Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama Dengan Harmonis untuk Membawa Manfaat bagi Dunia

Pada akhir bulan Agustus, yaitu beberapa hari lalu, Filipina dilanda banjir. Insan Tzu Chi segera menyurvei kondisi bencana. Jalan di lokasi bencana sulit ditempuh. Saat menginjak jalan yang penuh lumpur, mengangkat kaki saja sangat sulit. Demikianlah jalan yang ditempuh untuk menyurvei kondisi bencana.

Relawan kita juga menjalankan program pembersihan lewat pemberian upah. Mereka juga menggerakkan berbagai peralatan besar dan kecil sebagai pengganti tenaga manusia. Untuk membersihkan lumpur, mereka harus menggunakan berbagai peralatan besar dan kecil. Apakah mereka sudah selesai menyurvei kondisi bencana? Belum, mereka akan terus melakukannya.

Saya sangat tersentuh melihat bagaimana pembersihan dilakukan. Demi menyalurkan bantuan bencana, kita mengerahkan kekuatan warga untuk melakukan pembersihan. Meski pembersihan berlangsung lambat, tetapi semua orang bersukacita dan bersyukur. Bagi warga yang rumahnya rusak total atau sebagian, kita harus segera menenteramkan fisik dan kehidupan mereka. Karena itu, kita harus mempercepat langkah kita.

Empat unsur alam sudah tidak selaras. Kita harus mendokumentasi apa yang terjadi pada tanggal, bulan, dan tahun tertentu. Pada periode tertentu, berapa banyak insan Tzu Chi yang menjangkau lokasi bencana dan siapa mereka?


Kita harus mengetahuinya dan melakukan dokumentasi. Kini, saat mengulas sejarah Tzu Chi, kita bukan sekadar mengulas sejarah, melainkan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Kita mengingatkan orang-orang bahwa pernah terjadi bencana yang menggemparkan dunia serta setiap orang hendaknya sadar dan memetik hikmah darinya. Jadi, kita mengenang sejarah agar setiap orang meningkatkan kewaspadaan. Dengan adanya dokumentasi tanggal, bulan, dan tahun yang akurat serta siapa yang berpartisipasi dengan disertai foto dan video, itu akan menjadi bagian sejarah sekaligus pendidikan hidup.

Jika kita mengulas kejadian sekarang beberapa tahun kemudian, sejarah yang tercatat mungkin akan berbeda dari kenyataan. Namun, jika kita langsung mendokumentasikannya maka sejarah ini akan menjadi sejarah terbaru sekarang dan terakurat di masa mendatang.

Mulai sekarang, berhubung apa yang terjadi hari ini akan menjadi sejarah esok hari, kita harus mendokumentasinya dengan baik. Kita bisa berbagi dengan orang-orang bagaimana Bodhisatwa dunia membangun tekad dan bersumbangsih bagi orang banyak.

Manusia bertemu karena jalinan jodoh. Tanpa dia dan kamu, saya tidak bisa berbuat banyak. Dengan adanya dia dan kamu yang tak terhingga, kita bisa bekerja sama untuk melakukan sesuatu bagi negara yang membutuhkan. Contohnya Turki.


Dua puluh tahun yang lalu, Turki diguncang gempa pada 17 Agustus. Insan Tzu Chi memberikan bantuan tanpa memandang perbedaan agama. Kita bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Kita memberikan bantuan darurat dan membangun rumah bagi mereka.

“Awalnya, kami sibuk menyalurkan bantuan dan tak punya waktu untuk membahas agama. Saat punya waktu untuk membahasnya, kami menyadari bahwa kemurahan hati, cinta kasih, welas asih, dan cinta kasih universal, semuanya dilandasi semangat yang sama. Jadi, saya berbagi dengan Relawan Hu tentang persamaan dan perbedaan antaragama yang Master ajarkan. Apa kaitannya dengan hati kita? Hati yang lapang melihat persamaan,” kata Hu Guang-zhong dan Xie Jing-gui relawan Tzu Chi.

Semua agama dilandasi oleh semangat cinta kasih yang tulus. Baik kemurahan hati, belas kasih, welas asih, maupun cinta kasih universal, semuanya merupakan cinta kasih yang tulus. Jadi, semua agama dilandasi oleh semangat cinta kasih yang sama. Perbedaan di antara mereka hanyalah nama dan isi ajarannya.

Dengan membangun tekad agung, kita bisa merangkul seluruh alam semesta. Semua makhluk di dunia ini adalah setara. Hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Dengan hati yang lapang, kita melihat persamaan; dengan hati yang sempit, kita melihat perbedaan.


Relawan Hu sudah 20 tahun bergabung dengan Tzu Chi dan bersumbangsih bagi orang yang menderita. Janganlah kita melupakan tahun itu. Dua puluh tahun yang lalu, ada sekelompok orang yang bersumbangsih di Turki. Dengan hati yang lapang, mereka merangkul orang yang menderita dan bekerja sama dengan harmonis. Mereka memiliki kesatuan hati dan tekad.

Selama ini, relawan kita tetap bekerja sama dengan cinta kasih universal tanpa pamrih. Setiap orang berpegang pada keyakinan masing-masing dan mengasihi orang-orang dengan cinta kasih universal. Semua orang bersumbangsih dengan cinta kasih, baik namanya kemurahan hati maupun belas kasih. Jadi, jangan melupakan tahun itu, orang-orang itu, dan tekad yang kita bangkitkan saat itu. Ini merupakan sejarah 20 tahun lalu.

Kini, kita menghimpun cinta kasih dari seluruh dunia untuk menolong orang-orang yang menderita di sana, baik para pengungsi maupun orang-orang yang kekurangan. Kita menolong orang-orang yang hidup menderita dan kesulitan. Saya berharap setiap orang dapat memahami hal ini.

Kita harus menggenggam waktu karena waktu terus berlalu. Membabarkan Sutra sangatlah penting. Namun, kini kita juga harus mendengar Sutra zaman sekarang. Sutra zaman sekarang berisi kisah orang-orang yang bersumbangsih sebagai Bodhisattva dunia dan menginspirasi orang lain. Ini juga sangat penting.

Saya menghabiskan banyak waktu untuk mengulas kisah demi kisah agar setiap orang dapat memahaminya.

Bencana banjir membawa dampak bencana serius
Menenteramkan fisik dan batin dengan program bantuan lewat pemberian upah
Semua agama dilandasi oleh semangat cinta kasih yang sama
Bekerja sama dengan harmonis untuk membawa manfaat bagi dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 9 September 2019
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -