yang merupakan dokter yang sangat baik ingin meminjam RS untuk memberi pengobatan dan menjalankan operasi. Dimulai dari pasien pertama saat itu, kini pasien yang diterima di sana sudah sangat banyak. Relawan Chen Chiow-hwa berkata bahwa sejak tahun 2016 hingga kini, sudah ada lebih dari seribu pasien yang menjalani operasi di sana.

Lihatlah, sebagian anak yang menderita penyakit bawaan dan menjalani operasi di sana, kini telah berusia 4 atau 5 tahun. Kita telah menolong banyak pasien dan terus memberi pendampingan.

“Elaf, bolehkah saya melihat bagian yang dioperasi?” kata Ci Ai relawan Tzu Chi.

“Boleh atau tidak?” imbuhnya.

“Boleh”, ucap Elaf pasien.

“Bagus, tidak meninggalkan bekas operasi. Elaf, mengapa kamu menyayangi kami?” lanjut Ci Ai relawan Tzu Chi.

“Saya sangat menyayangi kalian,” lanjut Elaf.

“Kami juga sangat menyayangimu, tetapi mengapa kamu menyayangi kami?” tanya Ci Ai relawan Tzu Chi.

“Kakak saya juga menyayangi kalian,” kata Elaf.

“Mengapa kamu menyayangi mereka?” Kata relawan lain.

“Saya tidak tahu mengapa,” tutup Elaf.


Kepala RS ini melihat insan Tzu Chi mengeluarkan biaya untuk begitu banyak kasus yang diterima serta terus memperhatikan pasien. Setelah pasien meninggalkan RS, insan Tzu Chi tetap memperhatikan mereka bagai keluarga sendiri. Karena itu, beliau sangat tersentuh dan merasa penasaran terhadap Tzu Chi. Saat berbagi pengalaman hari itu, beliau membangun tekad dan ikrar.

“Saat pulang ke Yordania, saya akan membawa keyakinan saya dan apa yang saya pelajari di sini serta mulai mengadakan baksos gigi demi membawa senyuman bagi para pasien. Saya juga akan berusaha semampu saya untuk menginspirasi anggota TIMA di sana,” kata Osama Atari Kepala RS Al Bayader, Yordania.

Dia bertekad dan berikrar untuk memikul tanggung jawab atas TIMA di sana. Asalkan bersedia membangun tekad, hati kita akan sangat dekat meski terdapat perbedaan agama dan terpisah oleh jarak yang jauh. Jadi, sifat hakiki manusia ialah bajik; sifat semua manusia hampir sama, tetapi tabiat masing-masing jauh berbeda. Manusialah yang menjauhkan diri sendiri dengan sesama. Namun, kita memiliki cinta kasih yang sama sehingga hati kita kembali dekat.

Jadi, meski terpisah oleh jarak yang jauh, hati kita bisa kembali dekat karena memiliki cinta kasih yang sama.

Kasih sayang TIMA menyebar ke seluruh dunia
Berkumpul di kampung halaman batin dalam rangka Festival Kue Bulan
Insan Tzu Chi Taiwan mendukung Konferensi Tahunan TIMA
Berikrar dengan cinta kasih untuk mengemban misi di masa mendatang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 September 2019

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -