Ceramah Master Cheng Yen: Benih Bodhi Tertanam Dalam di Kesadaran Kedelapan


“Nama saya adalah Zheng Tian-ji. Nama Dharma yang Master berikan ialah Si Qi. Setiap hari, saya naik sepeda motor ke Aula Jing Si Kaohsiung untuk menjalin jodoh baik dengan orang-orang. Saya tinggal di Youchang dan butuh perjalanan sejam untuk tiba di sini. Saat naik sepeda motor listrik roda tiga, saya mengingatkan diri sendiri untuk mempraktikkan Sutra Teratai dan Sutra Makna Tanpa Batas, giat menjalankan ajaran Jing Si, dan menapaki Jalan Tzu Chi di dunia. Saya memutar roda Dharma setiap hari sehingga dipenuhi sukacita dan rasa percaya diri,”
kata Zheng Tian-ji relawan Tzu Chi.

“Menjalankan Tzu Chi membuat tubuh saya makin sehat. Bisa bersumbangsih adalah berkah. Jika tidak bisa bersumbangsih, itu akan gawat. Master sering berkata bahwa selagi memiliki tubuh yang sehat, kita harus segera menciptakan dan memupuk berkah; makin banyak bersumbangsih, makin banyak pencapaian; jika tidak bersumbangsih, diri sendiri yang rugi. Kita harus lebih bersungguh hati,” pungkasnya.

“Kita juga memulai Tzu Chi di Kaohsiung dari nol tanpa sumber daya apa pun. Saya sangat bersyukur semua orang menyambut seruan Master. Hingga kini, saya yakin bahwa para relawan Tzu Chi terus berpegang pada semangat Buddha, yakni cinta kasih agung tanpa syarat dan welas asih agung yang merasa sepenanggungan, dan semangat Bodhisatwa Avalokitesvara yang muncul di mana pun dibutuhkan,” kata Tu Mao-xing relawan Tzu Chi.

“Selain itu, Master juga mengajari kita untuk memiliki kemurnian hati seperti anak kecil, ketahanan seperti unta, dan keberanian seperti singa. Kita pernah menorehkan sepenggal sejarah yang cemerlang dan luar biasa. Saya selalu mengingat tekad awal saya. Tekad saya tidak pernah mundur. Meski pandemi kali ini membuat kita terpaksa menjaga jarak fisik, tetapi hati kita selalu bersatu,” pungkasnya.

Relawan Tzu Chi yang nama Dharmanya dimulai dengan "Jing" atau "Si" adalah relawan yang sangat senior. Mereka bertekad dan berikrar untuk mengikuti langkah saya sejak saya mendirikan Tzu Chi. Mereka telah bergabung selama puluhan tahun.


Saat itu, saya menggunakan kata "Jing" dan "Si" dengan harapan relawan yang membangun ikrar dapat sungguh-sungguh merenung dengan tenang. Dalam ajaran Buddha, tujuan bermeditasi ialah mencapai samadhi atau kondisi batin yang tenang. Samadhi adalah kondisi batin yang tenang. Kita harus memasuki kondisi batin yang murni dan sungguh-sungguh merenungkan nilai kehidupan kita.

Sulit untuk terlahir sebagai manusia. Untuk mengembangkan nilai kehidupan kita, kita harus menjalankan praktik Bodhisatwa. Saat saya menjalankan Tzu Chi, para relawan senior kita bersungguh hati mengajak setiap orang yang ditemui untuk bergabung dengan Tzu Chi.

Kalian sungguh menggalang Bodhisatwa dunia dan menginspirasi orang-orang. Para relawan yang lebih muda bergabung berkat kalian semua. Berkat kalian yang mengajak orang-orang untuk bergabung dengan Tzu Chi, barulah Tzu Chi bisa seperti sekarang.

Saat berkunjung ke Aula Jing Si Kaohsiung, saya selalu melihat banyak relawan. Setiap orang berbagi pengalaman dan pemahaman mereka. Dalam sebagian keluarga, terdapat banyak masalah antara suami istri ataupun orang tua dan anak. Insan Tzu Chi menjangkau keluarga seperti ini untuk melenyapkan kegelapan batin mereka.

Jika mereka sering berselisih, kita pun membantu menyelesaikan masalah mereka agar hidup mereka kembali harmonis. Relawan kita menjangkau keluarga yang membutuhkan, bagai Bodhisatwa Avalokitesvara yang muncul di mana pun dibutuhkan.

Ada banyak keluarga yang yakin terhadap Bodhisatwa dan Buddha. Asalkan ada tekad, kita dapat membangkitkan hakikat kebuddhaan setiap orang dan membimbing mereka menapaki Jalan Bodhisatwa bersama kita.


Ajaran Buddha membimbing semua orang untuk menjadi Bodhisatwa dunia yang terjun ke tengah masyarakat untuk melenyapkan penderitaan orang-orang. Kita semua telah mengembangkan nilai kehidupan kita. Karena itulah, saya hendak kalian mengenang kembali bagaimana kalian bertemu dengan saya dahulu, bagaimana hati kalian dipenuhi sukacita, bagaimana kalian membangun ikrar, dan berapa banyak orang yang telah terinspirasi oleh kalian.

Saya juga melihat "pohon Tzu Chi". Relawan Lin Yong-xiang bagaikan sebutir benih yang bertumbuh menjadi pohon yang rimbun. Relawan Lin terinspirasi oleh Relawan Huang Ming-jin. Lihatlah bagaimana sebutir benih bertunas, bercabang, dan berbuah. Semangat Tzu Chi sungguh diwariskan dari generasi ke generasi. Seiring waktu, banyak relawan kita yang sudah lanjut usia.

Lihatlah Kuan-kuan. Dia dan suaminya sering menjadi relawan di RS Tzu Chi Hualien. Mereka berdua sangat jago membimbing orang. Kuan-kuan juga bisa bernyanyi dengan lantang. Pasangan suami istri ini sering bernyanyi di rumah sakit untuk menghibur pasien dengan harapan dapat meringankan penderitaan dan kerisauan mereka.

Dalam kunjungan ke sini kali ini, selain merasakan sukacita, saya juga merasa sedih. Saya sedih karena tidak bisa bertemu dengan beberapa murid saya lagi. Saya menanti untuk meneruskan jalinan jodoh kami.

Lima ratus tahun lalu, guru membimbing murid; lima ratus tahun kemudian, murid membimbing guru. Tiga puluh tahun kemudian, mungkin mereka yang akan membimbing saya. Jadi, guru bisa membimbing murid, murid juga bisa membimbing guru. Untuk itu, dibutuhkan jalinan jodoh.


Saat meninggal dunia, mereka tidak melupakan saya. Saya yakin bahwa di dalam kesadaran mereka telah tersimpan benih kebaikan dan ingatan tentang orang yang paling disayangi. Jadi, jalinan jodoh kami bisa berlanjut di masa mendatang.

Dalam Sutra Buddha dikatakan bahwa Buddha membimbing semua makhluk tanpa menyerah dari kehidupan ke kehidupan. Tidak peduli kapan kita pergi atau kapan kita terlahir di dunia ini lagi, sebagai saudara se-Dharma, kita akan selalu menanti dan membimbing satu sama lain. Tidak peduli siapa yang pergi terlebih dahulu, kita akan terus memutar roda Dharma.

Singkat kata, kita harus menjaga kesadaran kita dan menentukan arah tujuan kita. Kita harus sepenuh hati menapaki Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa tidak tega melihat semua makhluk menderita. Saya bersyukur pada kalian semua.

Melihat para Bodhisatwa lansia, saya dipenuhi sukacita. Jika kalian dapat terus menginspirasi generasi muda untuk bergabung, saya akan merasa lebih tenang. Kita telah menjalin jodoh baik dengan orang banyak. Orang-orang yang terinspirasi oleh kalian akan bersyukur pada kalian.

Saat bertemu dengan kalian di kehidupan mendatang, mereka akan dipenuhi sukacita dan bersyukur pada kalian yang telah membimbing mereka memasuki pintu kebajikan, mempelajari ajaran Buddha, dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baiklah.

Kalian harus menjaga kesehatan tubuh, membina pikiran benar, dan sepenuh hati menapaki Jalan Bodhisatwa.  

Menggenggam kehidupan sebagai manusia untuk menjalankan praktik Bodhisatwa
Senantiasa menapaki jalan kebenaran dengan kondisi batin yang tenang
Terjun ke tengah masyarakat untuk membangkitkan akar kebajikan
Benih Bodhi tertanam dalam di kesadaran kedelapan      

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Februari 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 06 Februari 2022
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -