Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama untuk Menolong Korban Bencana


Perang antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama 68 hari. Bagaimana warga Ukraina menjalani 68 hari ini? Saya yakin bahwa setiap hari telah meninggalkan kesan dan ingatan yang mendalam dalam benak mereka. Lebih dari dua bulan yang lalu, mereka masih hidup tenteram di rumah dan negara mereka. Namun, selama dua bulan terakhir ini, mereka begitu ketakutan dan terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka.

Saat meninggalkan kampung halaman, berapa banyak materi yang bisa mereka bawa? Apa yang bisa mereka bawa? Mereka tidak bisa membawa mobil. Mereka hanya bisa menggandeng anak dan menggendong bayi mereka. Ke mana mereka harus pergi? Ke mana anak-anak di dalam bus ini akan dibawa? Lewat kaca jendela, mereka berpamitan dengan berat. Ada banyak kisah yang memilukan seperti ini.

Pada zaman sekarang, di kolong langit dan di atas bumi yang sama, terdapat penderitaan seperti ini di wilayah yang jauh dari kita dengan perbedaan waktu tujuh atau delapan jam. Saat ini, di sana mungkin tengah malam atau dini hari. Perpisahan yang kita lihat tadi mungkin terjadi kemarin. Bagaimana kondisi mereka sekarang?

Mereka mungkin sudah pulang ke rumah. Jika mereka memiliki jalinan jodoh untuk pulang, apakah rumah mereka masih ada dan utuh? Rumah mereka mungkin sudah hancur atau hangus terbakar. Mereka mungkin pulang untuk membangun kembali rumah mereka. Membangun kembali rumah yang hancur lebih sulit daripada membangun rumah di atas lahan kosong.


Beberapa hari lalu, lewat siaran berita Da Ai TV, saya melihat bahwa ketua Tzu Chi AS, Debra, telah pergi ke Polandia. Dia melihat kesulitan para pengungsi di sana.

Kita berada di perbatasan Medyka yang merupakan area tunggu bagi warga Ukraina yang hendak melewati perbatasan ke Ukraina. Sebagian orang telah duduk di dalam mobil untuk mengantre selama empat hari,” kata Debra Boudreaux Ketua Yayasan Tzu Chi Amerika Serikat.

“Tiga malam,” kata warga Ukraina.
“Empat hari tiga malam,” kata Debra Boudreaux.
“Empat hari,” kata kata warga Ukraina.
“Apakah kalian lelah?” tanya Debra Boudreaux.

“Ya. Kami tidak bisa tidur karena setiap 40 menit, kami harus bergerak maju. Kami bertahan demi kota kami. Saya rasa kondisinya seharusnya masih cukup baik. Inilah harapan saya. Itu adalah kampung halaman saya. Saya ingin pulang ke kampung halaman saya,” kata warga Ukraina.

Ketua Tzu Chi Amerika Serikat berkumpul bersama insan Tzu Chi lainnya untuk menolong para pengungsi. Ada orang yang berkata, "Jangan menyebut mereka pengungsi. Mereka hanya mengalami kesulitan untuk sementara. Mereka bukan pengungsi." Namun, berapa lamakah "sementara" ini? Melihat kondisi mereka, sungguh sulit bagi saya untuk tidak berkata demikian.

Pemandangan seperti itu selalu ada dalam benak saya dan tidak bisa dilupakan. Butuh berapa hari agar pemandangan seperti itu tak lagi terlihat? Saat pemandangan yang terlihat berubah, barulah ingatan ini akan memudar. Pada saat ini, orang-orang di negara dan wilayah yang berbeda dengan kita mengalami penderitaan seperti ini. Saat ini, kita tengah bekerja keras untuk merencanakan penyaluran bantuan bencana ini.


Relawan Tzu Chi dari Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Belanda, Turki, dan Polandia telah membentuk tim di Polandia. Mereka berkumpul di Polandia dan tengah merencanakan penyaluran bantuan. Setelah tiba di sana, mereka mendiskusikan makanan yang cocok dengan selera warga Ukraina dan mengundang orang untuk mencicipi rasanya. Melihat pemandangan seperti itu, saya merasa bahwa Pabrik Xieli kita sangat bersungguh hati.

Kita mengembangkan berbagai rasa makanan kering dan mengirimkannya ke sana untuk memenuhi kebutuhan gizi para pengungsi serta mencari tahu apakah sesuai dengan selera mereka dengan mengundang orang mencicipi rasanya.

Di Polandia, relawan kita bersumbangsih sebagai Bodhisattva dunia. Mereka mendedikasikan diri untuk menolong orang yang membutuhkan. Inilah Bodhisattva. Di sana, relawan kita telah bertemu dengan orang-orang dari organisasi lain. Awalnya, mereka tidak saling mengenal. Kini mereka telah saling mengenal dan akan bersama-sama melakukan satu hal. Mereka juga mencicipi makanan yang dibawa oleh insan Tzu Chi dan mengungkapkan pendapat masing-masing. Hal yang patut disyukuri sungguh banyak.


Bodhisattva sekalian, ini merupakan sejarah Tzu Chi dan sejarah zaman sekarang. Karena itu, kita yang berada di Taiwan juga harus turut bersumbangsih dengan menyediakan barang bantuan yang dibutuhkan. Setelah mengetahui rasa makanan yang sesuai dengan selera mereka, kita harus bekerja keras untuk memproduksi bahan pangan yang cukup. Jadi, setelah para relawan menemukan rasa makanan yang sesuai bagi para pengungsi, kita harus menyiapkan bahan pangan dan barang bantuan yang cukup untuk dikirimkan ke sana.

Kita harus mulai bergerak. Kita harus mengerahkan segenap hati dan tenaga kita. Ada banyak hal yang sulit dan tidak habis untuk dikatakan. Semoga kalian dapat menyerap ajaran saya ke dalam hati, berbagi pemahaman kalian dengan orang-orang, dan mengimbau mereka untuk turut bersumbangsih. Saat ini, setiap tetes sumbangsih sangatlah berarti. Kita harus menyiapkan barang bantuan dan bahan pangan.

Kini kita akan bekerja sama dengan UNICEF dan berbagai LSM internasional. Kita telah menandatangani nota kesepahaman dengan mereka untuk menyalurkan bantuan bersama. Intinya, setiap orang harus mengerahkan kekuatan. Kini Tzu Chi akan menyatukan kekuatan dengan berbagai organisasi internasional. Karena itu, semua orang hendaknya menghimpun kekuatan bersama. Kita harus bergotong royong dan bersatu hati untuk menyalurkan bantuan dengan cinta kasih yang tulus kepada orang-orang yang menderita agar mereka dapat merasakan kehangatan.     

Berhimpun dengan kesatuan hati demi meringankan penderitaan
Bertukar pikiran dan pendapat demi menemukan rasa makanan yang sesuai
Bekerja sama dengan organisasi internasional untuk menyalurkan bantuan
Bergotong royong untuk membantu korban bencana

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 02 Mei 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 04 Mei 2022
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -