Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama dengan Satu Hati dan Harmonis untuk Menyebarkan Riak Cinta Kasih
Saya sangat bersyukur karena kita dapat hidup tenteram dan dipenuhi sukacita dalam Dharma setiap hari. Selama beberapa puluh tahun terakhir, insan Tzu Chi telah bersumbangsih tanpa kenal lelah bagi semua makhluk di dunia. Saya sangat bersyukur kepada semua insan Tzu Chi.
Bodhisatwa sekalian, kalian selalu mendampingi saya dan mengerahkan kekuatan untuk bersumbangsih. Selain diri sendiri yang bertekad, kalian juga harus menyebarluaskan semangat Bodhisatwa Tzu Chi.
Para Bodhisatwa di berbagai tempat tidak pernah berhenti menjalankan Tzu Chi, menyucikan hati manusia, dan mewujudkan masyarakat yang harmonis. Saya telah mendengar kisah-kisah yang sangat menghangatkan hati dari berbagai tempat. Dunia ini benar-benar memiliki banyak Bodhisatwa. Kita hendaknya dapat menyucikan hati sendiri.
Ada berbagai jenis penderitaan di dunia ini. Para insan Tzu Chi mengulurkan tangan untuk bersumbangsih. Mereka membimbing dan merangkul semua orang. Sebagaimana dikatakan dalam Sutra Teratai bab Pintu Universal, di mana pun ada makhluk yang memohon pertolongan, Bodhisatwa Avalokitesvara akan hadir di sana.
Ketika diberi tahu tentang adanya keluarga yang membutuhkan bantuan, para relawan akan segera menjangkau mereka untuk memberikan pertolongan. Setiap kali alat bantu diperlukan, tak peduli seberapa berat alatnya, anggota Tzu Cheng akan dengan senang hati mengantarkannya kepada orang yang membutuhkan. Insan Tzu Chi menjawab kebutuhan orang-orang tanpa keluh kesah ataupun penyesalan. Bayangkan, bukankah mereka adalah Bodhisatwa dunia? Jika bukan, sebutan apa lagi yang pantas untuk mereka?
Saya mengungkapkan rasa terima kasih kepada kalian. Setiap orang dari kalian juga hendaknya mewakili saya untuk berterima kasih satu sama lain. Kalian semua telah bekerja sama dengan kesatuan hati dan keharmonisan. Dengan banyaknya orang yang menyatukan hati dan saling mengasihi, bukankah kalian telah mewujudkan Tanah Suci yang dipenuhi Bodhisatwa di dunia ini?
Buddha datang ke dunia ini untuk mengajarkan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa sekalian, di Tzu Chi kalian membangun tekad dan ikrar untuk bersumbangsih bersama sebagai Bodhisatwa dunia sehingga kalian dipenuhi sukacita dalam Dharma. Inilah yang disebut keharmonisan. Keharmonisan akan menciptakan energi baik yang membuat kalian merasa sangat tenang dan sukacita setiap hari.
Para Bodhisatwa di tim alat bantu benar-benar sangat mengagumkan dan cinta kasih kalian sungguh murni tanpa noda. Saya selalu berbicara tentang cinta kasih. Saat datang ke hadapan saya insan Tzu Chi sering mengatakan, "Master, kami mengasihi Anda." Saya selalu menjawab, "Kasihilah orang yang saya kasihi."
Kita hendaknya saling mengasihi. Saya berharap kalian dapat mewakili saya untuk mengasihi banyak orang. Dengan saling mengasihi dan saling membimbing, kalian telah menjadi Bodhisatwa dunia. Demikianlah cinta kasih agung yang diakumulasi sedikit demi sedikit.
Meski hanya dimulai dengan skala atau tindakan kecil, cinta kasih dapat tersebar jauh dan meluas bagaikan riak air. Jika kita menjatuhkan batu atau benda keras ke dalam kolam air yang tenang, riak air akan terus meluas. Begitu pula dengan cinta kasih. Sekecil apa pun cinta kasih yang diberikan, riak cinta kasih akan terus tersebar. Demikianlah cinta kasih.
Sebaliknya, pikiran yang dipenuhi ketamakan dapat berdampak pada satu individu, satu keluarga, satu desa, satu komunitas, bahkan masyarakat. Ini bahkan dapat mengakibatkan terjadinya pertikaian antarnegara dan perebutan wilayah. Ketika satu pihak mengeklaim suatu negara dan negara tersebut menolak untuk tunduk, konflik bersenjata pun terjadi. Ini semua bersumber dari pikiran manusia.
Buddha mengajarkan kepada kita untuk mengenal rasa puas dan bersyukur. Kita harus tahu bahwa sebutir nasi tidak datang dengan mudah. Untuk menghasilkan beras, dibutuhkan lahan, air, tenaga manusia untuk menggarap lahan, dan waktu. Mesin juga dibutuhkan untuk memanen. Setelah dipisahkan dari tangkainya, bulir-bulir padi masih harus dikupas kulitnya dan kemudian digiling menjadi beras putih. Selain dari semua proses tersebut, beras masih harus dimasak dengan penanak nasi agar bisa menghasilkan semangkuk nasi.
Bodhisatwa sekalian, saya menggunakan contoh ini untuk mengingatkan kalian bahwa pemenuh kebutuhan sehari-hari tidak datang dengan mudah. Karena itu, kita harus selalu bersyukur setiap kali menggunakan sesuatu. Kita benar-benar dipenuhi berkah. Berkah ini harus diciptakan kembali agar dapat menyebar bagai riak air yang membawa ketenteraman dan kedamaian bagi dunia.
Bersumbangsih tanpa kenal lelah demi semua makhluk
Mengikuti langkah guru untuk menyebarluaskan kebajikan
Bekerja sama dengan satu hati dan harmonis untuk menyebarkan riak cinta kasih
Tahu berpuas diri, selalu bersyukur, dan bersumbangsih tanpa keluh kesah
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 Januari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 12 Januari 2024