Ceramah Master Cheng Yen: Bekerja Sama untuk Mewariskan Ajaran Jing Si
Tujuan
utama Buddha datang ke dunia adalah
untuk membimbing kita. Ajaran Buddha di dunia
adalah praktik Bodhisatwa. Saat
berinteraksi dengan sesama, kita harus senantiasa memikirkan lingkungan hidup
dan perasaan orang lain. Ini yang disebut hati Bodhisatwa. Untuk itu, setiap
orang harus bersungguh hati mendengar Dharma. Dharma harus dipraktikkan dalam
interaksi antarsesama. Kita harus senantiasa memikirkan perasaan dan lingkungan
hidup orang yang menderita.
Pada
tahun 1999 lalu, kita terus mengajak orang-orang untuk membantu Turki. Kita
percaya bahwa Bodhisatwa selalu datang
untuk menjangkau semua orang yang menderita. Namun, ada orang yang tidak dapat
menerimanya. Mereka berkata bahwa daripada menolong negara lain, lebih baik
menolong negara sendiri. Pada bulan September di tahun yang sama, Taiwan tiba-tiba diguncang gempa bumi. Pada
malam itu, saya terus menerima laporan
dari relawan Tzu Chi di seluruh Taiwan.
Hingga
pagi hari, Chun-zhi menelepon saya untuk
meminta bantuan kantong jenazah
dari rumah sakit. Permintaannya terus bertambah. Secara keseluruhan, kita mengirimkan 2.500
kantong jenazah ke lokasi
bencana. Pada sore hari, Chun-zhi kembali berkata kepada saya, “Master, bisakah
menyiapkan peti beku?” Saya lalu
teringat pada Li Zong-ji yang bekerja di bidang pelayaran. Saya pun segera
meneleponnya. Dia pun segera mengirimkan peti beku ke lokasi.
Mungkin
banyak orang yang tidak mengetahui hal ini. Kini saya menceritakannya agar orang-orang
bisa mengetahuinya. Yang paling membuat saya tersentuh adalah Bodhisatwa yang terus bermunculan.
Saat pembabaran Sutra Bunga Teratai, setiap kali mengulas tentang Bodhisatwa
yang terus bermunculan, hati saya merasa bergejolak karena teringat pada gempa bumi tanggal 21
September 1999. Meski saat itu banyak jembatan dan akses jalan terputus, tetapi
Bodhisatwa dari sepuluh arah terus bermunculan.
Pada
saat itu, relawan Tzu Chi dari seluruh
dunia mengulurkan tangan untuk menggalang dana dan cinta kasih. Saya ingin
memberi tahu kalian bahwa bantuan ini
bukan berasal dari dana Taiwan yang langsung
terkumpul begitu saja. Bukan demikian. Itu tercapai berkat cinta kasih tanpa memandang jalinan
jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan.
Kita harus percaya bahwa kita tidak memiliki
pamrih dan percaya bahwa setiap orang
memiliki cinta kasih. Saat Taiwan dilanda bencana seperti itu, bagaimana bisa kita tak membangkitkan cinta
kasih? Pada saat Menteri Pendidikan
mengirimkan daftar sekolah yang
membutuhkan bantuan pembangunan kembali, saya terus mencentangnya tak peduli
besar atau kecil.
Wakil
Kepala Wang dan Wakil Kepala Lin yang
berdiri di belakang saya terus berkata,
“Master, Anda sudah mencentang lebih dari 30 gedung sekolah. Master
bahkan mencentang sekolah yang terbesar.” Saya tak peduli berapa gedung yang
sudah dicentang, saya hanya berpikir, “Jika bukan kita membantu pembangunan
gedung sekolah yang terbesar, maka siapa lagi?” Saudara sekalian, inilah
perjalanan yang pernah dilalui dengan
susah payah.
Begitu pula dengan pembangunan Perumahan Cinta
Kasih Tzu Chi. Saat itu saya berpikir untuk segera memberikan bantuan tempat tinggal sementara. Kita harus
segera memberi mereka tempat tinggal sementara
agar mereka dapat mencari rumah dengan tenang, memperbaiki rumah dengan
tenang, dan membangun rumah dengan tenang. Semua itu membutuhkan waktu dua
hingga tiga tahun. Karena itu, kita
harus menenangkan hati mereka. Selain
membantu membangun Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, kita juga membuat lanskap untuk mereka. Para
relawan senior pasti pernah berpartisipasi dalam upaya ini.
