Ceramah Master Cheng Yen: Berbuat Baik untuk Menghalau Bencana

Kini, iklim tidak menentu. Kita dapat melihat bencana alam kerap terjadi di berbagai negara akibat ketidakselarasan unsur alam. Belakangan ini, di Filipina terjadi beberapa kali gempa dan banjir secara beruntun. Sebelum penyaluran bantuan kita berakhir, Filipina kembali diguncang gempa bumi. Saya berkata kepada relawan Filipina, “Kita masih perlu mencurahkan perhatian dan memberikan bantuan yang benar-benar bermanfaat bagi mereka. Jika kalian kekurangan tenaga, saya dapat meminta bantuan dari para relawan luar negeri.”

Saya juga melihat orang-orang yang menderita karena kebutuhan hidup tidak terpenuhi. Kini, orang yang dilanda kelaparan sudah melebihi 800 juta. Kita bisa melihat anak-anak yang mengalami penderitaan tak terkira. Setiap hari, ada orang yang meninggal dunia karena kelaparan.  Kini, kita juga memiliki masalah lain, yaitu polusi udara. Pasien yang dilarikan ke rumah sakit dan meninggal dunia karena infeksi saluran pernapasan juga semakin banyak. Semua ini terjadi akibat ulah manusia.

Lihatlah kondisi alam. Memandang ke seluruh dunia, ada berbagai tempat yang diselimuti asap. Mengapa begitu? Karena pencemaran lingkungan. Kita dapat melihat Australia yang dilanda kebakaran hutan. Bumi ini telah terluka parah dan udara pun mengalami polusi yang serius. Coba pikirkan, bagaimana tubuh ini tidak sakit? Makrokosmos telah jatuh sakit dan kita tidak punya cukup waktu untuk mencari cara menyelamatkannya.

 

Saat mikrokosmos ini juga jatuh sakit, apa yang harus kita lakukan? Kondisi sangat mendesak dan kita tidak punya cukup waktu. Walau kini kita telah manyadarinya dan ingin melakukan perbaikan, tetapi sudah tidak sempat lagi. Dua staf muda kita  yang menghadiri UNFCCC-COP25 telah kembali ke Taiwan. Mereka melaporkan bahwa konferensi itu dihadiri oleh perwakilan dari hampir 200 negara, tetapi tidak bisa mencapai kesepakatan mengenai cara untuk mencegah bencana terus terjadi dan meredam perubahan iklim.

Negara-negara maju ingin terus mengembangkan perekonomian. Produksi yang tiada henti telah merusak alam. Masalah sampah juga telah menjadi isu global. Kita sering berkata, “Kita harus segera melakukan daur ulang. Jika tidak, akan terlambat.” Ini bukan sekadar slogan. Kita harus bersungguh-sungguh mengimbau orang-orang untuk melakukan daur ulang.

Selain mengeluarkan imbauan, kita juga harus bertindak secara nyata untuk melakukan daur ulang. Ini merupakan tanggung jawab kita semua. Kita juga harus mengajari dan mengimbau semua orang. Sungguh, masa depan bumi kita akan berdampak pada generasi penerus. Kita hidup di atas bumi dan di kolong langit yang sama. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi  generasi kita. Perubahan iklim di Bumi sangat ekstrem. Bagaimana kita mengatasinya? Satu-satunya cara untuk mengatasinya ialah dengan berbuat baik dan menciptakan berkah.

 

Mari kita berbuat baik dan menciptakan berkah bersama. Hanya kebajikanlah yang dapat menghalau bencana. Dengan kebajikan dan tindakan nyata, kita dapat membantu orang-orang yang menderita. Sumbangsih penuh kebajikan akan menghasilkan kekuatan. Sumbangsih penuh kebajikan akan menghasilkan kekuatan. Kebakaran hutan terjadi di mana-mana dan kita sudah tidak mampu memadamkannya. Yang dibutuhkan ialah tetesan air Dharma dan kesungguhan hati. Kita harus membina ketulusan.

Kita berdoa setiap hari, bukan sekadar menyanyikan lagu. “Semoga gema doa yang tulus dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa.” Namun, jika saat menyanyikannya kita malah memikirkan hal lain, berarti kita tidak bersungguh hati dan gema doa kita tidak akan bisa menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa. Sebagai makhluk awam, kita perlu meneladani hati Bodhisatwa dan Buddha. Buddha datang ke dunia ini  dengan satu tujuan mulia, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menjangkau semua makhluk yang menderita.


Buddha tahu bahwa dunia ini penuh penderitaan dan orang-orang yang menderita membutuhkan insan yang berhati mulia dan penuh cinta kasih untuk menolong mereka. Orang-orang yang penuh cinta kasih disebut sebagai Bodhisatwa. Mereka telah mendalami Dharma dan mengerti bahwa nafsu keinginan manusia tiada habisnya. Hidup ini tidak kekal. Berapa pun yang diperoleh, akhirnya meninggal dengan tangan kosong. Semakin banyak yang kita peroleh, semakin kita menderita karena semakin banyak karma yang diciptakan. Bukankah ini yang diajarkan dalam 12 Sebab Musabab yang Saling Bergantungan? Kita harus memahaminya.

Singkat kata, kita harus selalu bersungguh hati. Saat hidup aman dan tenteram, kita harus menggenggam waktu serta membangun tekad dan ikrar. Bukan hanya membangun tekad dan ikrar, kita juga harus menjalankannya. Lakukan saja hal yang benar.

Nafsu keinginan yang tiada habisnya menimbulkan kerusakan bagi bumi
Saat meninggal dunia, tidak ada yang bisa dibawa pergi
Dengan berbuat baik, barulah kita dapat menghalau bencana
Menjalankan ikrar untuk menolong semua makhluk yang menderita

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Desember 2019    
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Desember 2019
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -