Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama untuk Membabarkan Ajaran Kebenaran
Lihatlah kelompok Buddhis di Taiwan yang begitu kompak. Mereka bekerja sama dengan harmonis untuk mengadakan Festival Hari Waisak 2017 demi menyebarkan ajaran Buddha ke masyarakat. Saya sangat kagum sekaligus tersentuh. Selama enam hari itu, kegiatan festival itu diisi dengan acara konferensi, kegiatan membersihkan pantai, dan berbagai kegiatan lainnya. Mereka juga memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menyebarkan semangat Buddhisme.
”Ajaran Buddha sangat baik, tetapi orang yang mengetahuinya sangat sedikit. Kami berharap lewat festival ini, orang-orang bisa menunjukkan rasa syukur kepada Buddha dan para anak muda dapat lebih mengenal dan memahami semangat Buddha. Kita juga ingin membantu anak muda agar dapat menjalani hidup dengan benar,” kata Jing Yao, seorang bhiksu.
Ajaran Buddha menunjukkan jalan kebenaran kepada kita. Selain itu, kita harus sungguh-sungguh mempraktikkan ajaran Buddha. Di masa sekarang ini, dunia dipenuhi oleh Lima Kekeruhan. Untuk menyebarkan ajaran Buddha ke dunia, kita harus mendekatkan diri dengan orang-orang. Kita harus terjun ke tengah masyarakat dan berbagi Dharma sesuai dengan kemampuan dan kebijaksanaan masing-masing pendengar.
Kita harus membabarkan Dharma sesuai dengan kemampuan dan tingkat pemahaman pendengar. Saya sungguh berharap ajaran Buddha dapat semakin tersebar luas agar lebih banyak orang berkesempatan untuk mengenal ajaran Buddha. Di Balai Peringatan Chiang Kai-shek, kita juga dapat melihat kebenaran, kebajikan, dan keindahan ajaran Buddha. Dengan ketulusan, kita berusaha untuk menginspirasi semua makhluk.
Lihatlah relawan Tzu Chi berusaha untuk menggantung lukisan Yang Maha Sadar di Alam Semesta di tengah pintu Balai Peringatan Chiang Kai-shek. Itu sungguh tidak mudah karena lukisan itu sangat berat. Mereka mencobanya berulang kali di sana. Untuk perlahan-lahan menaikkan lukisan itu, dibutuhkan kekompakan dan tenaga yang seimbang. Untuk melakukannya, para anggota Tzu Cheng sangat berfokus. Tenaga mereka juga harus sangat seimbang. Inilah yang mereka lakukan setiap tahun.
Dengan menjaga kerapian barisan di lapangan, mereka menempel tanda di lantai. Lapangan itu mampu menampung lebih dari 10.000 orang. Para relawan Tzu Chi menempel tanda di setiap posisi. Demi menampilkan barisan yang rapi, mereka juga terus menjalani latihan.
Saya lebih tersentuh dan bersyukur oleh para sesepuh dan bhiksu/bhiksuni. Lebih dari 100 orang bhiksu/bhiksuni menjalani latihan selama satu hingga dua bulan ini. Setiap langkah kaki dan gerakan tangan mereka sangat kompak. Mereka menjalani latihan untuk mengetahui kapan harus melangkahkan kaki kiri dan kapan harus melangkahkan kaki kanan mereka. Pada lirik lagu yang mana mereka harus membuat gerakan tangan. Mereka melakukan setiap gerakan dengan kompak dan rapi.
”Pada saat memukul lonceng, saya teringat pada kebaktian pagi dan malam di vihara kami. Pemukulan lonceng vihara di pagi dan malam hari diiringi oleh sebuah syair berbunyi, “Semoga suara lonceng melampaui seluruh alam Dharma; semoga suara lonceng ini terdengar hingga alam neraka; dan yang mendengarnya tersucikan dari debu dan merealisasi kebijaksanaan sempurna; semoga semua makhluk mencapai pencerahan tertinggi.” Dalam berbagai kegiatan, Tzu Chi selalu mempraktikkan Catur-samgraha-vastu untuk membawa manfaat bagi semua makhluk, baru membimbing semua makhluk mencapai pencerahan,” kata Xing Yi, seorang Bhiksu.
”Suara lonceng membuat saya sangat tersentuh. Ia membuat saya teringat pada guru saya. Pada saat guru kami memberikan ceramah, beliau terus mengingatkan kami untuk senantiasa semangat dan sadar. Jadi, pada saat memukul lonceng, saya merasa guru saya berkata kepada saya untuk segera tersadarkan dari kekeruhan batin. Selain itu, saya juga berharap lewat pemukulan lonceng ini, saya dapat menyadarkan semua makhluk di enam alam agar mereka dapat meninggalkan lingkaran kelahiran kembali seperti Buddha,” kata Bhiksuni Zhen Xiang.
Saya sangat berterima kasih kepada sesepuh dan bhiksu/bhiksuni yang melepaskan status diri mereka demi menginspirasi sesama. Inilah teladan nyata. Bahkan para bhiksu/bhiksuni saja dapat melakukannya, sebagai umat Buddha, bagaimana boleh kita tidak bekerja sama dengan harmonis? Melihat dedikasi mereka, saya sangat tersentuh. Saya sungguh ingin memberi hormat kepada sekelompok bhiksu/bhiksuni ini.
”Ini adalah tahun ke-7 saya berpartisipasi dalam upacara pemandian rupang Buddha Tzu Chi. Saya sangat tersentuh. Tahun ini adalah tahun ke-7 saya berpartisipasi. Kekhidmatan upacara mereka sungguh tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ia sangat membuat orang tersentuh,” tambah Zhen Xiang.
”Kita sering berkata, “Dentangan genta mengingatkan kita untuk mengikis noda batin, mengembangkan kebijaksanaan, membangkitkan kesadaran, dan keluar dari penderitaan.” “Semoga semua makhluk dapat mencapai kebuddhaan.” Inilah makna dari pemukulan lonceng. Kami juga berharap semua makhluk di tiga alam rendah dapat terbebas dari penderitaan dan memperoleh sukacita serta memberi manfaat bagi makhluk lain. Semoga pementasan genderang dan lonceng ini dapat memberi manfaat bagi makhluk hidup di semua alam. Berhubung ini adalah sebuah upacara pemandian rupang Buddha yang agung, para bhiksu/bhiksuni sangat bersukacita dan bersedia turut mengambil bagian dalam upacara ini. Menurut saya, ini adalah sebuah kegiatan besar dalam agama Buddha. Karena itu, para bhiksu/bhiksuni dari berbagai vihara hendaknya berkumpul untuk ikut berpartisipasi,” ujar Bhiksuni Ming Yu.
Para bhiksu/bhiksuni berbagi dengan kita tentang makna dari Gatha Pemukulan Lonceng yang mereka pahami. Lihatlah betapa besarnya kekuatan spiritual ini. Semoga gema doa semua orang dapat terdengar oleh para Buddha dan Bodhisatwa. Kita berdoa dengan tulus untuk keamanan dan ketenteraman seluruh dunia.
Saya sungguh berterima kasih kepada para bhiksu/bhiksuni, baik yang muda maupun tua, yang sangat bersungguh hati untuk menjalani latihan. Ini adalah sebuah kegiatan Buddhis yang benar, bajik, dan indah serta belum pernah sebelumnya. Saya sangat bersyukur melihatnya. Semoga semua orang di dunia dapat menyebarkan semangat Buddhisme tak hanya lewat ucapan, tetapi juga lewat tindakan nyata.
Melihat para bhiksu/bhiksuni sangat rendah hati dalam membabarkan Dharma, saya sungguh tidak dapat mengungkapkan rasa syukur saya. Kalimat dalam Gatha Pembuka Sutra berbunyi, “Dharma sangatlah dalam dan tiada tara, sulit ditemukan bahkan dalam miliaran kalpa.” Sejak dahulu, untuk mengumpulkan begitu banyak bhiksu/bhiksuni untuk mengikuti sebuah kegiatan sungguh bukan hal yang mudah. Ini sungguh membuat orang tersentuh.
Pada tanggal 14 Mei nanti, di mana pun kita berada, baik di ladang pelatihan masing-masing ataupun di Balai Peringatan Chiang Kai-shek, kita harus senantiasa membangkitkan ketulusan.
Para anggota Tzu Cheng bekerja sama untuk menata lokasi upacara
Para bhiksu/bhiksuni menjalani latihan dengan penuh ketulusan
Ketulusan hati dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 9 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 Mei 2017
Editor: Khusnul Khotimah