Ceramah Master Cheng Yen: Berbagi Pengalaman dengan Penuh Sukacita
“Kita bisa menolong banyak orang. Jika bisa menanamkan pemikiran seperti ini dalam kesadaran yang paling mendalam, maka kita tidak akan salah jalan,” kata Pan Ming-shui, relawan Tzu Chi Afrika Selatan.
“Kami sangat bersyukur kepada Master Cheng Yen. Kami akan terus bekerja keras untuk menerapkan filosofi Tzu Chi. Ini merupakan harapan bagi Afrika,” ungkap Sibusiso, relawan Tzu Chi Eswatini
Lihatlah, bagaimana kita menggunakan metode terampil untuk menyebarkan Dharma pada zaman sekarang. Umat perumah tangga ada kelebihannya. Mereka dapat berkeluarga sambil belajar ajaran Buddha. Contohnya sekelompok relawan Tzu Chi, Bapak James Huang dan Bapak Trinh Leng dari Prancis yang melatih diri bersama istri mereka serta relawan Tzu Chi lainnya dari Eropa yang kembali ke Griya Jing Si untuk melaporkan bantuan bencana di Portugal.
Pada tahun 2017, terjadi kebakaran hutan besar di Portugal. Insan Tzu Chi dari beberapa negara berkumpul bersama untuk pergi memberikan bantuan bencana. Mereka mulai melakukan survei pascabencana pada tahun 2017 dan mengadakan pembagian bantuan pada tahun lalu.
Berhubung area yang terkena dampak bencana sangat luas, mereka harus melakukan perjalanan jauh dan tidak praktis. Ini adalah pembagian bantuan untuk ketiga kalinya. Setelah pembagian bantuan kali ini, mereka kembali ke Griya Jing Si untuk melaporkan pembagian bantuan bencana di Portugal dan bagaimana para relawan bekerja sama dengan harmonis.
Insan Tzu Chi berbagi tentang korban bencana di Portugal yang berasal dari berbagai latar belakang dan bagaimana perasaan mereka. Relawan kita bahkan berinteraksi dengan warga lokal dan membimbing mereka menjadi relawan. Di antara mereka, ada yang berusia lanjut. Mereka sangat senang ketika mendengar tentang "bank usia". Bagi yang berusia lanjut, mereka dapat menabung 50 tahun di "bank usia".
“Saya sangat senang bertemu dengan kalian semua. Mengenai sumbangsih saya sebagai relawan, hanya itu yang bisa saya lakukan. Itu bukanlah tugas yang rumit. Jika kalian membutuhkan saya untuk menerjemahkan atau menjalankan tugas administrasi, saya sangat bersedia meluangkan waktu untuk melakukannya,” tutur Maria, relawan.
Seorang relawan lokal berkata dengan gembira, “Saya baru berusia 20 tahun. Saya menjalankan Tzu Chi dengan sangat gembira. Saya masih sangat muda serta sangat senang menjalankan Tzu Chi dan menjadi relawan Tzu Chi.” Itulah seorang lansia yang menjadi relawan lokal.
Di sana juga ada relawan lokal muda yang mendedikasikan diri mereka sejak relawan Tzu Chi mulai melakukan survei pascabencana hingga membagikan bantuan di Portugal. Ada seorang murid SMA yang akan mengikuti ujian masuk universitas datang membantu untuk menjadi penerjemah bahasa Inggris dengan sepenuh hati. Ada juga seorang murid sekolah menengah yang menguasai sedikit bahasa Inggris. Murid ini memberi tahu relawan kita bahwa akibat kebakaran besar ini, ada satu tempat yang kondisinya sangat memprihatinkan. Di sana, banyak warga yang membutuhkan bantuan. Jadi, berdasarkan petunjuk murid ini, insan Tzu Chi pergi menjangkau orang yang membutuhkan.
“Berkat bantuan dan penghiburan kalian, di dalam air mata saya mengandung sukacita. Saya juga memberi tahu putri saya bagaimana rasa haru saya,” kata Andreia Margarida Santos, warga.
“Saya melupakan segalanya. Saya hanya berkonsentrasi untuk menolong orang-orang. Ketika para warga tersenyum pada saya, itu adalah imbalan yang terbaik bagi saya. Itu adalah salah satu perasaan yang sangat luar biasa di dunia ini,” jelas Tiago, relawan.
“Saya ingin sekali lagi mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Tzu Chi atas pembagian bantuan sekaligus bingkisan cinta kasih kalian yang mengandung semangat kemanusiaan yang berbeda dan pantas direnungkan,” ungkap Paulo Ferreira, Walikota Oliveira
“Meski agama Katolik dan Buddha adalah keyakinan yang berbeda, tetapi saya ingin mengatakan bahwa ada kalian sungguh menyenangkan,” imbuh Clara, pegawai Pemerintah Kota Oliveira.
Insan Tzu Chi menebarkan benih kebajikan kepada para lansia, anak-anak, dan kaum muda di sana. Umat perumah tangga dapat melakukan banyak perbuatan baik. Jadi, kita harus mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Jika tidak, orang-orang yang terkena dampak bencana tidak ada hubungan dengan relawan kita, mengapa relawan kita harus bersusah payah melakukan perjalanan lintas negara untuk menyalurkan bantuan bencana?
Relawan kita harus menghabiskan banyak uang untuk membeli tiket pesawat pulang pergi. Mereka harus menghadapi panasnya musim panas dan dinginnya musim dingin. Relawan kita bukan pergi untuk berwisata dan sering kali harus berpacu dengan waktu. Ketika tiba di daerah yang terkena dampak, apakah relawan kita dapat berkomunikasi dengan mereka yang terkena dampak bencana?
Relawan kita bahkan tidak tahu tentang itu. Relawan kita hanya tahu bahwa mereka ingin menolong orang karena orang-orang di sana sangat menderita. Umat perumah tangga dapat lebih leluasa menolong orang. Sebagai umat perumah tangga, mereka bisa mengunjungi institusi apa pun untuk meminta dukungan dengan leluasa. Jadi, umat perumah tangga dapat pergi ke negara yang mayoritas warganya menganut agama Kristen dan Katolik serta berbagi dengan orang-orang di sana tentang ajaran Buddha. Ini sangat tidak mudah.
Singkat kata, baik umat perumah tangga maupun bhiksu-bhiksuni, semuanya bisa menyebarkan ajaran Buddha. Umat perumah tangga lebih leluasa terjun ke tengah masyarakat untuk berbagi pengalaman mereka dan Dharma yang mereka dengar dan Dharma yang mereka dengar dari bhiksu-bhiksuni. Ketika orang mengalami kesulitan, kita datang untuk menolong mereka. Ini adalah kekuatan cinta kasih yang sangat menakjubkan.
Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing untuk menyebarkan Dharma. Jadi, umat perumah tangga lebih leluasa untuk terjun ke masyarakat. Mereka dapat berinteraksi dengan banyak orang. Jadi, umat perumah tangga lebih leluasa untuk berbagi Dharma di tengah masyarakat serta membimbing orang-orang menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Inilah cara umat perumah tangga melatih diri.
Kita mempraktikkan Dharma di dunia untuk mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Umat perumah tangga bertekad untuk mempraktikkan ajaran Buddha. Jika memiliki usaha, mereka akan tahu memanfaatkan sumber daya dan potensi mereka untuk membantu orang. Mereka mengambil sumber daya dari masyarakat dan berkontribusi kembali bagi masyarakat. Mereka memiliki potensi untuk menyebarkan ajaran kebenaran di mana pun sehingga bisa membimbing orang-orang untuk menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Inilah Dharma.
Meskipun kita berurusan dengan hal-hal duniawi, tetapi terkandung Dharma di dalamnya. Jika kita bisa menerapkan Dharma dalam keseharian, kita akan dapat menemukan cara untuk masuk ke Jalan Bodhisatwa dan mazhab Tzu Chi. Semua orang harus bersungguh hati mendengarkan ini.
Membimbing semua makhluk dengan praktik Bodhisatwa
Menempuh perjalanan jauh untuk memberi bantuan bencana di Portugal
Berbagi pengalaman dengan penuh sukacita untuk mendukung pencapaian orang-orang
Mempraktikkan Enam Paramita dengan tekad yang teguh
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 7 April 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 9 April 2019
Editor: Metta Wulandari