Ceramah Master Cheng Yen: Beranjak dari Tataran Awam dengan Welas Asih dan Kebijaksanaan


Menurut laporan Universitas India, sejak pandemi pertama kali merebak hingga kini, sekitar 100 juta warga setempat kehilangan pekerjaan dan 230 juta warga terjerumus ke dalam jurang kemiskinan.

“Saya boleh kelaparan, tetapi tidak dengan anak saya. Mereka butuh susu, makanan, dan pakaian. Saat suami saya masih bisa mencari nafkah, kami masih bisa bertahan hidup. Jika tidak punya makanan, saya sendiri tidak makan agar dapat memberi makan anak saya. Saya merasa tak berdaya dan hanya bisa menangis. Saat kelaparan dan kehausan, saya khawatir bagaimana bertahan hidup, bagaimana memberi makan anak-anak. Tidak ada orang yang membantu kami,” kata seorang warga.

“Sebelum pandemi merebak, saya bekerja di hotel. Di sana ada makanan dan barang-barang kebutuhan. Namun, akibat penutupan wilayah, hotel pun tutup. Saya hanya bisa datang kemari dan tidur di sini. Jika ada yang memberi, saya makan. Saya tidak berdaya,” kata warga lainnya.


Melihat pemandangan itu, kita sungguh tak sampai hati. Kita sungguh harus peduli pada semua orang di dunia, terlebih kepada kampung halaman Buddha yang merupakan sumber jiwa kebijaksanaan kita.

“Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Tzu Chi yang membantu RS kami dalam menangani pasien Covid-19 dengan menyediakan peralatan medis. Hari ini kami menerima 500 kantong jenazah, seribu APD sekali pakai, dan dua ribu APD yang dapat digunakan kembali. Bagi tim medis kami, semua ini sangat membantu dalam penanganan Covid-19,” kata Dr. Pawan Raj Chalise, Penanggung jawab logistik Universitas Tribhuvan.

Terima kasih kepada sekelompok Bodhisatwa dari Divisi Kerohanian kita, seperti Wakil Kepala Simon Shyong dan lainnya. Mereka bertanggung jawab atas urusan ini dan menindaklanjuti laporan kasus dengan cepat. Begitu ada permintaan bantuan, mereka segera mengurusnya. Kita dapat melihat laporannya setiap hari. Di dalam surat permohonan bantuan, berbagai institusi menyampaikan kebutuhan mereka. Yang paling banyak dibutuhkan ialah APD, peralatan, serta kebutuhan medis.

Di India, Bapak Viviek bekerja tanpa kenal lelah untuk membantu Tzu Chi menyalurkan bantuan. Beliau terjun menolong orang-orang yang menderita. Tanpa beliau di India, meski berniat untuk membantu, kita juga tidak dapat berbuat apa-apa. Jadi, kita sungguh harus berterima kasih.


Selain Bapak Viviek, ada juga Bapak Pravin Bhalesin, seorang pengusaha di India. Jadi, saya sering mengatakan bahwa aspek waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia harus berpadu dengan harmonis. Intinya, dibutuhkan jalinan jodoh. Contohnya, kita lihat Denise Tsai di Mozambik. Berkat dirinya, barulah kita bisa bertemu Dino. Berkat Dino, mereka di Mozambik dapat memikul tanggung jawab yang lebih besar. Dengan demikian, mereka dapat membantu ribuan orang.

Selama beberapa waktu, mereka sempat membagikan makanan kepada tujuh ribuan orang setiap hari. Bayangkan, berkat satu orang yang bertekad, mereka dapat membantu banyak orang, sehingga orang-orang dapat makan kenyang. sehingga orang-orang dapat makan kenyang. Apakah ini cukup? Saya merasa bahwa pendidikan sangat dibutuhkan. Pendidikanlah yang dapat mengubah kehidupan mereka. Jadi, kita hendak membantu mereka membangun sekolah. Kini, perencanaan tengah dilakukan. Inilah yang harus kita usahakan. Asalkan ada sumber daya manusia, akan ada kekuatan.

