Ceramah Master Cheng Yen: Berbuat Kebajikan dan Berdoa demi Keharmonisan Dunia


Saya selalu menonton berita internasional dan melihat banyak orang di seluruh dunia merasa ketakukan dan panik. Akibat kerusuhan sosial yang disebabkan oleh penjarahan, pembunuhan, pembakaran, dan lain-lain, orang-orang tidak bisa hidup dengan tenang. Saya berpikir bahwa jika semua orang dapat mengasihi bumi ini serta mengasihi dan menghargai satu sama lain, dunia ini akan bagaikan surga, tanah suci yang bebas dari pertikaian dan dipenuhi Bodhisatwa dunia.

Ketika suatu negara mengalami kesulitan, saya berharap kita dapat menyalurkan cinta kasih dan bantuan ke sana dengan bebas. Bagi orang yang kurang mampu, didera penyakit, atau mengalami keterbatasan fisik, kita dapat mencurahkan cinta kasih untuk menghibur dan merawat mereka. Hanya ketika kita dapat membantu satu sama lain, barulah kita bisa menciptakan dunia yang indah.

Tidak mungkin dunia ini tidak ada penderitaan, penyakit, atau keterbatasan fisik. Ini sungguh tidak mungkin. Namun, dunia ini bisa menjadi damai dan terbebas dari peperangan. Untuk itu, kita hendaknya menyucikan hati dan pikiran serta mengendalikan ketamakan. Terlebih lagi, jika orang-orang tertentu dapat memberikan perintah gencatan senjata, dunia dapat kembali damai. Tindakan seperti ini dapat menciptakan berkah dan pahala yang tak terhingga. Apakah ini bisa terwujud? Ya, hanya saja tidak tahu kapan. Peperangan benar-benar dapat dihentikan. Namun, kapan sebersit niat ini akan muncul?


Kita harus senantiasa mawas diri dan berdoa dengan tulus agar orang-orang bisa hidup harmonis. Ketika semua orang bisa hidup harmonis, dunia akan aman dan damai. Sebaliknya, jika orang-orang tidak bisa hidup harmonis, dunia akan dipenuhi banyak konflik. Sebenarnya, alam menyediakan sumber daya yang melimpah untuk umat manusia. Semua orang dapat hidup berkecukupan, bahkan orang kurang mampu juga dapat hidup dengan damai dan mengenyangkan perut mereka selama kita bisa saling membantu dengan cinta kasih. Kita akan merasa bahagia dan lebih bekerja keras.

Ketika Bumi terlindungi dari kerusakan, empat unsur alam akan kembali selaras dan dunia menjadi damai. Semua lapisan masyarakat, baik pebisnis, pelajar, maupun pekerja, dapat menjalankan profesinya tanpa rasa khawatir. Para petani juga menggarap ladang mereka dengan tekun. Jadi, ketika semua orang bekerja keras dan menahan diri untuk merusak Bumi atau melakukan pencemaran udara, empat unsur alam bisa kembali selaras serta semua orang juga dapat hidup dengan damai dan harmonis. Bukankah ini yang disebut surga?

Ketika semua orang hidup harmonis dan menumbuhkan cinta kasih di hati, bukankah ini yang disebut Tanah Suci di dunia? Ketika semua orang berbuat baik, membangun ikrar agung, dan bertutur kata baik, bukankah dunia ini dipenuhi Bodhisatwa dunia? Di dunia yang luar biasa seperti ini, sungguh tiada alasan bagi kita untuk saling menyakiti.


Dalam upacara pemandian rupang Buddha setiap tahun, kita dapat melihat semua orang berdoa dengan tulus. Kita bisa melihat para relawan mengadakan upacara pemandian rupang Buddha, baik skala besar maupun kecil, di berbagai wilayah. Bagi para lansia yang tidak bisa bepergian jauh, para relawan akan menggunakan altar bergerak. Mereka menghias truk menjadi altar yang agung, lalu menata rupang Buddha, mangkuk air, dan bunga.

Setelah semua tersusun rapi, mereka mengendarai truk ke komunitas agar masyarakat setempat, termasuk para lansia, dapat mengikuti upacara dengan lebih mudah. Inilah kesungguhan hati para insan Tzu Chi. Meski turun hujan, mereka tetap mengadakan upacara. Saya ingin bersyukur kepada semua insan Tzu Chi. Namun, bagaimana saya mengungkapkan rasa syukur terhadap para Bodhisatwa yang berdedikasi dengan jiwa dan raga mereka? Sulit bagi saya untuk mengungkapkannya. Meski demikian, saya menghargai dan mengasihi mereka dari lubuk hati terdalam.

Saya tidak hanya mengingat sumbangsih yang telah mereka lakukan, tetapi saya juga berikrar untuk menyatukan kembali insan Tzu Chi dan melanjutkan jalinan jodoh kita dari kehidupan ke kehidupan. Saya yakin ini bisa tercapai karena saya mendengar insan Tzu Chi di seluruh dunia telah membangun ikrar yang sama. Jadi, saya sangat yakin.


Lihatlah, kita sangat kompak. Kita telah menjalin jodoh baik dan menabur berkah. Inilah ajaran Buddha, yaitu apa yang ditabur, itulah yang dituai. Berhubung telah menabur banyak berkah, kita akan dipenuhi berkah. Selama insan Tzu Chi menabur benih baik dan menjalin jodoh baik dengan semua orang, kita pasti akan bertemu kembali dari kehidupan ke kehidupan. Kita menyimpan ingatan ini dalam kesadaran kita. Jadi, kita akan merasa sukacita saat bertemu kembali dari kehidupan ke kehidupan. Inilah kesatuan hati kita.

Selain berdoa dengan kesatuan hati setiap hari agar ketulusan kita dapat menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa, kita juga memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung dengan kesatuan hati siang dan malam dari kehidupan ke kehidupan. Kita harus menjalin jodoh baik dengan semua orang, menggugah hati dan menginspirasi mereka dengan bertutur kata baik dan berbagi tentang Tzu Chi. Kita telah membangun ikrar dan tekad untuk berbuat baik dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Kita telah melakukannya dengan kesatuan hati.

Berbuat baik tidak bisa hanya dilakukan oleh satu orang. Semua orang harus menyatukan hati untuk berbuat baik. Hanya ketika kita semua bekerja sama untuk membantu banyaknya orang yang menderita, barulah kita bisa menyucikan pikiran dan hati orang-orang serta menciptakan berkah bagi dunia.   

Menumbuhkan cinta kasih di dunia dan menciptakan Tanah Suci
Melenyapkan ketamakan dan berdoa dengan tulus demi keharmonisan dunia
Berdedikasi dengan sepenuh hati demi membawa manfaat bagi semua makhluk
Menabur benih kebajikan di dalam kesadaran kedelapan 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 Juni 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 10 Juni 2023
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -