Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Keras untuk Mengatasi Segala Kesulitan
“Sejak hari pertama, kami melakukan banyak hal. Banyak orang yang bekerja dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Kami membersihkan banyak rumah, seperti rumah ini. Hampir semuanya sudah dibersihkan,” kutipan wawancara Diana Montanero, partisipan.
“Partisipan program pembersihan telah datang ke sini selama 3 hari. Hari ini adalah hari terakhir. Mereka membersihkan kamar kecil dan atap dengan baik,” kutipan wawancara Freddy Cilan, warga Santa Ana.
“Ini bukan hanya upaya pembersihan. Kedatangan semua orang membuat segalanya menjadi indah,” kutipan wawancara Antonio Montanero, warga Santa Ana.
“Kita semua yang berkumpul di stadion ini membuktikan bahwa saat kekuatan semua orang terhimpun bersama, akan terbentuk kekuatan yang luar biasa. Lagu-lagu yang kita nyanyikan memberi kita semangat dan kekuatan untuk bekerja. Saya mengalaminya dan merasakan bahwa semua itu begitu indah. Saya berharap kita bisa melanjutkannya. Bagi saya, ini sungguh luar biasa,” suara Diana Montanero, partisipan.
Saya sangat bersyukur kepada para Bodhisatwa di Ekuador. Relawan dari tujuh negara pergi ke Ekuador dan melakukan upaya pembersihan selama 9 hari. Upaya pembersihan hari pertama hanya diikuti oleh sekitar 120 orang. Pada hari ke-9, ada lebih dari 3.000 orang yang berpartisipasi. Selama sembilan hari, yang berpartisipasi berjumlah lebih dari 17.700 orang.
Berkat himpunan kekuatan banyak orang, Santa Ana dan Portoviejo yang terkena dampak bencana parah bisa dipulihkan. Seiring dilakukannya upaya pembersihan dari hari ke hari, lokasi bencana berangsur-angsur bersih kembali. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Selain itu, setiap keluarga juga memiliki kisah yang penuh kehangatan.
Bodhisatwa datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Sungguh, meski harus bekerja keras setiap hari, tetapi hati relawan kita dipenuhi oleh sukacita dalam Dharma. Para pengusaha juga bersedia berpartisipasi, ini sungguh tidak mudah. Mereka turut membersihkan lingkungan bersama partisipan program bantuan sehingga upaya pembersihan bisa berjalan lancar.
Lihatlah lumpur-lumpur itu. Lumpur-lumpur itu sangat berat dan sulit untuk dibersihkan. Mereka sungguh telah bekerja keras. Dengan cinta kasih yang tulus, insan Tzu Chi membersihkan lumpur bersama warga setempat. Insan Tzu Chi juga menjangkau warga kurang mampu, lansia, dan orang berketerbatasan fisik.
Relawan kita membentangkan tangan untuk merangkul dan menghibur orang-orang menderita yang tidak berdaya ini serta membawa secercah harapan bagi mereka. Setelah upaya pembersihan berakhir kemarin, relawan kita menggelar upacara pemandian rupang Buddha. Ini merupakan upacara pemandian rupang Buddha pertama kita tahun ini di seluruh dunia. Di mana upacara pemandian rupang Buddha ini digelar? Di dalam sebuah gereja di Santa Ana.
Upacara pemandian rupang Buddha diikuti oleh pembagian bantuan. Namun, kita mengalami kesulitan saat akan menarik uang tunai kemarin. Berhubung uang tunai bank setempat terbatas, maka kita hanya bisa menarik uang tunai sebesar 120.000 dolar AS. Karena itu, relawan kita sangat khawatir.
Relawan kita lalu meminta bantuan bupati setempat. Para relawan kita sangat khawatir. Saya lalu menyarankan mereka untuk menggunakan kupon, seperti yang kita lakukan di Filipina pascatopan Haiyan. Warga bisa pergi ke balai kota untuk menukarkan kupon itu dengan cek, baru menguangkan cek itu. Jika bisa demikian, maka pembagian bantuan bisa tetap dilakukan hari itu.
Kupon-kupon yang kita bagikan ada yang bernilai 300, 400, dan 500 dolar AS. Singkat kata, agar pembagian bantuan bisa berjalan lancar, relawan kita terus berkoordinasi dengan pihak yang bersangkutan. Karena itu, mereka tidak tidur sepanjang malam. Selain meminta bantuan bupati, relawan kita juga meminta bantuan pihak lain untuk berkomunikasi dengan pihak bank. Akhirnya, semua berjalan lancar.