“Orang-orang di seluruh dunia banyak yang ingin membantu, tetapi harus ada yang memulainya. Apa yang bisa kita lakukan, segeralah kita lakukan. Kita bisa menjadi pionir. Kita juga berharap perusahaan lain dapat menangkap nilai penting di balik kontribusi bagi masyarakat ini. Dengan begitu, ada lebih banyak orang yang bersama-sama membantu dunia ini,” kata Puan Sri Tong Siew Bee, relawan Tzu Chi.


Kita memiliki cinta kasih dan dapat mengasihi semua makhluk di dunia. Dengan demikian, semua orang menjadi Bodhisatwa, beranjak dari tataran awam menuju kesucian. Dengan kebijaksanaan, kita dapat menjadi orang suci. Inilah makhluk dengan cinta kasih berkesadaran. Jika hanya mengandalkan pengetahuan, kita hanya sebatas tahu. Kita hanya mengerti bahwa di dunia ini ada banyak sumber daya materiel.

Lihatlah, saat ada orang lain yang hidup penuh kenikmatan di lingkungan yang baik, manusia merasa tidak senang dan berusaha mendapatkan hal yang sama dengan menghalalkan segala cara.

Di dunia ini, betapa banyak manusia yang terus mengejar keinginan. Saat keinginan tidak tercapai, mereka menggunakan cara-cara yang salah, sehingga menciptakan karma buruk yang berat. Jadi, sekaranglah saatnya bagi pelajaran besar.

Virus dalam pandemi kali ini tidak terlihat dan tak dapat diraba. Saya berharap suara seruan saya saat ini dapat menjangkau tempat-tempat yang jauh. Di mana suara ini berkumandang, setiap rumah di sana bagaikan ladang pelatihan. Setiap tempat menjadi bagaikan ladang pelatihan. Dengan adanya ladang pelatihan di dalam keluarga, di sana para pelindung Dharma akan hadir. Tempat itu akan menjadi tempat penuh kebaikan. Jadi, kita hendaknya senantiasa mengumandangkan suara ajaran Buddha.


Delapan kelompok makhluk pelindung Dharma juga gemar mendengar Dharma. Karena itu, sering dikatakan bahwa terdapat banyak makhluk tak kasatmata di sekeliling kita; tiga inci di atas kepala terdapat dewa. Karena itu, kita harus selalu bertutur kata baik. Mulut kita juga hendaknya hanya memakan tanaman pangan, sehingga tubuh kita sehat dan batin kita murni tanpa beban. Saat makan, kita tidak berharap menambah utang yang nantinya harus dibayar berkali-kali lipat. Alangkah baiknya jika kita memahami prinsip ini.

Semua orang harus tahu bahwa kini saya tidak boleh tidak mengatakan bahwa bervegetaris itu harus. Hanya jika setiap orang bervegetaris, barulah kita tidak perlu beternak hewan serta tidak mencemari bumi dan udara. Kini, berbagai tempat di Bumi kekurangan air. Saat kita perlu minum segelas air, hewan ternak minum bergalon-galon air. Dibutuhkan bergalon-galon air untuk beternak hewan. Berapa banyak pula pakan ternak yang dibutuhkan untuk mengenyangkan hewan-hewan itu? Namun, hasilnya hanyalah beberapa potong daging di meja makan. Kita harus mengembangkan kebijaksanaan kita dan mengubah wawasan menjadi kebijaksanaan. Begitu wawasan ini diubah, inilah yang disebut membuka kebijaksanaan.


Bodhisatwa sekalian, semoga semua orang dapat memahami perkataan saya ini dan menganggapnya sebagai Dharma untuk didengar. Dengan demikian, keluarga kalian akan menjadi ladang pelatihan, yakni ladang pelatihan terberkahi yang dipenuhi para pelindung Dharma.

Membantu institusi medis dan orang-orang yang kekurangan
Membangkitkan welas asih dan kebijaksanaan demi membimbing semua makhluk
Memurnikan tubuh dan mulut demi merampungkan pelatihan diri
Para pelindung Dharma hadir membawa kebaikan
 
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Juli 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 6 Juli 2021
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -