Ceramah Master Cheng Yen: Berbuat Baik Bersama dengan Cinta Kasih Tak Terhingga


“Gerakan ‘Toko Cinta Kasih’ sama-sama bermanfaat bagi pemilik toko dan kita. Dari informasi tentang Tzu Chi yang ada di toko-toko, para pelanggan dapat lebih memahami Tzu Chi sehingga donatur kita makin banyak. Jika pelanggan bertanya, pemilik toko akan memiliki kesempatan untuk memperkenalkan Tzu Chi pada mereka,”
kata Liang An-shun relawan Tzu Chi.

“Logo cinta kasih kita juga membangun citra positif bagi toko-toko. Jadi, praktik celengan bambu yang semula hanya dilakukan di rumah masing-masing, kini dikembangkan ke toko-toko agar jangkauannya makin luas. Ini sama dengan mengajak orang-orang berbuat baik bersama. Dalam waktu tiga bulan, sudah ada lebih dari 400 toko yang berpartisipasi,” pungkas Liang An-shun.

“Kita membawa berkah dan cinta kasih ke toko-toko dan berbagi kebajikan dengan para pemilik toko. Saya merasa bahwa saat seseorang mendonasikan satu dolar NT, dia akan membangkitkan sebersit niat baik. Karena itu, saya aktif mengajak para pemilik toko berpartisipasi,” kata Shi Shu-yin Relawan Tzu Chi.

“Ada seorang pemilik toko yang berkata pada saya bahwa celengan kita terlalu kecil. Karena itu, beliau merancang dan membuat celengan sendiri. Agar orang-orang dapat langsung melihat celengan dan logo cinta kasih kita begitu masuk toko, kita menginspirasi hampir 50 toko dalam sebulan. Kita pun telah menerima isi celengan dari 23 toko,” pungkas Shi Shu-yin.

Saya sangat bersyukur dan tersentuh. Kalian begitu bersungguh hati. Kalian berkunjung ke toko-toko untuk memperkenalkan Tzu Chi dan menginspirasi para pemilik toko. Yang terpenting, kalian menyebarkan Dharma dengan membagikan betapa banyaknya hal-hal yang telah Tzu Chi lakukan.


Tzu Chi berawal dari Taiwan. Kini, Tzu Chi telah menjangkau berbagai negara di seluruh dunia. Tzu Chi telah meninggalkan jejak bantuan kemanusiaan di lebih dari seratus negara. Ini sudah lebih dari setengah jumlah negara di dunia. Kalian yang kini ada di hadapan saya mungkin pernah menyalurkan bantuan ke luar negeri. Mari kita menginventarisasi kehidupan kita.

Dalam perjalanan hidup kita, kita tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, kalian telah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Kita semua memiliki jiwa kebijaksanaan. Jika tidak bergabung dengan Tzu Chi, jiwa kebijaksanaan kalian tidak akan bertumbuh. Kalian mungkin masih sibuk mengejar ketenaran dan keuntungan.

Di Tzu Chi, kita tidak mengejar ketenaran dan keuntungan, melainkan bersumbangsih tanpa pamrih, bahkan mengucap syukur kepada penerima bantuan. Demikianlah orang yang bijaksana. Orang yang bijaksana menggenggam jalinan jodoh untuk menciptakan berkah bagi dunia. Jadi, kita membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Dengan demikian, kehidupan kita akan bernilai.

Saya terus memikirkan apa yang kalian lakukan dahulu, bagaimana kalian mengenal Tzu Chi, dan mengapa kalian bertekad untuk bergabung dengan Tzu Chi. Kalian sudah sangat senior. Ada yang sudah bersumbangsih 20 hingga 30 tahun.

Tzu Chi telah berbuat banyak demi Taiwan. Contohnya, Proyek Harapan pascagempa 921. Siapa yang turut berpartisipasi saat itu? Kalian sudah sangat senior. Saat itu, kalian tinggal di lokasi konstruksi selama satu hingga dua bulan. Teringat akan saat itu, saya sungguh merasa bahwa kalian bukan manusia biasa, melainkan Bodhisatwa.

Setiap orang bersumbangsih tanpa pamrih. Kita menjalankan Proyek Harapan saat itu bukan karena saya memiliki dana. Dana itu ada dalam saku orang-orang. Orang-orang tersentuh dan terinspirasi untuk bersumbangsih dengan cinta kasih. Saya merasa khawatir saat itu, tetapi ada banyak Bodhisatwa yang bermunculan. Ada pula relawan yang kembali dari luar negeri.


Kondisi saat itu bagai persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar. Intinya, Bodhisatwa sekalian, berhubung kita memiliki jalinan jodoh baik, maka begitu saya menyerukan sesuatu, kalian langsung meresponsnya. Di Taiwan saja, kita telah membantu pembangunan begitu banyak sekolah. Bayangkanlah, jika saat itu kita tidak segera menjalankan Proyek Harapan untuk membangun kembali gedung sekolah, entah berapa lama pendidikan anak akan tertunda.

Jika kualitas pendidikan menurun, dampak bagi anak-anak akan sangat besar. Karena itulah, kita memutuskan untuk membantu pembangunan kembali gedung sekolah. Saat itu, saya berkata bahwa saya tidak memiliki dana. Namun, saya yakin bahwa diri sendiri tidak memiliki pamrih dan setiap orang memiliki cinta kasih. Di manakah dana pembangunan kita? Dalam saku orang-orang.

Saya sangat bersyukur sejak saat itu, cinta kasih bagai air sumur yang terus terpancar. Asalkan kita bersungguh hati menggali sumur dan menemukan mata air, maka air akan terus terpancar. Asalkan kita berhati-hati, maka tidak akan ada setetes air pun yang disia-siakan. Setiap tetes air akan digunakan untuk membasahi tanah yang kering. Tzu Chi telah melakukannya.

Kita telah menciptakan berkah di Taiwan. Karena itu, saat orang berkata bahwa Taiwan tenteram, saya selalu menjawab, "Kita harus bersyukur. Setiap orang menciptakan berkah sehingga Taiwan bisa dipenuhi berkah."

Pascatopan Morakot, kita juga membangun Perumahan Cinta Kasih di Kaohsiung dan Pingtung. Apa yang memberi kita kekuatan untuk memberikan bantuan seperti itu? Ini sungguh tidak terbayangkan. Ini berkat cinta kasih orang banyak. Cinta kasih dalam hati setiap orang bagaikan tetes demi tetes air sumur. Dalam hati setiap orang, terdapat mata air cinta kasih yang terus memancarkan cinta kasih yang tidak ada habisnya.


Di kehidupan sekarang, kita harus terus membangkitkan cinta kasih untuk menciptakan berkah. Jika kita tidak menciptakan berkah, kehidupan kita akan berlalu sia-sia. Waktu pun akan berlalu begitu saja dan kita tidak memperoleh pencapaian apa pun. Saat kita diminta untuk menginventarisasi nilai kehidupan kita, kita tidak bisa menyampaikan apa-apa selain bagaimana kita menghasilkan uang, membesarkan anak cucu, dan mengembangkan karier. Hanya itu yang bisa kita katakan.

Namun, sebagai insan Tzu Chi, kita bisa berbagi bagaimana kita berpartisipasi dalam proyek tertentu dan bagaimana kita bersumbangsih. Jadi, dengan bersumbangsih bagi masyarakat, kita telah mengukir sejarah dalam kehidupan kita. Kita telah mewujudkan berbagai hal yang ingin kita lakukan. Kita telah membuktikan bahwa diri sendiri tidak memiliki pamrih dan setiap orang memiliki cinta kasih. Kita selalu demikian.

Saudara sekalian, setelah membangun tekad dan ikrar, janganlah kalian melupakannya. Saya bagaikan seekor semut yang berpacu dengan waktu untuk mencapai puncak Gunung Sumeru, gunung tertinggi di Bumi. Saya masih harus melangkah maju. Intinya, kita harus memanfaatkan waktu dan stamina kita dengan baik. Yang terpenting, kita harus terus menjalankan tekad kita. Untuk itu, kita harus memiliki tubuh yang sehat dan terus beraktivitas. Jangan mencari alasan untuk beristirahat. Jangan demikian.

Kita hendaknya beraktivitas dalam batas aman. Dengan demikian, kita akan tenteram dan sehat. Mari kita membagikan hal ini dengan orang-orang.   

Menggalang hati dan niat baik dengan praktik celengan bambu
Membangkitkan cinta kasih untuk menciptakan berkah dan mengembangkan kebijaksanaan
Yakin bahwa diri sendiri tidak memiliki pamrih dan setiap orang memiliki cinta kasih
Bekerja keras untuk mendaki Gunung Sumeru                        
                           
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 18 Maret 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 20 Maret 2023
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -