Ceramah Master Cheng Yen: Berbuat Baik untuk Menciptakan Lingkaran Cinta Kasih

Pergolakan besar di Suriah mengakibatkan banyak orang mengungsi dari Suriah ke Turki. Arus demi arus pengungsi ini telah menunjukkan penderitaan di dunia. Beruntung, ada Relawan Hu di Turki. Para relawan kita di Turki mendapati anak-anak pengungsi berusia 7 atau 8 tahun yang harus bekerja. Kita merasa tidak sampai hati.

Saya berkata, "Mereka menjadi pekerja pada usia dini, maka akan selamanya seperti itu. Anak-anak hendaklah bersekolah. Dengan bersekolah, barulah mereka memiliki harapan. Jika terus menjadi pekerja anak, mereka akan kehilangan harapan masa depan. Saya berharap suatu hari nanti, mereka dapat kembali ke kampung halaman dan membangun kembali rumah mereka."

Karena itulah, saya meminta para relawan kita untuk menolong anak-anak itu. Jadi, saya sangat bersyukur ada begitu banyak orang yang juga berharap anak-anak itu tidak perlu menjadi pekerja anak demi menafkahi keluarga.


“Saya adalah Abdul. Saya baru lulus dari Sekolah Menahel. Terima kasih atas bimbingan para guru. Saya mengambil program studi obstetri dan ginekologi,” kata Abdul, murid penerima bantuan Tzu Chi.

“Saya adalah Esad. Saya adalah mahasiswa jurusan teknik sipil di Universitas Dumlupinar,” kata Esad, murid penerima bantuan Tzu Chi.

“Di sini, saya belajar untuk berusaha dan tidak putus asa terhadap kenyataan. Di tengah penderitaan, kita juga dapat mengejar impian. Saya akan berusaha untuk meninggalkan jejak langkah saya selangkah demi selangkah hingga saya mampu untuk berkontribusi,” tutur Jude, murid penerima bantuan Tzu Chi.

“Saya sering memikirkan bagaimana membawa manfaat bagi masyarakat dengan bantuan yang Tzu Chi berikan pada saya. Saya selamanya tidak akan lupa untuk menyebarkan kebaikan dengan berbuat baik. Kelak, setiap sumbangsih saya akan mengatasnamakan Tzu Chi agar tercipta lingkaran cinta kasih,” terang Khaled, murid penerima bantuan Tzu Chi.

Relawan Hu dan relawan lainnya di Turki memang penuh cinta kasih. Dalam jangka panjang, mereka mengadakan pembagian bantuan bagi orang-orang yang menderita setiap bulan. Saya bertanya, "Berapa keluarga yang kalian bantu setiap bulan?" Dia berkata, "Lebih dari 6.000 keluarga." Setiap bulan, para relawan di Turki memberikan bantuan kepada lebih dari 6.000 keluarga. Pada saat yang sama, mereka juga menolong anak-anak pengungsi.

 

Saya berkata, "Anak-anak harus bersekolah." Agar anak-anak dapat bersekolah, kita harus menjaga kelangsungan hidup keluarga mereka. Jadi, selain membantu anak-anak agar mereka tidak perlu bekerja dan dapat bersekolah, kita juga harus menjaga kelangsungan hidup keluarga mereka. Saya bersyukur kepada Relawan Hu dan sekelompok relawan di Turki yang mengemban tanggung jawab ini.

Relawan Hu dan insan Tzu Chi Turki lainnya bekerja sama dengan Profesor Cuma untuk mengemban tanggung jawab guna memberikan bantuan setiap bulan kepada orang-orang yang membutuhkan. Selama bertahun-tahun, bantuan ini tidak pernah terputus. Dengan cinta kasih tanpa batas, kita telah menolong orang yang tak terhitung. Relawan kita terus mendampingi anak-anak dari berbagai usia. Kita melihat bahwa mereka juga belajar untuk menyisihkan uang ke dalam celengan bambu.

Pascagempa di Tainan, mereka juga menuangkan isi celengan bambu untuk menolong korban gempa di Tainan, Taiwan. Beberapa tahun lalu,Hualien juga diguncang gempa bumi. Setelah mengetahui hal ini, mereka juga segera menyumbangkan tabungan mereka selama bertahun-tahun. Semua murid di sekolah juga diajak untuk menyisihkan uang ke dalam celengan bambu.

Jadi, selain bersumbangsih sendiri dengan menyumbangkan isi celengan bambu, mereka juga mengajak orang lain melakukannya. Demikianlah anak-anak yang memiliki cinta kasih yang murni dan tanpa pamrih. Jadi, di seluruh dunia, semua orang memiliki cinta kasih yang sama. Penderitaan pun bisa dialami oleh semua orang di seluruh dunia. Kita bisa menjadi orang yang menolong orang yang menderita.

 

“Tzu Chi terus membantu kita tanpa henti. Kita hendaknya menyebarkan cinta kasih ini,” kata Anas Kabbani, Guru Sekolah Menahel.

“Setelah 5 tahun menerima bantuan Tzu Chi, sudah saatnya kami turut menolong orang lain,” kata seorang murid Sekolah Menahel.

“Saya sangat mengasihi kalian. Karena itu, saya memasukkan cinta kasih ke dalam celengan bambu. Saya ingin kembali memberi tahu kalian bahwa saya mengasihi Filipina,” sambung seorang murid Sekolah Menahel.

“Saudara-saudara di Filipina, kalian tidak sendirian. Hati kami yang penuh kedamaian dan cinta kasih selamanya ada bersama kalian,” kata murid Sekolah Menahel lainnya.

Bodhisatwa sekalian, kita yang hidup tenteram hendaklah bersyukur. Ketenteraman ini berasal dari berkah yang kita ciptakan. Karena itulah, kita harus lebih sering mengajak orang-orang untuk berbuat baik dan menciptakan berkah. Pascatopan di Filipina kali ini, banyak orang yang membangun tekad dan membangkitkan kekuatan cinta kasih sehingga saya merasa tenang.

Jadi, saya terus berkata kepada para relawan di garis depan, "Berikanlah bantuan dengan tenang karena ada relawan di seluruh dunia yang mendukung kalian dari belakang." Mereka dapat berfokus menyalurkan bantuan karena ada kita yang mendukung mereka. Jadi, saya sangat bersyukur kepada para Bodhisatwa dunia yang menghimpun tetes demi tetes cinta kasih. Jangan berpikir, "Tzu Chi akan membantu negara lain lagi." Orang yang dapat menolong sesamaadalah orang yang dipenuhi berkah. Bukan sebaliknya.


Singkat kata, kita harus bertekad dan berikrar untuk menyelamatkan makhluk yang menderita. Penderitaan sulit dihindari karena karma buruk kolektif semua makhluk. Perubahan iklim telah terjadi akibat karma buruk kolektif semua makhluk. Saat ini, juga ada wabah penyakit dan banyak negara yang dilanda pergolakan. Peperangan dan pergolakan adalah bencana akibat ulah manusia. Inilah krisis di dunia ini sekarang. Jadi, kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan.

Saya pernah berkata bahwa tenaga manusia tidak mampu menghentikannya. Saat ini, kita hanya bisa menyatukan hati semua orang. Kita harus membangkitkan ketulusan dan cinta kasih untuk menghalau segala bencana. Tanpa cinta kasih, bencana tidak dapat dihalau. Dahulu, kita juga pernah menghalau bencana musim dingin dengan cinta kasih. Dampak bencana saat itu sangatlah serius. Saat itu, saya mengimbau orang-orang di seluruh dunia untuk membangkitkan cinta kasih guna menghalau bencana alam tersebut.

Kini, saya kembali mengimbau orang-orang untuk menghalau segala bencana dengan cinta kasih. Intinya, kekuatan cinta kasih sangatlah besar. Saya bersyukur atas gerakan penuh cinta kasih Bodhisatwa sekalian.

Terus menyebarkan kebaikan dengan berbuat baik
Menciptakan lingkaran cinta kasih yang murni dan tanpa pamrih
Bertekad dan berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk
Lebih banyak menciptakan berkah kala hidup tenteram

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Desember 2020       
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Desember 2020
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -