Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama Membentangkan Jalan dan Menciptakan Berkah
Insan Tzu Chi dari 9 negara berkumpul bersama. Meski berasal dari negara yang berbeda, kalian bisa berkumpul di satu tempat dengan kesatuan tekad dan hati untuk menjalankan misi yang sama. Jika ini bukan berkat jalinan jodoh, bagaimana kita bisa menjelaskannya? Jalinan jodoh tidak terbayangkan. Ini sungguh merupakan jalinan jodoh besar.
Namun, kita perlu tahu bahwa lokasi pelatihan kali ini yang tidak ada debu setitik pun merupakan hasil kerja keras tim tuan rumah. Mereka berharap setiap relawan luar negeri yang kembali ke Taiwan untuk melatih diri dapat mempelajari, memahami, dan mendengar Dharma secara langsung. Siapa pun relawan yang berbagi pengalaman dan dari negara mana pun mereka berasal, kita bisa menyaksikan bagaimana mereka memperbaiki kehidupan mereka.
Para relawan kita memiliki latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan pola pikir yang berbeda-beda. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, mereka memperbaiki kehidupan mereka dan sekeluarga bisa bersatu hati. Kita juga melihat relawan berusia 80-an tahun yang masih menjalankan misi amal dan pelestarian lingkungan.
“Nenek ini sudah berusia 82 tahun. Beliau masih mengikuti ceramah pagi Master,” terang Xu Rong-zhu, Relawan Tzu Chi.
“Saya datang mengikuti pelatihan fungsionaris 4 in 1 tahun lalu. Setelah pulang, saya mulai mengikuti ceramah pagi Master dan telah melakukannya selama setahun. Saya telah membuat catatan sampai 3 buku. Saya terus berlatih menulis seperti duduk di bangku TK. Saya sangat gembira bisa mempelajari Dharma,” tutur Zheng Jin, Relawan Tzu Chi.
“Nama saya Chen Kuo-shui. Saya baru berusia 32 tahun. Setelah mengikuti ceramah pagi Master lebih kurang setahun, saya belajar bersyukur, berlapang hati, dan mengasihi,” ujar Chen Kuo-shui Relawan.
Berhubung saya mengimbau orang-orang untuk menyimpan 50 tahun di dalam “bank usia”, maka dia berkata, “Saya baru berusia 32 tahun.” Sesungguhnya, dia telah berusia 82 tahun. Perbedaan antara 80 dan 30 tahun tidaklah jauh karena jiwa kebijaksanaan bertahan selamanya.
Saat masuk, saya melihat seorang anak kecil, Bo-qian. Tekadnya sama dengan kita. Dia bisa berbagi tentang Empat Misi Tzu Chi dengan lancar serta membangun tekad dan ikrar. Demi korban bencana di Afrika, dia juga berbagi di berbagai acara untuk menggalang cinta kasih. Meski hanya anak berusia 5 atau 6 tahun, tetapi kebijaksanaannya sama dengan kebijaksanaan yang kita kembangkan sekarang.
Di antara anggota TIMA Taipei, ada seorang dokter yang tahun ini telah berusia 103 tahun dan masih mendedikasikan diri sebagai dokter. Jadi, cinta kasih terdapat pada anak kecil hingga lansia, tidak terbatas oleh usia. Berapa pun usia kita, kita harus menggenggam waktu. Kita bisa mengajak seluruh anggota keluarga kita untuk terjun ke komunitas. Jika semua orang dalam komunitas kita dapat memiliki tujuan yang sama, maka komunitas kita akan semakin harmonis. Tahun ini, saya juga menunjukkan arah tujuan pada kalian. Apakah kalian tahu?
Bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan; harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama.
Benar, kita harus bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan. Saat bertemu dengan orang lain, kita hendaknya bersyukur pada mereka. Ini tidak asing bagi kita. Kita juga harus menghormati. Menghormati sedikit lebih sulit daripada bersyukur. Saya sering mendengar relawan berkata, “Mendengar tentang Tzu Chi, saya dipenuhi sukacita. Saya sangat berharap dengan menjadi relawan Tzu Chi, saya bisa merasa damai dan tenang. Namun, begitu bergabung, saya mengalami banyak kesulitan.”
“Saat menjalankan Tzu Chi di negara kami, kami juga mengalami rintangan. Semua orang pernah mengalaminya. Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang apa yang relawan lain lakukan. Dengan begitu, setelah pulang, kita akan lebih bekerja keras. Kita juga bisa memahami mengapa relawan lain bergabung dengan Tzu Chi,” kata Liu Yi-yun, Relawan Tzu Chi.
Insan Tzu Chi dan orang yang baik hati merupakan Bodhisatwa dunia. Kalian menjalankan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan saling berbagi pengalaman. Kita mendengar pengalaman orang lain dan berbagi pengalaman kita. Jadi, kita menapaki jalan yang sama. Dengan membentangkan jalan yang rata, semua orang bisa menapakinya bersama.
Sebuah jalan kecil bisa berkembang menjadi Jalan Bodhisatwa yang lapang. Membuka dan membentangkan jalan sering saya ulas belakangan ini. Saya perlu menjelaskannya lagi. Lima puluh tiga tahun yang lalu, saya telah membentangkan jalan dengan Sutra Bunga Teratai. Sutra menunjukkan jalan dan jalan harus dipraktikkan.
Saya telah membentangkan jalan dengan Sutra. Dahulu, saat beberapa ibu rumah tangga ingin berguru pada saya, saya mengajukan satu syarat. Saya berkata, “Jika ingin berguru pada saya, kalian harus melakukan hal yang ingin saya lakukan.” Tiga ibu rumah tangga itu berkata, “Apa pun yang Master katakan, kami akan melakukannya. Apa yang harus kami lakukan?” Saya meminta mereka untuk menyisihkan 50 sen setiap hari. Demikianlah bermulanya semangat celengan bambu.
Tzu Chi telah berdiri selama 53 tahun. Semangat celengan bambu ini terus disebarkan. Semangat ini diteruskan dari orang ke orang. Bukan hanya saya yang melakukannya. Orang yang mendengar tentang semangat celengan bambu juga berbagi dengan orang lain sehingga semakin tersebar luas. Kini saya memiliki banyak murid dari negara yang berbeda-beda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Inilah yang saya katakan tadi, berkat jalinan jodoh.
Dengan menjalin jodoh baik dan menggarap ladang berkah, diri sendiri akan memperoleh manfaat. Kita harus percaya akan hal ini. Kehidupan manusia merupakan akumulasi waktu. Jika tidak menggenggam setiap detik untuk berbuat baik, kita tidak akan memiliki kehidupan yang begitu bermakna.
Beberapa hari yang lalu, saya juga berkata bahwa sejak saya mendirikan Tzu Chi hingga kini, tekad saya tidak pernah goyah sedetik pun. Dalam kehidupan saya, tekad saya tidak pernah goyah dan selalu berusaha mewujudkannya. Semuanya bisa tercapai berkat akumulasi waktu. Saya ingin berkata pada kalian bahwa sebagai murid saya yang menjalankan Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa, kalian harus menggenggam waktu. Waktu tidak akan menunggu kita.
Kita harus membangun tekad dan ikrar untuk menambah jumlah Bodhisatwa hingga berkali-kali lipat. Kita harus percaya bahwa setiap orang memiliki ladang batin. Jika kita terus menabur benih berkahdi dalam ladang batin kita, maka di kehidupan mendatang kita akan memiliki jalinan jodoh baik dan bisa menyelamatkan semua makhluk.
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 17 Juni 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Juni
2019