Ceramah Master Cheng Yen: Berbuat Baik dengan Sukacita dan Memupuk Pahala Tanpa Batas


Saya tiba di Taoyuan kemarin. Saya duduk dan mulai mendengarkan para relawan berbagi tentang pemberian perhatian kepada sesama saudara se-Dharma. Ada yang mengabarkan bahwa mereka baik-baik saja. Ada juga yang melaporkan kepada saya mengenai saudara se-Dharma yang sudah lanjut usia dan para relawan lainnya secara bergiliran menjaga dan memperhatikannya.

Saya sangat terharu mendengarnya. Dalam hati saya terus berpikir, "Beruntung mereka masuk dan bergabung ke dalam Tzu Chi. Saat anggota keluarga sendiri tak dapat berada di sisi, beruntung ada saudara se-Dharma di komunitas yang memperhatikan mereka dan mengantarkan makanan."

Kadang, saat mereka perlu pergi ke rumah sakit, saudara se-Dharma jugalah yang menjemput dan mendampingi mereka. Saya sungguh terharu atas cinta kasih insan Tzu Chi. Cinta kasih ini adalah cinta kasih agung tanpa ego yang selalu terjaga dalam jangka panjang.

Tahun ini Tzu Chi berusia 55 tahun. Selama 55 tahun ini, banyak orang yang bergabung. Saya pernah mengatakan harap kalian semua menitipkan 50 tahun usia kalian pada saya. Namun, dalam perjalanan kali ini, saya bertemu insan Tzu Chi bijaksana yang berkata, "Master, kini kami bukan hanya mau menitipkan 50 tahun, melainkan ingin menitipkan lagi 20 tahun di bank usia kita."

Lima puluh tahun ditambah dua puluh tahun sama dengan tujuh puluh tahun. Mereka bagai kembali ke usia dua puluhan tahun. Bisa kita lihat bahwa mereka tidak mengaku tua. Ya, di Griya Jing Si saya terus memberi tahu semua orang untuk tidak mengaku tua. Jiwa kebijaksanaan kita tetap abadi. Kita yang sudah lanjut usia harus lebih giat menggenggam waktu yang ada dan tidak menyia-nyiakan waktu sedikit pun.


Dalam kehidupan ini, kita hendaknya lebih banyak melakukan hal yang menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita dan menambah benih kebajikan. Saya pernah berkata bahwa kehidupan kita setiap hari dipengaruhi oleh kesadaran pikiran kita. Kesadaran pikiran kita bersentuhan dengan kondisi luar.

Belakangan ini, kita sering mendengar tentang orang-orang yang sudah berusia lanjut. Meski kondisi fisik mereka masih bugar, tetapi ingatan mereka berkurang. Karena itu, saya terus mengatakan kepada insan Tzu Chi bahwa sel-sel otak harus terus diaktifkan. Caranya ialah kita harus terus melakukan hal yang harus dilakukan.

Dalam kehidupan ini, kita semua harus lebih banyak menghimpun benih kebajikan dan jalinan jodoh baik. Kita dapat mengenal lebih banyak orang dan menjalin jodoh baik dengan mereka. Inilah cara melatih sel otak kita. "Saya mengenal orang baru lagi dan tidak melupakan kenalan lama. Saya bahkan menambah kenalan baru."

Ingatan akan kenalan lama tidak hilang dan yang baru pun bertambah. Dengan demikian, sel otak kita akan terus aktif. Karena itu, meski harus memaksakan diri, saya tetap harus keluar dan melakukan perjalanan.

Saya merasa bahwa saya masih bisa bernapas dan dapat berbicara dengan semua orang. Saya merasa bahwa berbicara dengan semua orang masih bermakna dan berguna karena kalian bersedia mendengarkan ucapan saya. Jika mengingat hal ini, saya tidak berani untuk berhenti.


Pandemi kali ini saya katakan sebagai pelajaran besar. Pandemi ini juga sudah berlangsung lama. Buddha mengingatkan semua makhluk untuk membangkitkan cinta kasih berkesadaran. Kita harus sadar.

Kita harus membangun cinta kasih terhadap semua makhluk. Jangan tenggelam dalam nafsu keinginan atau jalinan perasaan yang egois. Jangan. Kita harus membangun cinta kasih yang tanpa ego. Inilah kehidupan yang sesungguhnya. Jika tidak, kita hanya akan hidup tanpa makna, terus mengejar ketamakan, dan mencari lebih banyak jumlah digit saldo di bank.

Kita berharap angka terdepan dari saldo kita bertambah dari satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, hingga sembilan. Setelah mencapai angka sembilan, kita tetap berharap angka itu terus bertambah sehingga jumlah digitnya bertambah satu. Begitu pula dengan angka nolnya. Kita berharap ia bertambah dari puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, miliaran, bahkan triliunan.

Tahukah kalian aksara Tionghoa "triliun"? Jika aksara "triliun" ini ditambahkan radikal "berjalan", artinya menjadi "kabur". Jadi, aksara Tionghoa "triliun" ditambah radikal "berjalan", menjadi aksara apa? Aksara "kabur" atau "melarikan diri".


Jadi, saya merasa bahwa dalam kehidupan, janganlah kita hanya mengejar angka. Kita harus segera sadar. Kita harus menghargai dan menciptakan berkah. Kita juga harus menghentikan nafsu keinginan kita. Jangan terus mengumbar keinginan yang tiada batas. Jangan terus mengejar keinginan.

Memiliki cukup pakaian untuk dikenakan sudah cukup. Jangan sampai pakaian itu menumpuk bagai gunung. Ini sungguh memprihatinkan. Jadi, saya juga berharap setiap orang dapat memanfaatkan barang-barang yang sudah kita miliki dan tidak membeli barang-barang yang tidak kita perlukan.

Jika ada barang yang tidak dapat digunakan lagi dan hendak dibawa ke depo daur ulang, kita hendaknya lebih dahulu mencuci dan membersihkannya sebelum membawanya ke depo daur ulang. Jika tidak, saya sangat tidak tega melihat para relawan daur ulang kita yang sudah lanjut usia harus berhadapan dengan barang-barang kotor dan perlahan-lahan membersihkan serta memilahnya. Saya sungguh tidak tega.

Namun, mereka melakukannya dengan senang hati. Pahala mereka sungguh tak terhingga.  

Memberikan perhatian kepada saudara se-Dharma dengan cinta kasih
Mempertahankan semangat muda meski berusia lanjut demi menjalin jodoh baik
Bersumbangsih dengan sukacita dan memupuk pahala yang tak terhingga
Menyucikan hati dari nafsu keinginan dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan    
                                                   
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 14 November 2021
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -