Ceramah Master Cheng Yen: Berdedikasi Sepenuh Hati demi Melindungi Dunia

Saya melihat sebuah berita yang membuat saya merasa tidak tega. Di Quanzhou, mereka yang perlu dikarantina dikumpulkan di sebuah hotel. Terdapat 70-an orang yang dikarantina di hotel. Namun, entah mengapa hotel ini roboh. Kehidupan sungguh tidak kekal. Wabah kali ini menyebabkan orang-orang merasa terancam.

Saat orang-orang merasa takut akan koronavirus, kejadian robohnya hotel sungguh membuat orang-orang panik. Para petugas penyelamat segera pergi untuk menyelamatkan korban. Para korban adalah warga yang dikarantina. Bagaimana mungkin para penyelamat sempat untuk mengenakan perlengkapan perlindungan? Saat ini, semuanya sulit dijelaskan.

Karena itu, saya mengatakan bahwa kekhawatiran saya akan wabah ini sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kondisinya sungguh serba salah.  Apakah korban yang diselamatkan adalah pasien positif COVID-19? Para petugas penyelamat tidak berpikir banyak. Mereka tetap pergi menyelamatkan korban. Situasi ini sangat sulit dijelaskan.

Saya sangat mengagumi mereka yang memberi pertolongan di garis terdepan. Beberapa insan Tzu Chi di Quanzhou segera memasak wedang jahe dan mengantarkannya ke lokasi bagi para petugas penyelamat. Karena cuacanya sangat dingin, para relawan juga segera menyiapkan kebutuhan lainnya. Mereka membawa selimut dan tempat tidur lipat yang wajib dibawa agar para petugas penyelamat dapat beristirahat sebentar.

 

“Kami membawa selimut bagi para petugas damkar dan petugas penyelamat.

Saat melihat mereka berbaring di lantai, relawan menyelimuti mereka pelan-pelan. Kami membuat tempat tidur ini demi memberi bantuan bencana agar orang-orang tidak tidur di lantai,” kata Shi Meishuang, Relawan Tzu Chi.

Kalian sudah bekerja keras.

“Terima kasih.”

Mereka sudah bekerja keras.

“Kita perlu menyiapkan minuman. Kami telah merebus lebih dari 300 telur dan dibawa ke sini. Di sini kita juga menyediakan sereal, wedang jahe, teh, dan kopi. Kami menyediakan ini semua,” kata Cai Xiulian, relawan Tzu Chi.

Seperti inilah insan Tzu Chi atau Bodhisatwa dunia. Secara bergiliran, mereka mendampingi dan menyediakan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Seperti inilah insan Tzu Chi di sana.

Hal yang menyentuh juga banyak di Taiwan. Contohnya, Rumah Sakit Tzu Chi. Dari masa awal perebakan wabah, RS Tzu Chi Hualien sangat waspada.

Kepala Rumah Sakit Lin yang berpikiran untuk membuat stasiun tekanan negatif demi melindungi pasien dan petugas medis. Saya sangat mengaguminya karena telah mengembangkan kebijaksanaan dengan cepat.

Rumah Sakit Tzu Chi Xindian juga sama. Kepala RS meminta bantuan kepada anggota Tzu Cheng dan berkata, "Kita perlu membangun pos pemeriksaan." Anggota Tzu Cheng pun segera bergerak dan membuat pos pemerikasaan di luar. Kepala RS sangat kagum dan bersyukur.


Saya juga terus mengimbau orang-orang untuk bervegetaris. Universitas Tzu Chi juga menyosialisasikan dan menggaungkan pola hidup vegetaris. Para dosen mengajak para mahasiswa untuk bervegetaris dengan memberikan kupon diskon sebesar 30 dolar NT di rumah makan vegetaris dekat universitas. Mereka datang dan berkata mereka ingin menggalang dana untuk kupon. Saya sangat senang setelah mendengarnya.

Saya berkata, "Griya Jing Si mendukung kalian dan akan memberikan 1.000 kupon senilai 30 dolar NT per kupon. Saat Kepala RS Zhao datang,

saya menceritakan tentang kupon makan itu. Setelah kembali ke rumah sakit, beliau membagikan kupon makan senilai 50 dolar NT kepada para pendamping pasien.

“Kupon ini dapat digunakan di beberapa restoran yang tertera di sini. Restorannya berada di lantai B1. Anda akan mendapat potongan sebesar 50 dolar NT,” kata tim medis kepada keluarga pasien.  

“Kupon-kupon itu dicetak menggunakan bahasa yang mereka pahami, seperti bahasa Indonesia, bahasa Mandarin, dan bahasa Inggris sehingga mereka tahu alasan dan tujuan kita serta di mana kupon ini dapat digunakan,” kata Zhao You-cheng, Kepala RS Tzu Chi Taipei.

Kepala RS Jian di Taichung bersama Departemen Pengobatan Tionghoa memasak teh herbal. Beliau juga turun tangan untuk menuangkan teh. Selain itu, dengan ramah, beliau juga menyosialisasikan langkah pencegahan, seperti banyak minum air putih. Wakil Kepala RS He di Hualien juga membagikan daun teh herbal.

Kepala RS Lai di Dalin meluncurkan sistem pendaftaran pembesuk. Sistem pendaftaran pembesuk ini bertujuan agar sebelum menuju rumah sakit, para pembesuk mendaftar terlebih dahulu. Sistem akan melakukan penyaringan berdasarkan data serta tanggal dan waktu yang dimasukkan.


Meminimalisasi kontak langsung ialah langkah pencegahan terbaik. Saat ada kasus positif di rumah sakit,kita dapat melakukan pemantauan lewat sistem ini. Ini merupakan metode jaminan keamanan  bagi semua orang. Setiap rumah sakit Tzu Chi mengambil langkah yang berbeda dalam memberikan pelayanan terbaik. Saya sangat berterima kasih kepada petugas medis di garis terdepan. Para relawan dan kepala rumah sakit menjaga kualitas misi kesehatan kita dengan penuh kewaspadaan.

Saya dapat merasakan para insan Tzu Chi sangat menjaga diri dan bersedia bekerja sama dalam menjalankan langkah pencegahan. Semua orang memakai masker dan rajin mencuci tangan. Namun, saya tetap ingin mengingatkan untuk menghargai air saat mencuci tangan. Setelah membasahi tangan, kita mencuci tangan dengan sabun. Setelah itu, saat membasuh tangan, jangan membuka keran hingga airnya mengalir deras karena kita harus menghargai air. Air yang mengalir kecil juga dapat membersihkan tangan kita.

Para relawan juga membawa alkohol. Jika tidak dapat mencuci tangan dengan air atau tidak dapat sering mencuci tangan, kita dapat membersihkan tangan dengan semprotan alkohol. Intinya, kita harus berdisiplin diri menjaga kebersihan. Kita harus mencuci tangan sampai bersih, tetapi juga menghargai air.

Kita sering mengkhawatirkan krisis air. Sosialisasi budaya cuci tangan seharusnya juga diikuti dengan sosialisasi hemat air. Seharusnnya ceramah saya dapat didengar oleh seluruh relawan dan petugas medis. Harap kalian dapat menghargai jiwa kebijaksanaan, mengembangkan cinta kasih, dan mendoakan ketenteraman dunia dengan tulus.

Saya mendoakan kalian dengan tulus. Semoga semua orang dapat tenteram dan bertumbuh dalam jiwa kebijaksanaan.  Terima kasih.

Wabah belum berlalu, tetapi bencana lainnya telah terjadi
Melindungi dunia dengan welas asih dan tanpa rasa takut
Para petugas medis berjaga di garis terdepan
Mencintai diri dengan berdisiplin

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Maret 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 13 Maret 2020
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -