Ceramah Master Cheng Yen: Berbagi Kebajikan untuk Menggalang Cinta Kasih
“Saya orangnya lebih tidak sabaran. ‘Asalkan bersedia membuka mulut, maka akan ada banyak penyelamat.’ Karena itu, saya berani membuka mulut. Saya juga tidak pemalu. Saat bertemu dengan orang, baik saat naik kereta maupun naik bus, saya selalu mengenalkan Tzu Chi kepada orang,” ucap Zheng Ming-wen, relawan Tzu Chi.
“Ibu selalu mengenalkan Tzu Chi kepada semua orang. Saat teman sekolah saya datang atau kekasih saya datang, ibu juga mengenalkan Tzu Chi kepada mereka. Menurut ibu, ini adalah hal baik. Jadi, kita tak perlu merasa malu saat berbagi dengan orang lain. Ibu menganggap ini adalah hal baik,” imbuh sang putri.
Kita dapat melihat Ming-wen, relawan Tzu Chi dari Taipei. Meski hanyalah orang biasa, tetapi dia melakukan hal luar biasa yang tidak dapat dilakukan semua orang. Saat ingin membangun RS Tzu Chi, dia pernah mendengar saya berkata, “Saya tidak punya uang dan tenaga. Saya hanya punya nyawa.” Demikianlah dia tersentuh oleh saya. Yang lebih mengagumkan adalah putrinya.
Saat masih kecil, putrinya mendengar ibunya menelepon untuk menggalang dana. “Putri bungsu saya yang berusia sekitar 4 atau 5 tahun mendengar saya menelepon. Dia lalu berkata, ‘Ibu sangat hebat. Ibu sendiri tidak berdana, tetapi menyuruh orang lain untuk berdana. Ibu sendiri tidak bekerja, tetapi menyuruh orang lain untuk bekerja. Ibu sangat hebat.’ Kata-katanya menyadarkan saya. Saya berpikir, ‘Master berkata bahwa beliau tidak punya uang dan tenaga untuk membangun rumah sakit. Beliau hanya memiliki nyawa. Saya juga tidak punya uang dan tenaga. Saya juga hanya memiliki nyawa. Saya bisa bekerja untuk mendapatkan 300.000 dolar NT.” Dia pun mulai mendedikasikan dirinya.
Meski hidupnya tidak terlalu berada, tetapi dia memiliki batin yang kaya. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga sebanyak tiga kali demi mendukung saya mewujudkan misi Tzu Chi.
Suatu siang, saya menerima telepon darinya. Dia berkata, “Kakak Wen, bolehkah saya bekerja di rumah Anda? Namun, saya memiliki satu syarat, yaitu Anda membuka selembar cek bernilai 300.000 dolar NT untuk saya donasikan kepada Tzu Chi. Jika Anda setuju, saya akan datang bekerja di rumah Anda.’ Sesungguhnya, saya tidak mengenalnya. Di dalam hati saya berpikir, “Mengapa ada orang yang begitu bertekad luhur?” tutur Wen Su-zhen.
Pertama kali dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga demi mendukung pembangunan rumah sakit. Saat itu dia berdonasi sebesar 300.000 dolar NT. Yang kedua kali adalah demi mendukung penyaluran bantuan bencana internasional. Demi mendukung misi bantuan bencana internasional, dia kembali bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kemudian, demi menjadi anggota komisaris kehormatan Tzu Chi, dia bekerja untuk yang ketiga kalinya. Inilah yang pernah dilakukannya.
Selama bertahun-tahun ini, dia selalu mengambil bayaran di depan dari majikannya dahulu. Lalu, selama tiga tahun atau lebih, dia akan bekerja di rumah majikannya. Dia mendonasikan pendapatannya kepada Tzu Chi. Dia juga bertekad untuk merekrut 100 anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Kabarnya dia sudah mencapainya. Ini sungguh tidak mudah.
Selama belasan tahun ini, dia terus memegang teguh tekadnya. Dimulai dari saat saya ingin membangun rumah sakit hingga kini, tekadnya tidak pernah goyah. Dari tayangan, kita dapat melihat keluarganya dan rumah yang pernah mereka tempati. Rumahnya adalah rumah tua yang sangat sederhana dan membutuhkan sedikit perbaikan. Kemudian, mereka pindah ke apartemen. Setelah pindah ke apartemen, dia tetap hidup sederhana. Perabot rumahnya sudah berusia belasan tahun. Kursi rotannya sudah berlubang sehingga bisa menjepit orang yang duduk. Dia lalu menggunakan sebidang papan untuk mengalasinya agar kursi itu masih dapat digunakan. Inilah tekad luhurnya.
Saya juga sangat berterima kasih dan kagum kepada keluarganya. Suaminya memberi dukungan penuh untuk memenuhi harapannya. Keluarganya beranggotakan 5 orang dan semuanya adalah anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Mereka sekeluarga hidup harmonis dan bahagia. Selama belasan tahun ini, dia sudah merekrut 7 generasi anggota komite Tzu Chi. Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih.
Dua orang putrinya juga sudah menjadi anggota komite, bukan hanya menjadi anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Keluarga mereka bukan sangat berada, tetapi setiap anggota di dalam keluarga ini memiliki hati yang sangat kaya. Sungguh membuat orang tersentuh. Siapa yang dapat melakukan hal yang sama dengannya? Dia sungguh telah mencapainya.
Hingga kini, setiap bertemu dengan orang, dia selalu berbagi tentang Tzu Chi. Saat ada orang datang ke Jing Si Books & Café, dia juga berbagi tentang Tzu Chi dengan mereka. “Saya ingin membeli bunga darimu. Karena hidup kurang berada, kita harus lebih banyak berdana. Yang penting bukan jumlahnya. Kita dapat berdana satu sen atau berdana segelas air. Dengan demikian, kita dapat bebas dari kemiskinan. Yang terpenting adalah hati, bukan materi. Sungguh, kondisi ekonomi saya sangat berat. Berdana bukan hanya dengan uang. Kita juga dapat berdana dengan tenaga. Contohnya, saat ada sebuah batu di jalan, kita dapat memindahkan batu itu ke pinggir jalan. Ini juga merupakan bentuk dana dan cara menciptakan berkah. Melakukan kebaikan berarti menciptakan berkah. Sungguh, setiap sel di dalam tubuh saya bersama Tzu Chi,” tuturnya.
“Selanjutnya, saya bertekad untuk merekrut lebih banyak Bodhisattva dunia dan mempraktikkan Empat Ikrar Agung Bodhisatwa. Makhluk hidup yang harus dibimbing berjumlah tak terbatas. Bukan berarti setelah mencapai tekad, lalu tugas kita selesai. Kita harus terus bersumbangsih dan membangun tekad.”
Dia tidak pernah menyerah dan mundur. Dia berkata, “Master berkata bahwa asalkan bersedia membuka mulut, maka akan ada banyak penyelamat.” Dia menyimpan perkataan saya di dalam hati. Karena itu, dia selalu berbagi tentang Tzu Chi kepada semua orang yang ditemui. Semua orang yang ditemuinya adalah sang penyelamat yang dapat membantu orang yang membutuhkan.
Hingga kini, dia sudah memiliki lebih dari 200 donatur. Dia telah merekrut 7 generasi anggota komite. Setiap anggota komite sangat bertekad luhur. Dia memiliki banyak donatur. Inilah yang disebut sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga. Dia juga terus merekrut lebih banyak donatur. Ini sungguh hal yang tidak mudah.
Lihatlah, dia adalah orang yang sangat sederhana, tetapi kontribusinya sungguh mengagumkan. Relawan Bihua dari Tainan juga sangat mengagumkan. “Suatu hari saya membaca surat kabar dan melihat artikel Huang Sheng-bi. Ia bertuliskan, ‘Yayasan Buddha Tzu Chi yang didirikan oleh seorang bhiksuni membantu orang yang membutuhkan.’ Saya lalu meneleponnya untuk bertanya. Dia berkata, ‘Baiklah. Besok kamu pergi ke pasar untuk merekrut donatur.’ Saya juga sangat lugu. Karena berpikir ini adalah hal baik, saya lalu pergi pada keesokan harinya,” ucap Chen Bi-hua, relawan Tzu Chi.
“Sebulan 50 dolar NT?” tanya pembeli. “Anda boleh berdonasi 50 atau 100 dolar NT,” jawab Bihua. “Saya tidak memiliki penghasilan,” jelas si pembeli. “Tidak apa-apa. Anda cukup berdonasi 50 dolar NT saja. Yang penting memiliki niat. Kami bukan mementingkan uangnya. Anda boleh berdonasi 50 atau 100 dolar NT. Nonton Da Ai TV di saluran nomor 9. Mari bervegetaris dan melakukan daur ulang. Kami ada kegiatan bedah buku setiap hari Selasa. Pola makan vegetaris baik untuk kesehatan. Maukah menjadi donatur Tzu Chi dan berbuat baik? Mari mengikuti acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi. Menjalin jalinan jodoh baik dari kehidupan ke kehidupan. Berbakti dan berbuat baik adalah dua hal yang tidak bisa ditunda,” tutur Bihua di berbagai kesempatan.
Dia sudah belasan tahun menjadi relawan Tzu Chi. Dia membuka stan di pasar bukan untuk berdagang, melainkan demi merekrut donatur. Meski pendapatannya tidak cukup untuk menutupi biaya sewa, tetapi dia tetap rela. “Paling sedikit pendapatan saya sehari sebesar 800 dolar NT. Namun, dengan 800 dolar NT itu, saya masih rugi. Biaya sewa serta tagihan air dan listrik sekitar 1.500 dolar NT hingga 2.000 dolar NT. Namun, jika di rumah saja, saya tidak dapat merekrut donatur. Saya harus datang ke sini baru dapat merekrut donatur baru dan berbagi Tzu Chi dengan orang lain. Jika tidak, mereka tidak tahu,” jelasnya.
Di pasar, dia bertemu dengan berbagai jenis orang. Namun, dia menganggapnya sebagai pelatihan diri. Tidak apa-apa meski hanya berdana 50 atau 10 dolar NT. Tujuan utamanya adalah demi menggalang hati lewat penggalangan dana. Dia mulai melakukannya sejak bertemu dengan Huang Sheng-bi. Dimulai dari saat itu, dia terus melakukannya hingga sekarang. Relawan Chen Bi-hua juga sangat mengagumkan. Tekadnya bukan hanya sekadar ucapan saja. Tekadnya sungguh dibangkitkan dari dalam hati. Dia juga telah menginspirasi banyak orang karena selalu berbagi tentang Tzu Chi. Setiap tindakannya merupakan teladan bagi relawan Tzu Chi. Ming-wen dan Bi-hua sungguh merupakan Bodhisatwa dunia yang mengagumkan.
Bekerja sebagai pembantu rumah tangga demi mendukung misi Tzu Chi
Membuka stan di pasar demi mewariskan cinta kasih
Selalu berbagi tentang Tzu Chi untuk menggalang hati dan dana
Membangun tekad teguh untuk membimbing semua makhluk
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Oktober 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Oktober 2016