Upacara pemandian rupang Buddha di gereja juga berjalan lancar. Semua hadirin sangat khidmat dan tersentuh. Untuk dana solidaritas, saya berkata bahwa jika dalam satu keluarga ada lebih dari 6 orang, maka tambahkan 100 dolar AS lagi. Jadi, relawan kita memberikan bantuan sesuai kondisi penerima bantuan. Segalanya berjalan dengan lancar.
Penyaluran bantuan di Ekuador kali ini penuh dengan rintangan, tetapi kita bisa mengatasi semua itu dan membawa manfaat bagi banyak orang. Di sana, relawan kita juga mengadakan berbagai kegiatan untuk mengubah penderitaan warga menjadi kebahagiaan. Inilah yang relawan kita lakukan. Ini akan menjadi saksi sejarah zaman sekarang dan mengukir sejarah bagi Tzu Chi dan dunia.
“Insan Tzu Chi membawa harapan untuk kalian, kalianlah yang mengembalikan harapan itu,” kutipan wawancara Ji Duo, relawan Tzu Chi AS.
“Saya tahu melakukan upaya pembersihan terasa seperti semut yang bekerja siang dan malam. Saya sangat gembira kalian bisa mengesampingkan pekerjaan dan keluarga demi kepentingan kota kita ini. Santa Ana telah memperoleh keindahannya kembali,” kutipan wawancara warga Santa Ana.
“Mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Saya sangat menyukai kebersamaan ini. Kami bersama-sama memperbaiki segalanya. Mereka selalu datang dengan gembira dan ramah serta bersedia mendengarkan kami,” kutipan wawancara Layssa Pico, partisipan.
“Kalian bisa mengambil sebuah celengan bambu dan menyumbangkan isinya untuk gereja, sekolah, atau Yayasan Tzu Chi. Apa pun pilihan kalian, mulailah dari rumah masing-masing. Inilah hadiah terbaik yang bisa Tzu Chi berikan pada kalian, meski kami telah pergi,” kutipan wawancara Ji Jue, relawan Tzu Chi AS.
Dalam acara penutup pembagian bantuan, banyak orang yang tidak rela Tzu Chi meninggalkan Ekuador. Karena itu, warga setempat bersedia mewarisi ajaran Jing Si dan memasuki mazhab Tzu Chi dengan menjadi relawan Tzu Chi. Jalinan jodoh sungguh mengagumkan. Ke mana pun insan Tzu Chi pergi, mereka selalu membawa semangat Tzu Chi dan benih cinta kasih untuk ditabur di sana.
Insan Tzu Chi dari Dominika, Ci Yu, naik ke atas panggung untuk berbagi tentang kisah celengan bambu. Insan Tzu Chi dari berbagai negara naik ke atas panggung untuk berbagi dalam kesempatan yang berbeda-beda. Relawan kita berbagi dengan orang-orang bagaimana kita membentangkan jalan dengan cinta kasih selama ini.
Insan Tzu Chi di berbagai negara memiliki arah pelatihan yang sama. Jadi, relawan kita tidak memiliki ego. Relawan kita menjangkau wilayah yang membutuhkan dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur. Waktu berlalu dengan sangat cepat.
Banyak warga Ekuador yang mengambil celengan bambu. Jadi, relawan kita telah membentangkan jalan Tzu Chi di Ekuador. Mungkin akan ada banyak warga Ekuador yang terinspirasi menjadi Bodhisatwa dunia. Inilah harapan kita. Terdapat banyak kisah di Ekuador. Kelak, saya bisa berbagi kisah-kisah ini dengan kalian.
Kita juga harus memiliki rasa hormat dan syukur terhadap relawan kita yang telah bersumbangsih di Ekuador, terlebih para relawan dari berbagai negara yang berkumpul di sana untuk menyalurkan bantuan dengan kesatuan hati. Saya juga berterima kasih kepada pemerintah setempat yang telah memberikan dukungan. Selain pemerintah kabupaten dan polisi, juga ada tentara. Kita bisa mengetahuinya lewat seragam mereka.
Sungguh, semuanya memberikan dukungan besar. Pemerintah juga menggerakkan banyak alat berat untuk membantu upaya pembersihan. Kita juga mengimbau warga setempat untuk membantu satu sama lain. Ini sungguh tidak mudah. Saya sangat bersyukur. Dalam penyaluran bantuan kali ini, semua orang turut berpartisipasi untuk menginspirasi yang lain. Melihat semuanya berjalan lancar, saya sangat tersentuh.
Bodhisatwa mengatasi berbagai rintangan untuk menolong orang-orang yang menderita
Bekerja keras untuk mengatasi segala kesulitan
Berterima kasih kepada pemerintah setempat yang memberikan dukungan besar
Pemandian rupang Buddha dan pembagian bantuan berjalan dengan lancar
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 06 Mei 2017