Ceramah Master Cheng Yen: Berdana Bagai Mengambil Air Sumur

“Saya mulai bekerja seperti ini sejak tahun 1980-an sampai sekarang. Banyak orang berkata, ‘Kalau kamu menjual semuanya, kamu bisa membeli banyak rumah. Mengapa kalian berdua bodoh sekali? Uang sebanyak itu juga kalian sumbangkan. Kerja setengah mati hanya untuk menyumbang.’ Dahulu di pasar, setiap hari saya berikrar kepada Buddha, ‘Penghasilan hari ini akan saya sumbangkan untuk merampungkan donasi komisaris kehormatan Tzu Chi, tolong biarkan saya menghasilkan lebih banyak.’ Usaha saya sungguh lebih baik. Orang lain hanya duduk tanpa pembeli, sedangkan kami tidak punya waktu istirahat,” tutur Gu Yun-long, relawan Tzu Chi.

Berdana bagaikan mengambil air dari dalam sumur. Kita mengambil air seember demi seember dari dalam sumur, tetapi sumur itu tidak pernah kering. Air yang diambll bisa memenuhi kebutuhan banyak orang. Dengan pemikiran ini, kita akan memahami bahwa berdana merupakan berkah mendasar yang dimiliki setiap orang. Hanya saja, sebagian orang kekurangan jalinan jodoh.

Saat berkesempatan untuk berdana, sesungguhnya kita hanya memanfaatkan jalinan jodoh. Para penerima pada dasarnya memang memiliki berkah. Saat ada makhluk hidup yang membutuhkan sesuatu, asalkan kita bertekad untuk mematangkan jalinan jodoh, sesuatu itu akan dapat diterima oleh makhluk itu. Kebutuhan itu menjadi terpenuhi. Hanya saja, agar barang itu sampai pada penerima, ia meminjam jalinan jodoh Anda untuk berdana. Ini disebut berdana.

Makhluk hidup itu pada dasarnya memang berjodoh untuk memiliki barang tersebut. Dia memiliki berkah itu. Dia hanya kekurangan jalinan jodoh. Jadi, kita berjodoh dengannya. Kita memiliki jalinan jodoh untuk berdana dan dia memiliki berkah untuk menerimanya. Saat berdana, berarti kita meminjam berkahnya dan meminjamkan jalinan jodoh kita untuknya. Inilah yang disebut jalinan jodoh berkah.


Kita adalah jalinan jodoh untuk menciptakan berkah. Saat melihat orang yang hidup kekurangan, jika kita tidak membangkitkan tekad dan tidak berdana, jalinan jodoh berkah ini tidak sampai kepada kita. Prinsipnya sama. Tiada yang bertambah ataupun berkurang. Jadi, kita hanya meminjamkan, mengondisikan, dan mematangkan jalinan jodoh.

Jika dapat membantu mematangkan jalinan jodoh ini, berarti kita telah menjalin jodoh berkah. Kita menciptakan berkah dengan meminjamkan jalinan jodoh kepada penerima. Jika si penerima tidak memiliki berkah, dia pun tidak akan bertemu dengan kita. Jadi, dia memang sudah memiliki berkah, hanya saja perlu meminjam jalinan jodoh kita sehingga harus menerima bantuan dari tangan kita.

Saat kita memberikan bantuan kepadanya, kita juga menambah jalinan jodoh berkah kita untuk kehidupan mendatang. Jadi, berdana bagaikan mengambil air dari sumur. Saat kita memiliki berkah dan terus berdana, kepemilikian kita tidak akan berkurang, tetapi jalinan jodoh berkah kita bertambah.

Seperti sepasang suami istri ini. Mereka menjalankan usaha kecil dengan penuh kesabaran dan terus mengumpulkan dana. Sejak dua atau tiga puluh tahun lalu, mereka terus berdana. Saat punya sedikit uang, mereka langsung berdana demi membantu saya membangun rumah sakit.

“Saya sangat menghormati dan mengasihi Master. Saya juga berterima kasih kepada Master. Saat pertama kali bertemu Master, air mata saya terus mengalir, entah mengapa tidak mau berhenti. Semenjak mendengar Dharma dari Master, saya merasa sangat sukacita. Setiap hari saya sangat bahagia. Entah apakah sumbangsih saya sudah cukup. Entah apakah saya termasuk sudah menunaikan kewajiban,” ujar Gu Yun-long lagi.

“Dalam mengikuti saya, kamu sudah melakukan yang benar. Jika ditanya apakah sudah cukup, yang penting kita menjaga kesehatan kita agar bisa terus bersumbangsih. Tidak perlu berpikir apakah yang dilakukan sudah cukup atau belum. Sesuatu yang benar, lakukan saja. Lakukan selama-lamanya dan jagalah kesehatan.”

 

Nilai dari kehidupan diperoleh dengan menggenggam waktu untuk bersumbangsih setiap hari. Mereka berdua bersumbangsih sejak muda hingga kini, saat mereka sudah berusia 80-an tahun. Dia dapat senantiasa bersukacita. Dia tidak pernah berpikir bahwa dirinya menderita. Meski tidak kaya dari sisi materi, tetapi dia memiliki batin yang kaya. Dia memiliki banyak anak dan cucu yang berbakti. Kini mereka semua adalah komisaris kehormatan Tzu Chi.

Atas cinta kasih yang mereka berikan kepada Tzu Chi, saya juga sangat berterima kasih. Kita melihat anggota keluarga besar mereka sangat berbakti dan penuh cinta kasih. Ini sangat luar biasa. Kadang kita membahas tentang orang yang kaya di antara orang kaya.

Mereka adalah orang yang penuh cinta kasih dan rela bersumbangsih dengan sukacita. Dengan selalu merasa memiliki lebih seperti ini, mereka adalah yang kaya di antara orang kaya. Yang kaya berdana dengan sumber daya yang cukup. Mereka selamanya merasa puas.

Ada pula orang yang kurang mampu. Yang kurang mampu juga memberikan cinta kasih sesuai kemampuan. Lihatlah, orang yang mulanya dibantu, setelah mendapat bantuan, juga dapat menyisihkan bantuan yang diterimanya untuk berdana kembali. Dia berkata, "Kalian telah menolong saya sehingga selama ini kehidupan saya begitu lancar. Kini saya ingin berkontribusi kembali." Inilah kebijaksanaan.

Yang kurang mampu juga dapat menggunakan kebijaksanaan untuk turut memberikan cinta kasih. Mereka juga dapat menciptakan berkah bagi dunia. Ini juga merupakan berkah yang tak terhingga. Inilah satu menjadi tak terhingga. Saat beberapa benih jatuh ke tanah, dengan adanya berbagai kondisi pendukung, benih-benih itu dapat tumbuh dan berlipat ganda. Jadi, inilah pahala dari berdana.

 

Terlebih lagi, berdana membawa ketenangan hati. Kita merasa, "Saya sudah berbuat baik dan ini membuat saya bahagia." Demikianlah insan Tzu Chi di luar Taiwan memberi bantuan, menolong yang kurang mampu, dan menolong korban bencana. Mereka mengerahkan kebijaksanaan dalam bersumbangsih. Mereka telah menciptakan berkah bagi dunia dan menuai berkah yang tak terhingga.

Mereka dapat kembali membimbing orang yang menerima bantuan untuk menyisihkan sebagian yang diterima untuk membantu orang lain lagi. Kita menginspirasi mereka untuk dapat bersumbangsih sedikit. Meskipun kita mengumpulkan dana, tetapi sesungguhnya kita menggalang hati dan jodoh agar mereka memahami dan berkesempatan untuk mendengar Dharma.

Jadi, mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati akan membawa berkah dan kebijaksanaan. Kita mengerti untuk menciptakan berkah dan hati kita merasa gembira. Saat bersumbangsih, hati kita merasa gembira. Kita harus menghayatinya dengan sepenuh hati. Dengan menggalang sumber daya manusia dan hati, kita menciptakan berkah bagi dunia sedikit demi sedikit.

Ini jugalah yang didorong dan diajarkan oleh Sutra Bunga Teratai. Ia mengajarkan kepada kita untuk terjun  ke tengah masyarakat untuk menolong semua makhluk setelah mendengar Dharma.

Manusia pada dasarnya memiliki berkah dan jalinan jodoh untuk berdana
Berdana bagaikan mengambil air sumur yang tak kunjung kering
Menanamkan kebajikan dalam keluarga dan memberi dengan cinta kasih
Menggalang hati, mendengar Dharma, dan memberi sesuai kebutuhan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Agustus 2020  
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Agustus 2020     
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -