Ceramah Master Cheng Yen: Berbuat Baik dan Menyucikan Hati untuk Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan
Suatu pagi Afen mengunjungi tempat daur ulang yang biasa dilakukan oleh nenek A-mian. “Lihat. Melihat kantong plastik dan barang daur ulang, kita tahu bahwa nenek pasti tinggal di sini. Nenek, saya ke sini untuk melakukan daur ulang bersama Nenek, mengapa Nenek malah menutup pintu?”, tanya Afen kepada nenek A-mian yang hendak menutup pintu. ”Saya mau pergi ke Wufenpu,” ujar nenek A-mian.
”Lihat, nenek sangat cekatan,” ujar Afen melihat nenek yang bergerak cepat menghampiri setiap toko dan mengambil barang daur ulang.
”Terima kasih. Semoga keluarga kalian memiliki anak cucu yang terhormat,” ucap Nenek A-mian kepada para dontur daur ulang yang telah memberikan barang daur.
“Keluarkan untuk dipilah. Keluarkan,” ujar nenek A-mian kepada Afen. “ Nenek, ini semua mau dimasukkan ke dalam?” tanya Afen.
“Jangan masukkan yang kotor. Harus dipilah terlebih dahulu.Ini tidak bisa,” ucap Nenek A-mian menjelaskan.
”Apa yang sedang Nenek pilah? Nenek ajarkan saya,” tutur Afen.
”Pisahkan yang tidak dapat didaur ulang.Dengan begitu, baru orang tidak perlu memilahnya sekali lagi. Posko daur ulang Ying-ren sangat kecil, tidak muat untuk menyimpan sampah lagi. A-fen, kamu yang memotong ini. Saya pergi menarik dus lagi,” ucap nenek A-mian sambil melangkah pergi ke tempat berikutnya.
”Saya pergi menarik bersamamu, Nek. Nenek tidak berhenti melakukan daur ulang. Nenek sudah pergi jauh. Apa yang harus kita lakukan? Nenek, tunggu sebentar. Nenek, di sini masih ada banyak barang,” terang Afen kepada nenek A-mian.
”Masih ada sangat banyak,” jelas nenek.
”Apakah semua ini dapat dimuat?” tanya Afen.
”Tidak apa-apa. Kita bagi menjadi dua,” jelas nenek.
Relawan daur ulang kita sungguh luar biasa. Meski sudah berusia lebih dari 80 tahun, dia tetap sangat cekatan. Lihatlah, bahkan A-fen bahkan kesulitan mengejarnya. Dia berjalan dengan cepat untuk memasuki gang-gang. Di dalam gang-gang itu, dia bergerak dengan cepat. A-fen terus memegangnya agar tidak tersesat di keramaian. Dia memiliki pikiran yang jernih dan gerakan yang cekatan. Melihat semua itu, saya merasa relawan lansia kita, A-mian, sungguh menggemaskan. Dia memiliki tekad teguh untuk melakukan daur ulang. Dia juga memiliki iktikad yang baik.
”Di sini juga ada,” ucap Afen.
”Itu bukan punya kita. Itu dikumpulkan oleh orang lain,” terang nenek.
“Nenek bilang dus itu bukan milik kita. Nenek hanya mengumpulkan kantong plastik yang ada di sini. Jadi, nenek memisahkannya dengan jelas. Beliau hanya mengumpulkan barang daur ulang yang tidak diinginkan orang lain.
Contohnya ada beberapa dus yang bukan milik kita. Tidak boleh mengambilnya karena itu punya orang lain,” terang Afen.
”Itu bukan. Dusnya bukan,” terang nenek sambil memungut barang daur ulang.
Beliau tidak mengambil barang daur ulang yang dikumpulkan oleh orang lain. Lihatlah, beliau sungguh beritikad baik. Beliau adalah teladan bagi kita. Beliau mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan untuk menjadi teladan bagi sesama.
Lihatlah, beliau melakukan daur ulang dari subuh hingga malam. Sebagai anggota komite, beliau juga mengumpulkan dana amal, berinteraksi dengan para donatur, dan melakukan daur ulang. Beliau juga merupakan anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Beliau terus bersumbangsih tanpa memiliki pamrih. Entah bagaimana saya membalas budinya.
Jodoh kami terjalin dari kehidupan ke kehidupan. Lihatlah, tangan dan kakinya sangat cekatan karena beliau selalu sangat aktif. Untuk hidup sehat, kita harus aktif. Kita harus meneladani lansia ini agar memiliki fisik dan batin yang sehat. Demikianlah cara beliau menjalani hidup.
Lansia tidak membawa masalah bagi masyarakat. Mereka adalah permata bagi masyarakat. “Pascagempa tanggal 21 September 1999, saya sudah mulai melakukannya. Master Cheng Yen berkata bahwa bencana begitu besar, setiap orang harus membangun ikrar luhur. Saya lalu berpikir untuk melakukan daur ulang. Saya terus melakukannya tanpa berhenti. Apa pun kegiatan yang digelar Tzu Chi, saya selalu ikut serta. Saya tidak pernah absen sekali pun. Kehidupan manusia tidaklah kekal.Master berkata bahwa tiada waktu lagi.Karena itu, saya berusaha segenap hati dan tenaga untuk bersumbangsih. Jika tidak,waktu saya sudah tidak banyak,” ujar nenek A-mian.
Buddha terus mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan. Di tengah dunia yang dipenuhi Lima Kekeruhan ini, bencana terjadi silih berganti. Tiga Bencana Besar dan Tiga Bencana Kecil terus terjadi tanpa henti. Melihat ketidakselarasan empat unsur, kita harus sadar. Kita sungguh harus membangkitkan kesadaran dan berintrospeksi. Kita harus menyucikan hati serta membangkitkan cinta kasih dan welas asih di dalam hati.
Pada dasarnya sifat hakiki manusia adalah bajik. Kebajikan ini sangat murni dan tidak ternodai sedikit pun. Hakikat Kebuddhaan ini dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, kita harus membangkitkannya. Kita dapat melihat sebuah keluarga di Jiangsu, Tiongkok. Seorang ayah penderita uremia harus membesarkan dua putranya. Putra sulungnya menderita keterbelakangan mental dan menderita epilepsi sehingga perlu dijaga.
Akibat kondisi penyakit yang sudah sangat serius, sang ayah bahkan tidak dapat memanen stroberi dari lahan yang dia sewa dari orang lain. Karena itu, relawan Tzu Chi mulai bergerak dan mengajak relawan lain via internet untuk membantu keluarga ini memanen stroberi sekaligus menjualnya.
Begitu pula dengan di Orange County, Amerika Serikat. Relawan Tzu Chi mengadakan baksos untuk memberikan pelayanan pengobatan Tiongkok dan Barat. Mereka juga memiliki mobil pelayanan kesehatan. Setiap tahun, relawan di AS selalu mengadakan baksos kesehatan. Kita dapat melihat banyak orang yang datang ke baksos kesehatan kita. Para warga kurang mampu dari wilayah pedesaan dapat menerima pelayanan medis dan bantuan obat-obatan. Ini juga merupakan kisah yang penuh kehangatan.
Kita juga melihat di Malaysia, ada sepasang suami-istri yang berusia lebih dari 70 tahun. Sang istri menderita keterbelakangan mental dan sang suami menderita gangguan mental ringan. Karena itu, sejak tahun 2009, relawan Tzu Chi memasukkan pasangan ini sebagai pasien penerima bantuan Tzu Chi. Secara rutin, relawan Tzu Chi mencurahkan perhatian dan membantu mereka membersihkan rumah. Relawan kita juga mengajari suami-istri itu cara membersihkan rumah. Setiap hari, relawan Tzu Chi mengantarkan makanan untuk mereka. Ini sungguh tidak mudah. Mereka memperhatikan pasangan lansia itu bagai keluarga sendiri. Mereka telah melakukannya selama 8 tahun tanpa berhenti sehari pun. Mereka terus menerus memperhatikan pasangan lansia itu.
Di Taiwan juga ada seorang relawan bernama Liao Mei-miao yang sudah berusia 60 tahun. Pascagempa 21 September 1999, dia melihat relawan Tzu Chi menyediakan makanan hangat bagi para korban. Sejak saat itu, dia terus mengantarkan makanan untuk lansia. Ini juga hal yang sangat mengagumkan. “Nenek, saya sudah antar makanannya,” ujar Liao Mei-miao sambil masuk ke dalam rumah. Nenek yang selalu dikunjungi pun berujar, ” Saya selalu membuka pintu untuk menunggunya mengantarkan makanan. Dia sangat sopan. Dia selalu berkata, Makanlah selagi hangat,” ucap nenek dengan haru.
Sungguh, waktu dapat mendukung pencapaian pelatihan diri kita. Hanya dengan waktu, kita dapat membuka pikiran dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, kita harus menggunakan kehidupan kita untuk mengembangkan jiwa kebijaksanaan. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Seiring berlalunya waktu, usia kehidupan kita juga berkurang. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu dengan baik untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Bodhisatwa daur ulang membangun teladan nyata
Membantu pasien penerima bantuan memanen dan menjual stroberi
Mempertahankan cinta kasih dan rutin mengantarkan makanan untuk lansia
Memanfaatkan setiap detik untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 April 2016
Sumber: Lentera Kehidupan
DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 April 2016