Ceramah Master Cheng Yen: Belajar Menuju Kesadaran dan Mempraktikkan Kebajikan di Jalan Bodhisatwa
Saat ini, kita sering kali dihadapkan dengan kemiskinan dan penyakit. Inilah bagian dari pekerjaan Tzu Chi yang harus kita hadapi setiap hari. Banyak negara mengalami penderitaan akibat kemiskinan. Ini sungguh menyedihkan. Namun, pada zaman sekarang ini, kita sangat beruntung karena dapat melihat Bodhisatwa dunia bermunculan. Saya senantiasa berpikir, "Bukankah ini adalah jalinan jodoh yang besar?"
Di setiap negara, selama ada relawan Tzu Chi, mereka bersumbangsih dengan sepenuh hati dan kekuatan. Setiap kali mendengarnya, saya merasa bersyukur dan tersentuh. Saya selalu berpikir bahwa di mana pun ada penderitaan, akan ada Bodhisatwa yang muncul untuk membantu. Namun, saya juga berpikir bahwa masih banyak tempat yang mengalami penderitaan yang sama.
Saya berharap bahwa kalian semua dapat menonton Da Ai TV. Saya juga berharap Da Ai TV dapat lebih banyak menayangkan realitas dunia. Hendaknya kita sungguh-sungguh memberikan kontribusi dan sumbangsih bagi mereka yang menderita di dunia. Meski sedikit demi sedikit, jangan berpikir bahwa itu tidak ada gunanya. Saya selalu mengingatkan bahwa tanpa adanya sumbangsih kecil pada masa-masa awal, kita tidak akan melihat apa yang kita lihat sekarang.
Dunia ini penuh dengan penderitaan dan insan Tzu Chi selalu siap untuk menghimpun kekuatan di mana pun mereka melihat penderitaan. Tidak peduli seberapa banyak, selalu ada sumbangsih yang diberikan. Ketika sumbangsih terhimpun, jumlahnya tidak bisa dibilang sedikit.
Jejak langkah Tzu Chi telah menjangkau lebih dari setengah jumlah negara di dunia ini. Jadi, janganlah berpikir untuk tidak bertindak karena merasa dampaknya sangat kecil. Kekuatan yang kecil akan menjadi besar jika dihimpun. Tanpa adanya tindakan kecil, tidak akan ada yang melihat; tanpa ada orang yang melihat, tidak akan ada kesempatan untuk membangkitkan niat baik.
Keinginan untuk berbuat baik adalah bentuk welas asih yang merupakan hakikat kebuddhaan semua orang. Sungguh, semua orang memiliki hakikat kebuddhaan, hanya saja ada yang tidak mendengar dan melihatnya. Ketika mereka mendengar dan melihatnya, mereka sering kali merasa kekuatan diri sendiri sangat kecil sehingga tidak berani untuk menunjukkannya. Jika ada yang memulai, meski hanya sedikit, akan ada dua, sepuluh, seratus, seribu, hingga sepuluh ribu kekuatan yang terhimpun.
Pada zaman sekarang, semua orang memiliki konsep tentang kumpulan data yang dapat dilihat dan dianalisis. Apa yang kita lihat dan dengar serta apa yang kita lakukan telah menjangkau seluruh dunia. Dunia ini dipenuhi dengan bencana, kemiskinan, dan penderitaan. Oleh karena itu, Buddha menggambarkan dunia ini seperti rumah yang terbakar. Memang benar, belakangan ini, kondisi cuaca dan iklim tidak normal.
Cuaca panas yang ekstrem setiap hari mengisi berita internasional. Ini sungguh dapat disebut sebagai panas yang mematikan. Panas yang luar biasa dan matahari yang sangat terik membuat kita berpikir tentang banyak orang yang tinggal di rumah kecil dengan atap seng bagaikan tungku panas dan neraka. Jadi, neraka yang digambarkan dalam Sutra Ksitigarbha dapat dilihat di alam manusia ini.
Kita tahu bahwa dunia penuh dengan penderitaan. Sesungguhnya, ketika melihat orang-orang yang menderita bagaikan berada di dalam tungku api, sesungguhnya kita masih merasa nyaman duduk di dalam ruangan yang sejuk sambil melihat dan mendengar tentang penderitaan itu. Apakah kita dapat benar-benar merasakan penderitaan itu? Sangat sulit. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Tanpa adanya Bodhisatwa dunia, dunia ini akan menjadi neraka yang sesungguhnya.
Untungnya, ada Jalan Bodhisatwa di dunia ini yang dapat kita pelajari sehingga kita dapat menciptakan berkah. Tanpa melihat penderitaan, kita tidak mengerti pentingnya menciptakan berkah. Jika kita terus menyia-nyiakan berkah, hati kita akan terus bergejolak dan dipenuhi dengan ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Inilah penyebab kondisi neraka di alam manusia ini makin meluas.
Neraka yang dalam terus naik ke permukaan dan hampir terhubung dengan alam manusia. Jadi, hendaknya kita sadar. Dengan belajar, barulah kita akan tersadarkan. Namun, selain belajar, kita juga harus bertindak secara nyata dengan menapaki Jalan Bodhisatwa. Oleh karena itu, hendaknya kita menggenggam Jalan Bodhisatwa dengan baik. Bagaimana cara kita mempelajarinya?
Pada zaman teknologi yang maju ini, kesempatan kita untuk mempelajari ajaran Buddha dan berbuat baik bagi dunia telah meningkat. Terlepas dari agama yang dianut, kita harus bersatu hati untuk mempraktikkan kebajikan. Tidak peduli apa pun agamanya, selama mereka bersumbangsih menolong orang lain, dan mengasihi sesama, itu disebut dengan cinta kasih berkesadaran. Tanpa kesadaran, kita akan tenggelam dalam kenikmatan diri sendiri dan ketamakan akan muncul.
Saat memiliki uang, kita akan berpikir, "Mengapa saya harus membagikannya kepada orang lain?" Kita akan selalu memiliki perasaan tidak rela. Dengan Jalan Bodhisatwa, kita dapat membangkitkan cinta kasih. Saat melihat penderitaan dunia, hendaknya kita menyerukan kepada semua orang agar turut memahami penderitaan ini. Kita harus menggambarkan penderitaan yang nyata dan menyerukan kepada semua orang untuk bersumbangsih.
Sedikit demi sedikit sumbangsih dan cinta kasih sangatlah berarti. Dengan demikian, sumber daya untuk membantu orang lain akan bertambah. sumber daya untuk membantu orang lain akan bertambah. Terlebih lagi, orang-orang akan dapat mendengarnya dan tergerak untuk turut bergabung mempelajari Jalan Bodhisatwa sehingga semua orang akan tersadarkan.
Pada zaman sekarang, jalan menuju kesadaran sangatlah jelas. Hanya saja, orang-orang belum memiliki kesempatan untuk bergabung menjadi Bodhisatwa dunia. Saya percaya bahwa semua orang bersedia untuk bersumbangsih.
Penderitaan dunia bersifat nyata
Menghimpun cinta kasih dan menciptakan berkah dengan welas asih dan kebijaksanaan
Belajar menuju kesadaran dengan berjalan di Jalan Bodhisatwa
Terjun ke tengah masyarakat dengan satu hati untuk mempraktikkan kebajikan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 12 Agustus 2024