Ceramah Master Cheng Yen: Berbagi Tentang Tzu Chi dan Mewariskan Cinta Kasih
Saya mendengar bahwa dari sekitar 1.800 anggota Tzu Cheng dan komite di Hsinchu, ada 300 orang yang kembali untuk mengikuti pelatihan. Di ladang pelatihan seperti Griya Jing Si, selain menyesuaikan diri dengan lingkungan, kalian juga mencari arah pelatihan kalian. Bodhisatwa sekalian, selama 3 hari ini, kalian lebih banyak bergerak daripada duduk diam. Kalian kembali ke rumah bersama ini dan membantu merapikan rumah. Dedikasi kalian semua telah meringankan beban para bhiksuni di Griya Jing Si.
Berhubung rumah bersama kita ini sungguh sangat besar, selama ini, para bhiksuni sangat bekerja keras. Jadi, kalian bisa kembali untuk mengikuti pelatihan dan bersumbangsih, ini merupakan persembahan terbesar bagi saya. Kalian sungguh telah meringankan beban para bhiksuni dan mendukung Griya Jing Si menjadi sandaran Tzu Chi.
Griya Jing Si juga merupakan rumah bersama keluarga besar Tzu Chi. Karena itulah, banyak relawan yang kembali untuk membantu di Griya Jing Si. Banyak relawan yang kembali sehingga terhimpun kekuatan besar. Saya juga berharap setelah pulang ke rumah masing-masing, setiap relawan dapat berbagi kebaikan dengan orang lain. Jadi, setelah mendengar Dharma, kita juga menyebarkan dan mewariskannya. Dalam ceramah pagi setiap hari, saya sering mengulas tentang mendengar, menyebarkan, dan mewariskan Dharma.
Bodhisatwa sekalian, pada zaman sekarang, kita harus menghargai jalinan jodoh. Pada tahun Tzu Chi didirikan, ada banyak orang yang kini merupakan relawan senior mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk membantu saya membangun Empat Misi Tzu Chi. Berhubung Empat Misi Tzu Chi dibangun di tengah keterbatasan tenaga dan ekonomi, kita sangat bersungguh hati dan bekerja keras. Para relawan kita sangat bekerja keras.
Kini saya tengah membabarkan bagian kedua Sutra Bunga Teratai. Sutra Bunga Teratai terdiri atas dua bagian. Pada bagian pertama, Buddha menggunakan metode terampil untuk membimbing orang-orang. Karena itu, terdapat banyak kisah dalam bagian pertama, antara lain perumpamaan rumah yang terbakar, perumpamaan anak miskin, dan lain-lain. Dengan kisah-kisah tersebut, Buddha membimbing orang-orang.
Berhubung ada banyak fenomena di dunia ini, maka Buddha membimbing orang-orang sesuai kondisi. Pada bagian kedua, Buddha mulai mengajarkan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa harus membangun tekad agung. Ini bagai menabur sebutir benih di dalam ladang batin. Hakikat kebuddhaan setiap orang selalu ada. Hanya saja, ia terkubur sangat dalam di dalam ladang batin kita.
Melihat para relawan senior kembali, saya sangat gembira. Terlebih, belakangan, saya juga melihat relawan muda yang dahulu merupakan anggota Tzu Ching. Kini, dengan hati yang tidak berubah, mereka kembali untuk dilantik. Saat berada di hadapan saya, mereka berkata, “Master, hati kami tidak berubah.” Benar, mereka tidak berubah. Meski telah lulus, berkeluarga, dan meniti karier, mereka tetap menyebarkan semangat dan filosofi Tzu Chi di tengah masyarakat.
Setelah berkeluarga, mereka tetap mendedikasikan diri di Tzu Chi dan kembali untuk dilantik. Kini ada banyak di antara mereka yang mengemban tanggung jawab sebagai fungsionaris. Saya sangat tenang dan gembira melihatnya. Pembawa acara kita yang sangat humoris dan ramah juga berawal dari seorang Tzu Ching.
Dia berkata, “Kami semua masih muda. Rata-rata usia kami hanya 30-an tahun. Ada banyak relawan senior yang hanya berusia 30-an tahun.” “Bibi ini baru berusia 37 tahun.” Sungguh, di hadapan saya, sering ada relawan lansia yang berkata bahwa mereka baru berusia paruh baya. Mereka berkata bahwa mereka baru berusia 47 atau 48 tahun dan masih muda.
Sungguh, mereka bagai berusia 40-an tahun. Apakah mereka masih muda? (Ya) Mereka bukan kaum muda, melainkan kaum paruh baya. Mereka masih sangat kuat dan kaya pengalaman di masyarakat. Ini adalah waktu yang paling tepat untuk bersumbangsih. Sesungguhnya, saya setiap hari mengingatkan diri sendiri bahwa saya baru berusia 30-an tahun.
Dahulu, bagaimana kita membangun semangat dan filosofi Tzu Chi? Saat itu, kita berada dalam kondisi serba sulit. Lebih dari 50 tahun yang lalu, kita bersusah payah untuk menjalankan Tzu Chi. Dengan semangat yang teguh dan tanpa takut bekerja keras, kita terus menjalankan misi amal sehingga bisa menjalin jodoh dengan banyak orang.
Banyak kisah yang ingin saya bagikan karena ada banyak kenangan yang muncul dalam benak saya, tetapi detik demi detik terus berlalu. Seiring berlalunya waktu, usia kehidupan kita juga berkurang. Bagaikan ikan yang kekurangan air, apa kebahagiaan yang diperoleh? Namun, mengingat bahwa kita telah menapaki Jalan Tzu Chi dengan mantap, saya sangat gembira. Saya yakin bahwa kalian semua telah menapaki Jalan Tzu Chi dengan mantap.
Setelah meninggalkan jejak langkah, saya yakin kalian juga dipenuhi sukacita, benar tidak? (Benar) Ini merupakan Bhumi Sukacita. Saya mendoakan kalian semua. Semoga kalian bisa melangkah dengan mantap menuju Bhumi Sukacita, yakni Bhumi pertama dari Sepuluh Bhumi Bodhisatwa. Saya berharap setiap orang dapat menggenggam setiap waktu untuk berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui.
Lima ratus relawan yang bekerja sama bagaikan satu Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu. Seribu relawan yang bekerja sama bagaikan dua Bodhisatwa Avalokitesvara Berlengan dan Bermata Seribu. Jadi, kalian harus mengingat pesan saya. Genggamlah setiap waktu untuk berbagi tentang Tzu Chi dengan orang yang ditemui. Dahulu, dengan semangat seperti inilah para relawan senior mendukung saya membangun Empat Misi Tzu Chi.
Buddha
menggunakan metode terampil untuk membimbing orang-orang
Mewariskan
tradisi Jing Si dan melangkah dengan mantap
Menggenggam
setiap waktu untuk mencapai Bhumi Sukacita
Berbagi
tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang ditemui
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 11 April 2019
Sumber: Lentera
Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan
tanggal 13 April 2019