Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama Menjalankan Praktik Bodhisatwa

Terjangan Topan Morakot pada tahun 2009 sudah berlalu 10 tahun. Pada malam tanggal 7 Agustus, turun hujan deras yang menimbulkan bencana. Sejak tanggal 8 Agustus, insan Tzu Chi sudah bergerak. Dengan kesatuan hati, insan Tzu Chi menuju wilayah selatan Taiwan. Dari jalan tol wilayah utara dan tengah Taiwan, truk-truk yang mengangkut alat berat membentuk barisan panjang bergerak menuju wilayah selatan Taiwan.

Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi selalu segera bergerak dan bekerja sama dengan harmonis. Relawan yang tidak pernah memegang sekop juga turut membersihkan lumpur dengan sekop yang sangat berat. Saat sudah tidak bertenaga, mereka baru menyerahkannya pada relawan lain. Inilah kontribusi Tzu Chi bagi masyarakat. Saat satu mata memandang, ribuan mata ikut memandang.

Dengan kecanggihan teknologi, para insan Tzu Chi dapat segera melihat apa yang terjadi di seluruh dunia dan semuanya akan bergerak untuk membantu dengan menghimpun kekuatan besar. Demikianlah insan Tzu Chi.

 

Insan Tzu Chi selalu sangat harmonis dan bersatu hati. Dalam tahap bantuan lanjutan, para Bodhisatwa di Kaohsiung dan Pingtung-lah yang dalam jangka panjang memberikan pendampingan dan bantuan dari rumah ke rumah. Ini dilakukan dalam jangka panjang. Insan Tzu Chi selalu melapangkan hati dan memperhatikan sesama dengan gembira. Inilah yang disebut Bodhisatwa. Bodhisatwa memperhatikan dunia ini.

Saya sangat bersyukur pada mereka. Kita juga melihat insan Tzu Chi merangkul anak-anak. Anggota Asosiasi Guru Tzu Chi segera memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang terkena dampak bencana sehingga para orang tua dapat memulihkan sendi kehidupan dengan tenang. Membuat anak-anak tidak takut dan membuat orang dewasa tenang, ini merupakan potensi kebajikan yang sangat besar.

Saya sangat tersentuh. Saya yang memutuskan apa yang akan Tzu Chi lakukan, tetapi yang menjalankannya ialah Bodhisatwa sekalian. Kalian telah meninggalkan jejak di tempat yang pernah kalian jangkau dan menyimpan kenangan di dalam hati. Asalkan kalian mengenangnya kembali, kenangan-kenangan itu akan terbayang jelas dalam benak kalian. Meski kalian tidak mengenangnya, kenangan-kenangan itu akan tetap tersimpan dalam kesadaran kedelapan kalian.

Kita telah menabur benih kebajikan untuk menciptakan berkah bagi dunia di bagian terdalam jiwa kita. Saya terus mengingatkan insan Tzu Chi untuk tidak melupakan perjalanan yang telah kita lalui. Janganlah kita melupakan tahun itu, orang yang ada saat itu, dan tekad yang dibangkitkan saat itu.

 

Kita membangkitkan sebersit niat untuk bersumbangsih bagi dunia meski menghadapi berbagai kesulitan. Lihatlah, pascatopan, kalian melintasi jalan yang penuh dengan batu dan kayu, mencari cara melewati jalan yang tidak bisa dilewati, dan melintasi pegunungan. Bayangkanlah, ini membutuhkan kerja keras.

Setelah membangkitkan sebersit niat, kita berusaha menjangkau lokasi bencana untuk memberikan bantuan. Kita bukan pergi untuk berwisata. Kita harus mengembangkan welas asih sekaligus kebijaksanaan. Berhubung dapat turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain, kita tidak tega melihat orang-orang menderita. Untuk melenyapkan penderitaan semua makhluk, kita harus melatih kesabaran agung. Dengan kesabaran agung, kita baru bisa memikul tanggung jawab.

Dalam Sutra Bunga Teratai dikatakan, untuk meneladani hati Buddha, kita harus melatih kelembutan dan kesabaran serta mendengar dan membabarkan Dharma. Setelah bersumbangsih, kita tidak melekat. Namun, kita hendaknya mengenangnya dan menggunakan pengalaman kita untuk membimbing orang di belakang kita menapaki jalan yang aman. Kita membimbing seorang demi seorang.

Dalam perjalanan kita, setiap langkah merupakan sejarah. Sebanyak apa pun relawan yang bergerak, ketertiban kita selalu terjaga. Inilah keindahan Tzu Chi. Perpaduan hati yang tulus dan perbuatan yang bajik membentuk organisasi terindah. Insan Tzu Chi selalu sangat tulus.

 

Kini kalian masih memberi pendampingan di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Shanlin. Kalian selalu membawa cinta kasih ke sana dengan rendah hati. Saat ada yang mengizinkan kalian untuk masuk ke rumah mereka dan berbagi pengalaman dengan mereka, kalian juga bersyukur pada mereka. Kita bersyukur dengan tulus.

Saya juga bersyukur bisa melihat apa yang terjadi di seluruh dunia meski tidak pergi ke luar negeri. Saya sering berkata bahwa dunia saya hanya sebesar meja ini. Berhubung saya sering bekerja di depan meja sepanjang hari, maka itulah dunia saya. Meski demikian, dunia saya dan seluruh dunia merupakan satu kesatuan.

Tanpa pergi ke mana-mana, saya bisa mengetahui hal-hal yang terjadi di seluruh dunia. Meski ada banyak bahasa yang tidak saya pahami dan membutuhkan penerjemahan, tetapi saya bisa mendengar pendapat orang di negara yang berbeda-beda tentang Tzu Chi dan insan Tzu Chi. Untuk itu, saya sangat bersyukur.

Saya bersyukur kita bisa mempertahankan tekad awal kita. Dari dunia saya yang kecil, saya bisa melihat dunia yang luas dan mendengar tentang para Bodhisatwa yang bersumbangsih di tengah masyarakat. Sungguh, kita bisa melihat Bodhisatwa dunia.

Seluruh insan Tzu Chi bersatu hati
Bersiteguh memikul tanggung jawab dan mencurahkan perhatian
Bersumbangsih secara nyata dan meninggalkan jejak langkah
Mengembangkan kemurnian, keindahan, dan kebajikan ke dalam hati

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Agustus 2019

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -