Ceramah Master Cheng Yen: Berbakti kepada Orang Tua dengan Hati yang Murni

Melihat ketidakselarasan iklim, setiap orang hendaknya memiliki kesadaran. Akibat ketidakselarasan pikiran manusia, kondisi iklim menjadi tidak selaras. Perubahan iklim yang ekstrem telah mendatangkan ancaman besar bagi kehidupan manusia. Selama beberapa waktu dalam rangka Cengbeng (bersembahyang atau ziarah kubur leluhur -red), kita setiap hari melihat kemacetan lalu lintas. Kendaraan-kendaraan itu menciptakan karbondioksida dalam jumlah besar. Selain itu, saat berziarah ke permakaman, banyak yang membakar kertas sembahyang. Pembakaran kertas sembahyang ini juga menciptakan banyak karbondioksida yang dapat menimbulkan polusi udara. Polusi udara tidak baik untuk kesehatan manusia, seperti sistem pernapasan. Terlebih, polusi udara juga membawa dampak besar bagi perubahan iklim. Berziarah ke permakaman untuk menghormati dan mengenang leluhur tentu sangat baik, tetapi tidak harus membakar kertas sembahyang. Kini pemerintah juga mengimbau warga untuk mengurangi pembakaran kertas sembahyang. Sesungguhnya, kita hendaknya mengimbau warga untuk tidak membakar kertas sembahyang. Membakar kertas sembahyang hanya untuk menenangkan hati.

Lihatlah berbagai negara yang warganya tak membakar kertas sembahyang. Cobalah bertanya kepada orang terkaya di seluruh dunia apakah dia membakar kertas sembahyang. Dia mungkin tidak melakukannya. Singkat kata, membakar kertas sembahyang hanyalah sebuah tradisi. Buddha mengajari kita untuk berbakti dan berbuat baik dengan hati yang tulus. Dengan memiliki rasa bakti, saat orang tua kita masih hidup, kita akan menuruti harapan mereka dan merawat mereka dengan baik sehingga saat berusia lanjut, mereka dapat hidup aman, tenang, dan penuh sukacita. Inilah wujud rasa bakti terhadap orang tua. Saat orang tua sudah tiada, kita hendaknya memanfaatkan tubuh yang diberikan oleh orang tua kita ini untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Inilah wujud balas budi dan rasa bakti terbesar terhadap orang tua.

Tekad untuk Berbakti

Kita bisa melihat relawan Yan yang merupakan teladan terbaik. “Awalnya, saya bekerja di sebuah perusahaan komputer di Taipei. Saya pulang ke Tainan karena kesehatan ayah saya tidak baik. Saya pulang ke Tainan karena kesehatan ayah saya tidak baik. Saya memiliki empat adik perempuan. Saya merupakan putra tunggal. Keempat adik saya sudah menikah. Master Cheng Yen berkata bahwa berbakti dan berbuat baik tidak bisa ditunda. Karena itu, saya pulang mendampingi ayah saya. Dua puluh satu tahun yang lalu, saya sudah menyetir mobil daur ulang di Taipei dan turut menyalurkan bantuan internasional. Tanpa jalinan jodoh dengan Tzu Chi, saya tidak mungkin bisa pergi ke wilayah-wilayah terpencil di Korea Utara, Azerbaijan, Qinghai, dan Mongolia Dalam untuk menyalurkan bantuan. Setelah pergi ke berbagai wilayah, saya memutuskan pulang ke kampung halaman saat ibu saya masih hidup. Saya gembira telah pulang ke sini. Master terus berusaha menyucikan hati manusia dan merekrut Bodhisatwa dunia. Meski berada di wilayah pegunungan yang agak terpencil dan banyak anak muda yang pergi keluar kota, tetapi kami tetap berusaha mengajak lebih banyak orang untuk bergabung menjadi anggota Tzu Cheng dan mengikuti kegiatan Tzu Chi,” ucap Yan Sheng-xian, relawan Tzu Chi.

Ibunya masih hidup sehingga dia dapat berbakti kepada ibunya. Selain itu, dia juga mendalami, mewariskan, dan menyebarkan Dharma serta mengikuti semua kegiatan Tzu Chi di Yujing dan Tainan, baik kegiatan daur ulang maupun kegiatan lainnya. Singkat kata, dia menginspirasi banyak relawan di sana dan mengikuti ceramah saya dengan sepenuh hati. Jalinan jodoh antara guru dan murid akan bertahan untuk selamanya. Ini juga merupakan wujud rasa bakti. Rasa baktinya terhadap ibunya, cinta kasihnya terhadap warga, dan dedikasinya dalam kegiatan amal, semuanya pantas dijadikan teladan. Inilah cinta kasih termulia di dunia ini. Dia menggunakan perumpamaan memikul dua bakul beras dengan sebatang pikulan. Benar, dia memikul tanggung jawab untuk berbakti dan berbuat baik. Dia juga menginspirasi orang lain untuk melakukannya.

Kita bisa melihat di Serbia, relawan kita telah memberi bantuan kepada para korban banjir. Relawan kita telah menyurvei dan melakukan pendataan terhadap para korban banjir. Berhubung akan membagikan kupon belanja, kita pun berkomunikasi dengan pimpinan pasar swalayan tentang cara penggunaan kupon belanja. Setelah kupon belanja dibagikan, kita berharap pimpinan pasar swalayan tidak menerima kupon belanja untuk pembelian minuman keras dan rokok. Kupon belanja ini hanya bisa digunakan untuk pembelian barang kebutuhan sehari-hari. Pimpinan pasar swalayan ini tersentuh oleh ketulusan insan Tzu Chi sehingga memberikan diskon dan menyumbangkan kupon belanja. Kekuatan cinta kasih telah menyentuh hati pimpinan pasar swalayan ini. Selain tidak menerima kupon belanja untuk pembelian minuman keras dan rokok, beliau juga mengimbau para korban banjir untuk membeli barang yang benar-benar dibutuhkan saja. Jadi, saat menolong korban bencana, relawan kita juga menciptakan citra yang baik. Penyaluran bantuan bagi pengungsi di sana juga telah berlangsung selama 34 hari. Penyaluran bantuan kita akan berakhir hari ini.

Sebelumnya, para pengungsi setiap hari harus mengonsumsi makanan yang dingin dan menciptakan banyak sampah. Kini kita menyediakan nasi Jing Si bagi mereka. Mereka memahami bahwa setiap butir beras tidak mudah diperoleh dan setiap tetes minyak harus disyukuri. Karena itu, mereka makan dengan gembira dan tidak menyia-nyiakan sebutir nasi pun sehingga tidak menciptakan sampah dapur. Lihatlah, ratusan orang yang sedang makan, tetapi tong sampah hampir kosong, hanya terdapat sedikit sampah di dalamnya. Singkat kata, insan Tzu Chi menggunakan cinta kasih untuk menginspirasi mereka. Penyaluran bantuan Tzu Chi di Serbia telah berakhir dengan sempurna. Relawan kita menyerahkan barang bantuan kepada Komisi Penanganan Pengungsi dan warga setempat agar mereka dapat menggantikan kita untuk bersumbangsih bagi para pengungsi. Sewaktu-waktu, insan Tzu Chi akan kembali ke Serbia untuk mengunjungi relawan lokal yang telah membangkitkan tekad yang bagaikan benih yang telah bertunas.

Kita berharap seiring berjalannya waktu, mereka dapat membentuk hutan Bodhi dan membentangkan Jalan Bodhi di sana. Inilah yang sangat saya harapkan. Jadi, kekuatan cinta kasih dapat menenteramkan dunia dan menenangkan pikiran manusia. Jika pikiran manusia tenang, maka dunia pasti aman dan tenteram. Saya sungguh bersyukur insan Tzu Chi di Eropa dapat menuntaskan misi mereka selama 34 hari ini. Saya sangat bersyukur. 

Mengurangi polusi udara dan menjaga kebersihan mulai dari sumbernya

Menghormati dan mengenang leluhur serta berbakti kepada orang tua

Memberi bantuan dengan ketulusan kasih sayang demi menenteramkan hidup manusia

Membimbing orang-orang menapaki Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 April 2016

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 06 April 2016
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -