Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama dengan Harmonis untuk Mendukung Pencapaian
Kita bisa melihat tanah longsor di Jalan Raya Suhua. Selama dua hingga tiga hari ini, tidak mudah untuk memperbaiki jalan itu. Setiap kali melalui suatu jalan, kita harus bersyukur kepada petugas yang telah bersusah payah membuka jalan. Selain harus mengerahkan tenaga, mereka juga harus menerjang bahaya. Biasanya, berkat kerja keras banyak petugas, kita bisa melalui setiap jalan dengan lancar. Begitu terjadi tanah longsor, mereka harus segera memperbaiki jalan.
Sungguh, bumi telah terluka akibat tindakan manusia. Namun, manusia masih tidak menyadarinya dan tetap bertindak sesuka hati. Berhubung bumi terus terluka, maka saat turun hujan deras, mudah terjadi bencana seperti tanah longsor. Ini karena manusia terus menguras sumber daya alam dan mengikuti nafsu keinginan.
Banyak orang
yang mengejar kenikmatan sesaat tanpa memikirkan konsekuensi dari perbuatan
mereka. Kita sungguh harus senantiasa membina hati penuh rasa syukur. Kita bisa
melihat beberapa hari ini, beberapa wilayah di Asia Selatan dilanda banjir.
Di Sri Lanka yang saya ulas kemarin, banjir masih belum surut. Selain itu, terjangan siklon di Bangladesh juga mendatangkan angin kencang dan hujan deras. Akibatnya, lebih dari 20.000 unit rumah di kamp pengungsi yang berada di Myanmar juga mengalami kerusakan. Para pengungsi sudah sangat menderita. Kini, kondisi iklim yang tidak bersahabat ini membuat penderitaan mereka semakin tak terkira.
Wilayah yang dilanda penderitaan sangat banyak. Bagaimana kita bisa menjangkau begitu banyak wilayah yang dilanda penderitaan? Saya sungguh prihatin. Namun, kita bisa melihat di beberapa wilayah, relawan kita mengubah penderitaan menjadi kehangatan. Di Afrika Selatan, para relawan lokal terus mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih. Mereka sangat bersungguh hati menyebarkan prinsip kebenaran ajaran Buddha ke berbagai desa. Mereka berkunjung dari desa ke desa untuk mengadakan upacara pemandian rupang Buddha serta menyosialisasikan rasa bakti dan cinta kasih.
Bagi warga yang
tidak bisa keluar rumah, relawan kita mengadakan upacara di samping ranjang
mereka dan menggandeng tangan mereka untuk menyentuh air agar mereka juga
mendapat berkah dan rasa sukacita. Ada seorang kakek yang sangat lemah. Meski
demikian, relawan kita bisa membimbingnya dengan lembut sehingga dia bisa
menyerap Dharma ke dalam hati. Para relawan di sana sungguh perhatian.
Kita juga melihat Venezuela yang saya ulas dalam pertemuan pagi relawan beberapa hari lalu. Tzu Chi bisa berkembang di sana berkat satu relawan, Relawan Wu. Semangatnya sungguh mengagumkan. Dia bisa sepenuh hati mendedikasikan diri karena mendapat dukungan dari suaminya, Bapak Liu. Mereka bersatu hati dan bekerja sama untuk menerapkan semangat Tzu Chi di Venezuela. Di sana terjadi kerusuhan dan inflasi yang mengakibatkan masyarakat tidak bisa hidup tenteram dan sering terjadi penjarahan. Namun, Wu Ran-yun memiliki keteguhan, kesabaran, dan cinta kasih.
Wu Ran-yun berbisnis dengan cara yang berbeda dengan orang lain. Saat orang lain menaikkan harga barang sesuai inflasi, dia tetap menjual barang dagangannya dengan harga semula. Karena itu, warga setempat sangat memercayai dan menghormatinya. Polisi setempat bahkan berinisiatif untuk melindunginya. Dia menginspirasi orang-orang dengan kebajikannya, ini sungguh mengagumkan. Saat akan membagikan barang bantuan kepada orang-orang kurang mampu yang menerima bantuan jangka panjang, dia harus kembali melakukan survei. Dengan mengetahui kondisi suatu keluarga membaik atau memburuk, dia baru bisa menentukan akan menambah atau mengurangi barang bantuan.
Wu Ran-yun
selalu mencari tahu secara mendetail. Setiap kali akan membagikan bantuan, dia
pasti akan melakukan survei. Dia tidak sendirian saat melakukan survei, ada
polisi yang mendampinginya. Baik polisi pria maupun wanita, semua
mendampinginya dengan senang hati. Secara tidak langsung, dia telah
menginspirasi banyak orang yang penuh cinta kasih untuk berpartisipasi. Di sana
juga ada anak-anak kurang mampu. Agar anak-anak kurang mampu dapat bersekolah
dengan tenang, dia juga memberikan bantuan pada mereka. Dia memberikan bantuan
secara mandiri dengan mengandalkan hasil penjualan barang daur ulang.
Bantuan dari luar sama sekali tidak bisa masuk ke Venezuela. Kita tidak bisa membantunya, baik berupa dana maupun barang bantuan. Karena kerusuhan yang terjadi di sana, kita tidak bisa memberikan bantuan apa pun. Dia tetap bersiteguh memberikan bantuan meski dana yang dimiliki sangat sedikit. Bayangkanlah, berapa banyak uang yang bisa diperoleh dari barang daur ulang?
Singkat kata, tidak mudah untuk berbuat baik dengan sumber daya yang terbatas. Dia sungguh sangat bekerja keras. Meski demikian, dia telah mengemban misi dengan baik selama bertahun-tahun tanpa kerisauan, penyesalan, dan keluh kesah. Karena itulah, saya berkata bahwa Wu Ran-yun dan keluarganya sangat mengagumkan. Keteguhan tekadnya sungguh mengagumkan dan pantas dipuji. Kita yang berada di Taiwan harus meneladaninya. Bagaimana cara membuka pintu hati, membangkitkan cinta kasih, dan memperluas wawasan warga Taiwan agar bisa melihat penderitaan di seluruh dunia dan bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan? Untuk itu, kita mengadakan konser amal dan doa bersama di Taichung.
Di wilayah tengah Taiwan, generasi kedua dan ketiga relawan kita turut berpartisipasi. Saya sungguh sangat tersentuh. Hal yang menyentuh sangatlah banyak. Mari kita doakan kesuksesan acara ini dengan hati yang tulus. Saya juga berharap relawan setempat dapat mengerahkan segenap hati dan tenaga. Yang terpenting adalah kerja sama yang harmonis. Bisa bekerja sama dengan harmonis adalah sikap yang sangat mengagumkan.
Menerjang bahaya untuk memulihkan akses jalan yang terputus
Giat menyebarkan ajaran Buddha
Mengatasi berbagai rintangan untuk berbuat baik dengan tekad yang tak
tergoyahkan
Bekerja
sama dengan harmonis untuk mendukung pencapaian
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 2 Juni 2017
Editor: Metta Wulandari