Di
Taichung, saya melihat sekelompok murid saya
yang sudah berusia 70-an hingga
90-an tahun. Melihat mereka sudah menua, saya sangat sedih. Saya selalu berkata
kepada mereka untuk mengingat perjalanan yang sudah pernah dilewati. Jangan
melupakannya begitu saja. Sungguh, kita
harus berterima kasih kepada relawan Tzu
Chi di seluruh Taiwan dan seluruh dunia.
Jika tidak, dampak gempa bumi
tahun 1999 lalu tidak mungkin berlalu
dengan begitu mudah tanpa menemukan
kendala yang besar.
Bayangkan,
kita sudah berhasil menenangkan hati
berapa orang. Kita harus mengetahuinya sendiri. Semua upaya bantuan kita telah
menjadi sejarah bagi kehidupan ini. Meski kali ini saya keluar dengan bersusah
payah, tetapi saya harus kembali
menceritakan kisahnya satu per satu
karena jika saya tidak menceritakannya sekarang, kelak kalian akan sulit
untuk mengetahuinya. Kalian harus
mendengarnya dengan sepenuh hati. Ini adalah harapan saya.
Kalian juga harus ingat untuk memperhatikan
Bodhisatwa lansia karena Bodhisatwa
lansia adalah permata bagi kita. Setiap kali ke sini, saya selalu bercerita
tentang awal mula Tzu Chi di Puli, Nantou. Kita harus sangat berterima kasih
kepada Relawan Xu. Dahulu, kami tinggal
di Griya Jing Si yang kecil.
Relawan Xu datang ke Griya Jing Si
dan bertekad untuk membawa semangat Tzu Chi ke Nantou.
Jalinan
jodoh Tzu Chi di Nantou bermula dari Relawan Xu. Beberapa relawan Tzu Chi mulai menjaga warga
di wilayah pegunungan. Meski harus
menempuh perjalanan yang jauh, mereka
tetap tidak gentar. Setiap bulan, mereka
rutin mengantarkan bantuan beras dan lain-lain
ke warga di wilayah pegunungan.
Selain memberikan bantuan materi, mereka juga merawat warga yang sakit.
Demikianlah awal mula jalinan jodoh Tzu
Chi di Puli, Nantou. Saya harap kalian
dapat mengetahuinya.
Kita
harus menjadi saksi dari sejarah zaman
sekarang dan menulis sejarah bagi dunia. Hari ini kalian telah dilantik. Ini berarti
kalian akan terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Di depan dada kalian tersemat
pita bertuliskan Hati Buddha dan Tekad Guru.
Ini berarti kalian harus memiliki cinta kasih dan welas asih seperti
Buddha dan tekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa seperti saya.
Sebagai
relawan Tzu Chi, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita
bertanggung jawab untuk mewariskan ajaran Jing Si dan menjalankan mazhab Tzu Chi. Ajaran Jing Si
adalah jalan kebenaran di dunia. Kita harus mewariskan inti sari Dharma dan
membangkitkan Empat Ikrar Agung. Mazhab
Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita harus mempraktikkan welas asih dan
kebijaksanaan tanpa batas. Kalian harus memilikinya.
Murid
Jing Si dari Nantou berikrar dengan tulus untuk menjalankan Tzu Chi dengan sepenuh
hati dan penuh cinta kasih; mempraktikkan
Sutra Bunga Teratai, mendukung semangat celengan bambu, dan menjaga tekad
pelatihan diri; serta membangkitkan kembali semangat Tzu Chi.
Bodhisatwa dunia terus bermunculan pasca
terjadinya gempa
Membangkitkan cinta kasih dan welas
asih untuk menjangkau semua makhluk
Tidak melupakan sejarah yang sudah
pernah dilalui
Bekerja sama untuk mewariskan ajaran
Jing Si
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina